PROFIL KOMPETENSI KEPRIBADIAN KONSELOR MENURUT PERSEPSI SISWA DI SMA NEGERI SE KABUPATEN PEMALANG TAHUN AJARAN 2012 2013

(1)

PROFIL KOMPETENSI KEPRIBADIAN

KONSELOR MENURUT PERSEPSI SISWA DI SMA

NEGERI SE- KABUPATEN PEMALANG TAHUN

AJARAN 2012/2013.

Skripsi

disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Dewi Septin Tri Siswanti 1301408059

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2014


(2)

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi yang berjudul “Profil Kompetensi Kepribadian Konselor Menurut Persepsi Siswa Di SMA Negeri Se- Kabupaten Pemalang Tahun Ajaran 2012/2013” ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang.

Semarang, Desember 2013

Pembimbing I Pembimbing II

Dra. Ninik Setyowani, M.Pd. Dra. MTh Sri Hartati, M.Pd Kons NIP. 19521120 197703 1 002 NIP. 19601228 198601 2 001


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di dalam sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang pada :

Hari : Rabu

Tanggal : 18 Desember 2013

Panitia Ujian

Ketua Sekretaris

Drs. Budiyono, M.S Kusnarto Kurniawan, M.Pd, Kons NIP. 19631209 198703 1 002 NIP. 19710114 200501 1 002

Penguji Utama

Drs. Heru Mugiarso, M.Pd, Kons NIP. 19610602 198403 1 002

Penguji/Pembimbing I Penguji/Pembimbing II

Dra. Ninik Setyowani, M.Pd. Dra. MT Sri Hartati, M.Pd Kons NIP. 19521120 197703 1 002 NIP. 19601228 198601 2 001


(4)

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis didalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan karena jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, Desember 2013

Dewi Septin Tri Siswanti NIM 1301408059


(5)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

“Kerja adalah wujud nyata cinta. Jika kita tak dapat bekerja dengan kecintaan namun hanya dengan kebencian, lebih baik tinggalkan pekerjaan itu lalu duduklah di gerbang rumah ibadah untuk menerima derma dari mereka yang bekerja dengan

suka cita” (Kahlil Gibran)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan untuk: 1. Bapak Sabar dan Mamah Titi Riyanti

tecinta serta kakak-kakakku Mas Aris, Mbak Cut, dan Mbak Retno yang selalu memberikan doa, cinta dan kasih serta dukungan yang senantiasa mengiringi dalam setiap langkahku, serta buat si kecil Dek Bintang dengan tingkahmu yang lucu selalu menghiburku.

2. Aa Nova Priyanto yang selalu memberikan cinta, kasih sayang, semangat serta motivasinya.

3. Teman-teman seperjuangku BK angkatan 2008.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

penyusunan skripsi dengan judul “Profil Kompetensi Kepribadian Konselor Menurut Persepsi Siswa Di SMA Negeri Se- Kabupaten Pemalang Tahun Ajaran 2012/2013”

Dasar pemikiran penulis mengadakan penelitian tersebut berawal dari keadaan di lapangan mengenai kompetensi kepribadian konselor yang dianggap kurang baik oleh siswa. Kompetensi kepribadian konselor yang kurang baik akan berdampak negatif bagi siswa. Oleh karena itu, diperlukan partisipasi dan kerjasama berbagai pihak, untuk membantu konselor agar mempunyai kompetensi kepribadian yang lebih baik. Untuk itu penulis tertarik untuk mengetahui profil kompetensi kepribadian konselor menurut persepsi siswa di SMA Negeri se- Kabupaten Pemalang.

Penyusunan skripsi ini tentu tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

Penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rahman, M.Si., Rektor Universitas Negeri Semarang.

2. Drs. Hardjono, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang.

3. Drs. Eko Nusantoro, M.Pd, Ketua Jurusan Bimbingan Konseling Universitas Negeri Semarang.


(7)

4. Dra. Ninik Setyowani, M.Pd., Dosen Pembimbing I. 5. Dra. MTh. Sri Hartati, M.Pd,Kons., Dosen Pembimbing II. 6. Tim penguji skripsi.

7. Kepala SMA N se- Kabupaten Pemalang yang telah memberikan izin penelitian.

8. Semua konselor di SMA N se- Kabupaten Pemalang yang telah membantu penelitian.

9. Semua siswa di SMA N se- Kabupaten Pemalang yang telah membantu penelitian.

10.Keluarga besarku yang tiada henti memberikan doa dan dukungannya selama ini.

11.Aa Nova Priyanto yang selalu memberikan cinta, kasih sayang, semangat dan motivasinya.

12.Teman-teman di Reksonegoro, Kos Ora Ono Jenenge, Kos Masbuloh, dan teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang selalu menjadi teman berbagi suka dan duka.

13.Teman-teman PPL SMA Negeri 11 Semarang Tahun 2011 yang selalu memberi semangat, motivasi dan menghiburku.

14.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.

Dalam skripsi ini, penulis telah berusaha sebaik mungkin agar skripsi ini dapat tersaji dengan baik. Namun jika ternyata masih banyak kekurangan, hal ini semata-mata karena keterbatasan dari penulis.


(8)

Akhirnya penulis berharap skripsi ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya.

Semarang, Desember 2013


(9)

ABSTRAK

Siswanti, Dewi Septin Tri. 2013. Profil Kompetensi Kepribadian Konselor Menurut Siswa Persepsi di SMA Negeri Se- Kabupaten Pemalang Tahun Ajaran 2012/2013. Skripsi. Jurusan Bimbingan dan Konseling. Fakultas

Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I : Dra. Ninik Setyowani, M.Pd., dan Pembimbing II : Dra. Maria Theresia Sri Hartati, M.Pd.,Kons

Kata kunci : Persepsi, Kompetensi Kepribadian Konselor

Profil kompetensi kepribadian konselor menurut persepsi siswa adalah proses penginterpretasian siswa terhadap kompetensi atau kemampuan kepribadian konselor yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia dalam pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah. Penginterpretasian tersebut melibatkan pengalaman siswa yang berkaitan dengan kompetensi kepribadian konselor yang akhirnya akan disimpulkan dan ditafsirkan oleh siswa. Penginterpretasian ini akan membentuk konsep tentang profil kompetensi kepribadian konselor. Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana kemampuan kompetensi kepribadian konselor di SMA Negeri se- Kabupaten Pemalang tahun ajaran 2012/2013?

Jenis penelitian adalah penelitian deskriptif. Populasi penelitian ini adalah SMA Negeri se-Kabupaten Pemalang. Teknik sampling yang digunakan adalah

cluster random sampling dan 7 SMA Negeri yang menjadi sampel penelitian

dengan jumlah responden 245 siswa. Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan instrumen skala psikologis dengan jumlah butir sebanyak 80 item. Metode analisis data menggunakan deskriptif persentase.

Hasil penelitian menunjukkan rata-rata profil kompetensi kepribadian konselor termasuk kriteria baik pada berimhan YME (83,23%), pada menghargai dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, individualitas, dan kebebasan memilih (77,07%), pada menjunjung integritas stabilitas kepribadian yang kuat (79,97%), dan menampilkan kinerja yang berkualitas tinggi (77,40%). Kemampuan kompetensi kepribadian konselor yang paling unggul yaitu beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME (83,23%), sedangkan yang paling rendah yaitu menghargai dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, individualitas, dan kebebasan memilih (77,07%).

Simpulan dari penelitian ini adalah profil kompetensi kepribadian konselor menurut persepsi siswa termasuk dalam kriteria baik. Saran yang diberikan yaitu konselor diharapkan untuk lebih meningkatkan kompetensi kepribadian konselor yang lebih baik dalam memberikan pelayanan bimbingan dan konseling kepada siswa.


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR DIAGRAM ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

1.5 Sistematika Skripsi ... 8

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu... ... 10

2.2 Profil Kompetensi Kepribadian Konselor Menurut Persepsi Siswa 12

2.2.1 Persepsi... ... 12

2.2.1.1 Pengertian Persepsi ... 13

2.2.1.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Persepsi ... 15

2.2.1.3 Proses Terjadinya Persepsi ... 19

2.2.2 Kompetensi Kepribadian Konselor ... 22

2.2.2.1 Pengertian Kompetensi Konselor ... 22

2.2.2.2 Jenis-jenis Kompetensi Konselor ... 23

2.2.2.3 Kompetensi Kepribadian Konselor ... 26

2.2.3 Profil Kompetensi Kepribadian Konselor ... 35

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 41

3.2 Variabel Penelitian ... 42

3.2.1 Identifikasi Variabel ... 42

3.2.2 Jenis Variabel ... 43

3.2.3 Hubungan Antarvariabel ... 43

3.2.4 Definisi Operasional Variabel ... 43

3.3 Populasi dan Sampel ... 44

3.3.1 Populasi ... 44


(11)

3.4 Metode dan Instrumen Pengumpulan Data ... 47

3.4.1 Metode Pengumpulan Data ... 47

3.4.2 Alat Pengumpul Data ... 47

3.4.3 Penyusunan Instrumen ... 49

3.4.3.1 Menyusun Kisi-kisi Instrumen ... 49

3.4.3.2. Karakteristik Jawaban Yang Dikehendaki ... 53

3.5 Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 55

3.5.1 Validitas Instrumen ... 55

3.5.2 Reliabilitas Instrumen ... 57

3.6 Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian... 58

3.6.1 Uji Validitas ... 58

3.6.2 Uji Reliabilitas ... 58

3.7 Metode Analisis Data ... 59

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 61

4.1.1 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Keseluruhan ... 61

4.1.2 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Setiap SubVariabel... 63

4.1.3 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Tiap Indikator... 71

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian... 100

4.3 Keterbatasan Dalam Penelitian... 105

BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan ... 106

5.2 Saran ... 106

DAFTAR PUSTAKA... 107


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Daftar SMA Negeri se-Kabupaten Pemalang... 45

3.2 Daftar Jumlah Populasi dan Sampel Penelitian... 46

3.3 Kisi-Kisi Uji Coba Instrumen Penelitian... 50

3.4 Kategori Jawaban Instrumen Penelitian... 55

3.5 Kriteria Profil Kompetensi Kepribadian Konselor Menurut Persepsi Siswa... 60

4.1 Persentase Profil Kompetensi Kepribadian Konselor Menurut Persepsi Siswa... 62

4.2 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Beriman dan Bertaqwa Kepada Tuhan YME... 63

4.3 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Menghargai dan Menjunjung Tinggi Nilai-nilai Kemanusiaan, Individualitas, dan Kebebasan Memilih... 65

4.4 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Menjunjung Integritas Stabilitas Kepribadian Yang Kuat... 67

4.5 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Menampilkan Kinerja Berkualitas Tinggi... 69

4.6 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Menampilkan Kepribadian Yang Beriman dan Bertaqwa Kepada Tuhan YME... 71

4.7 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Konsisten Dalam Menjalankan Kehidupan Beragama dan Toleran Terhadap Pemeluk Agama Lain... 73

4.8 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Berakhlak Mulia dan Berbudi Pekerti Luhur... 74

4.9 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Mengaplikasikan Pandangan Posititif dan Dinamis... 76


(13)

4.10 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Menghargai dan

Mengembangkan Potensi Positif ... 78 4.11 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Peduli Terhadap

Kemaslahatan Konseli... 80 4.12 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Menjunjung Tinggi

Harkat Sesuai Dengan Hak Asasinya... 81 4.13 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Toleran Terhadap

Permasalahan Konseli... 83 4.14 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Bersikap

Demokrasi... 85 4.15 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Menampilkan Kepribadian

dan Perilaku Yang Terpuji... 87 4.16 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Menampilkan Emosi

Yang Stabil... 88 4.17 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Peka, Bersikap Empati,

Serta Menghormati Keragaman dan Perubahan... 90 4.18 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Menampilkan Toleransi

Tinggi Terhadap Konseli Yang Menghadapi Stres dan

Frustasi... 91 4.19 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Menampilkan

Tindakan Yang Cerdas, Kreatif, Inovatif, dan

Produktif... 93 4.20 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Bersemangat, Berdisip;in,

dan Mandiri... 95 4.21 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Berpenampilan Menarik

dan Menyenangkan... 97 4.22 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Berkomunikasi Secara


(14)

DAFTAR DIAGRAM

Halaman

4.1 Persentase Profil Kompetensi Kepribadian Konselor Menurut Persepsi Siswa... 63 4.2 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Beriman dan Bertaqwa

Kepada Tuhan YME... 65 4.3 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Menghargai dan

Menjunjung Tinggi Nilai-nilai Kemanusiaan, Individualitas, dan

Kebebasan Memilih... 67 4.4 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Menjunjung Integritas

Stabilitas Kepribadian Yang Kuat... 69 4.5 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Menampilkan Kinerja

Berkualitas Tinggi... 70 4.6 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Menampilkan

Kepribadian Yang Beriman dan Bertaqwa Kepada Tuhan

YME... 72 4.7 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Konsisten Dalam

Menjalankan Kehidupan Beragama dan Toleran Terhadap Pemeluk Agama Lain... 74 4.8 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Berakhlak Mulia dan

Berbudi Pekerti Luhur... 75 4.9 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Mengaplikasikan

Pandangan Posititif dan Dinamis... 77 4.10 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Menghargai dan

Mengembangkan Potensi Positif ... 79 4.11 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Peduli Terhadap

Kemaslahatan Konseli... 81 4.12 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Menjunjung Tinggi


(15)

4.13 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Toleran Terhadap

Permasalahan Konseli... 84 4.14 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Bersikap

Demokrasi... 86 4.15 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Menampilkan Kepribadian

dan Perilaku Yang Terpuji... 88 4.16 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Menampilkan Emosi

Yang Stabil... 89 4.17 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Peka, Bersikap Empati,

Serta Menghormati Keragaman dan Perubahan... 91 4.18 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Menampilkan Toleransi

Tinggi Terhadap Konseli Yang Menghadapi Stres dan

Frustasi... 93 4.19 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Menampilkan

Tindakan Yang Cerdas, Kreatif, Inovatif, dan

Produktif... 95 4.20 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Bersemangat, Berdisip;in,

dan Mandiri... 97 4.21 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Berpenampilan Menarik

dan Menyenangkan... 98 4.22 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Berkomunikasi Secara


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Kisi-Kisi Uji Coba Instrumen Penelitian... 110

2. Instrumen Uji Coba Penelitian Profil Kompetensi Kepribadian Konselor Menurut Persepsi Siswa... 113

3. Tabel Perhitungan Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian... 122

4. Perhitungan Validitas Coba Instrumen Penelitian... 130

5. Perhitungan Reliabilitas Uji Coba Instrumen Penelitian... 131

6. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian... 132

7. Instrumen Penelitian... 135

8. Tabel Hasil Penelitian... 142

9. Tabel Analisis Deskriptif Persentase Tiap Variabel... 189

10.Tabel Analisis Deskriptif Persentase Tiap Indikator... 243

11.Daftar Nama Sekolah Penelitian... 317


(17)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Konselor sebagai pribadi harus mampu menampilkan jati dirinya secara utuh, tepat, dan berarti serta mampu membangun hubungan antarpribadi (interpersonal) yang unik dan harmonis, dinamis, persuasif, dan kreatif, sehingga

menjadi motor penggerak keberhasilan layanan bimbingan dan konseling. Alat yang paling penting untuk dipakai dalam pekerjaan seorang konselor adalah dirinya sendiri sebagai pribadi (your self as a person).

Dalam Permendiknas No 27 Tahun 2008, tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi konselor, dijelaskan bahwa :

“sosok utuh kompetensi konselor mencakup kompetensi akademik

dan kompetensi professional sebagai salah satu keutuhan. Kompetensi akademik merupakan landasan ilmiah dari pelaksanaan pelayanan professional BK, kompetensi akademik dan professional konselor secara integrasi membangun keutuhan

kompetensi paedagogik, kepribadian, sosial, dan professional“.

Sesuai dengan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa seorang konselor harus memiliki keempat kompetensi yaitu : kompetensi paedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi professional dalam melaksanakan berbagai layanan bimbingan dan konseling. Salah satu dari empat kompetensi tersebut adalah kompetensi kepribadian, tidak kalah pentingnya dari kompetensi lainnya dan perlu diperhatikan serta pemahaman yang baik dalam proses pemberian layanan bimbingan dan konseling oleh konselor. Bentuk nyata dari kompetensi tersebut adalah sikap penerimaan yang baik terhadap siswa, mampu berpandangan yang positif, berpegang teguh dan perpedoman pada


(18)

nilai-nilai agama dalam menangani siswa, dan membantu untuk mengentaskan masalah dan menciptakan kondisi siswa yang mampu mengembangkan dirinya secara optimal.

Dalam Permendiknas No 27 Tahun 2008 menyebutkan bahwa konselor yang mempunyai kompetensi kepribadian yang baik harus memiliki aspek-aspek sebagai berikut :

a. Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang maha Esa, meliputi (1) menampilkan kepribadian yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, (2) konsisten dalam menjalankan kehidupan beragama dan toleran terhadap pemeluk agama lain, (3) berakhlak mulia dan berbudi pekerti luhur,

b. Menghargai dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, individualitas dan kebebasan memilih, meliputi (1) mengaplikasikan pandangan positif dan dinamis tentang manusia sebagai makhluk spiritual, bermoral, social, individual, dan berpotensi, (2) menghargai dan mengembangkan potensi positif individu pada umumnya dan konseli pada khususnya, (3) peduli terhadap kemaslahatan manusia pada umumnya dan konseli pada khususnya, (4) menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sesuai dengan hak asasinya, (5) toleran terhadap permasalahan konseli, (6) bersikap demokratis,

c. Menunjukkan integritas stabilitas kepribadian yang kuat, meliputi (1) menampilkan kepribadian dan perilaku yang terpuji (seperti berwibawa, jujur, sabar, ramah, dan konsisten), (2) menampilkan emosi yang stabil, (3) peka, bersikap empati, serta menghormati karagaman dan perubahan, (4) menampilkan toleransi tinggi terhadap konseli yang menghadapi stress dan frustasi.

d. Menampilkan kinerja berkualitas tinggi, meliputi (1) menampilkan tindakan yang cerdas, kreatif, inovatif, dan produktif. (2) bersemangat, berdisiplin, dan mandiri, (3) berpenampilan menarik dan menyenangkan, (4) berkomunikasi secara efektif.

Pernyataan di atas dapat di atas dapat disimpulkan bahwa seorang konselor harus mempunyai kompetensi kepribadian yang baik dalam memberikan pelayanan bimbingan dan konseling kepada konseli yaitu konselor harus beriman


(19)

dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa ; mengahargai dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, individualitas dan kebebasan memilih ; menunjukkan integritas dan stabilitas kepribadian yang kuat ; serta menampilkan kinerja berkualitas tinggi. Konselor yang mempunyai kompetensi kepribadian yang tinggi harus dapat memenuhi aspek-aspek tersebut, apabila konselor tidak mempunyai aspek-aspek tersebut dapat dikatakan konselor tersebut mempunyai kompetensi kepribadian yang rendah.

Seorang konselor yang mempunyai profil kompetensi kepribadian yang baik harus menjadi tauladan bagi siswa, maka konselor harus menampilkan pribadi yang baik, bukan hanya baik dari luar tetapi baik pula dari dalam. Kepribadian bukanlah hal yang dapat dinilai dari luar tetapi merupakan sebuah hasil pencitraan dari dalam diri masing-masing individu. Semakin baik kepribadian konselor dalam menangani masalah siswa maka akan baik pula pandangan siswa terhadap konselornya. Terkait dengan profil seorang konselor tentang kompetensi kepribadian konselor, maka setiap konselor perlu mempunyai pemahaman yang matang dalam masing-masing bidangnya terutama tentang kompetensi kepribadian. Pemahaman yang matang tentang kompetensi kepribadian akan memudahkan konselor dalam mengatasi masalah dan dalam membentuk pribadi setiap siswanya.

Profil tentang kompetensi kepribadian dapat sebutkan bahwa, setelah konselor mendapatkan informasi tentang kompetensi kepribadian, konselor mampu untuk mengingat informasi yang didapatkan dan pada akhirnya diperoleh pemahaman tentang aspek-aspek yang terkandung dalam kompetensi kepribadian.


(20)

Menciptakan hubungan yang harmonis antara siswa dengan konselor membuat siswa merasa nyaman dan aman saat menghadapi masalah dengan keberadaan konselor. Selain itu berpandangan positif pada siswa juga bagian dari aspek kompetensi kepribadian yang perlu diperhatikan agar siswa tidak merasa dianggap sebagai individu yang buruk apabila siswa datang dan membawa cerita tentang masalahnya, apabila hal tersebut dikuasai oleh konselor maka siswa akan mempunyai kesadaran pentingnya Bimbingan dan Konseling sehingga siswa akan bersikap proaktif yaitu dengan bersikap sukarela dan aktif datang ke konselor.

Kenyataan di lapangan yang terkait dengan profil kompetensi kepribadian konselor menjadi hal pokok yang perlu diperhatikan oleh konselor di sekolah. Berdasarkan survey data awal yang dilakukan di SMA Negeri 2 Pemalang bahwa beberapa konselor di SMA Negeri di Kabupaten Pemalang masih ada konselor yang belum dapat mengaplikasikan dengan baik aspek yang ada pada kompetensi kepribadian konselor. Salah satunya konselor kurang berpandangan positif kepada siswa, siswa yang datang ke ruang BK karena memiliki masalah sehingga suatu ketika siswa datang kembali dengan secara otomatis konselor akan berpandangan bahwa siswa masih memiliki masalah. Sikap konselor yang seperti itu yang membuat siswa takut dan tidak ingin datang ke ruang BK untuk memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling. Hal tersebut dapat dilihat dari masih kurangnya ketertarikan siswa tentang kegiatan konselor, dan kurangnya kesukarelaan siswa dalam memanfaatkan layanan Bimbingan dan Konseling. Idealnya konselor dapat menampilkan salah satu kompetensi kepribadian sebagai konselor, konselor adalah sahabat siswa yang dapat mengerti dan membantunya memecahkan


(21)

permasalahannya. Maka diperlukan kondisi siswa yang memungkinkan siswa dapat berkembang dan harus dibentuk hubungan yang baik agar siswa merasa aman dan nyaman dengan adanya konselor. Dengan demikian, siswa mempunyai kesadaran akan pentingnya bimbingan dan konseling sehingga siswa mempunyai minat dan termotivasi pada akhirnya siswa akan dengan suka rela dan aktif memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling.

Namun, pada kenyataannya siswa merasa tidak aman, selain itu juga kurang percaya terhadap konselor sehingga siswa beranggap jika mempunyai masalah tidak usah ke ruang BK. Menurut siswa konselor hanya ramah atau dekat dengan siswa tertentu saja. Sering kali kita temui konselor yang kurang disenangi oleh siswa karena sikap konselor yang kurang hangat dan ramah serta galak terhadap siswa, sehingga siswa menjadi takut.Selain itu, akibatnya kepribadian konselor yang kurang sesuai menjadikan siswa memberikan julukan atau sebutan yang aneh-aneh terhadap konselor.

Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling sudah berjalan, namun belum maksimal karena siswa belum bisa memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling dengan optimal.Siswa yang datang secara sukarela untuk memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling hanya beberapa siswa saja, selainnya karena dipanggil.Siswa tidak datang secara sukarela ke ruang BK untuk meminta bantuan kepada konselor, melainkan karena dipanggil dan atas inisiatif konselor sehingga pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling terkesan terpaksa.Menurut siswa bimbingan dan konseling merupakan suatu bagian di sekolah yang khusus menangani siswa yang melanggar peraturan sekolah seeprti


(22)

membolos, berkelahi, terlambat, dan lain sebagainya. Hal ini juga membuat siswa takut dan malu untuk datang ke ruang BK karena selain takut dengan konselor juga malu jika teman-temannya beranggapan dirinya melakukan pelanggaran karena di ruang BK. Faktor yang menyebabkan siswa enggan memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling karena siswa mempunyai anggapan yang kurang tepat tentang kompetensi konselor, khususnya kompetensi kepribadian konselor. Siswa menganggap bahwa konselor kerjanya enak tidak mengajar dan hanya duduk-duduk saja.

Penelitian tentang kompetensi kepribadian konselor pernah dilakukan Tri Endah Nurhayati (2008) bahwa hubungan yang signifikan antara persepsi siswa tentang ciri-ciri kepribadian pada guru pembimbing dengan minat siswa dalam memanfaatkan layanan konseling perorangan pada siswa kelas IX Sigaluh Banjarnegara tahun 2007/2008.

Kaitannya dengan penelitian ini semakin positif persepsi siswa tentang rapport dan empati guru pembimbing maka siswa akan sadar tanpa paksaan untuk mengikuti dan memanfaatkan kegiatan bimbingan dan konseling, dan rapport serta empati adalah bagian dari kompetensi kepribadian konselor dalam melaksanakan pelayanan bimbingan dan konseling. Oleh karena itu peneliti ingin memahami tentang standar kompetensi kepribadian konselor yang harus dimiliki dan diterapkan dalam melaksanakan layanan bimbingan dan konseling di sekolah. Berdasarkan dari kenyataan yang ada di lapangan menunjukkan bahwa siswa mempunyai anggapan yang kurang baik terhadap konselor dan bersikap acuh tak acuh terhadap BK sehingga siswa malas dan enggan mengikuti layanan BK. Sehingga peneliti terdorong untuk melakukan penelitian tentang “Profil


(23)

Kompetensi Kepribadian Konselor Menurut Persepsi Siswa Di SMA Negeri Se-

Kabupaten Pemalang Tahun Ajaran 2012/2013”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dari hasil paparan di atas, maka rumusan masalah yang disampaikan dalam penelitian ini adalah sebagai “Bagaimana profil kompetensi kepribadian konselor menurutpersepsi siswa di SMA Negeri se- Kabupaten Pemalang tahun ajaran 2012/2013?”

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjawab rumusan masalah yang

ada yaitu “Untuk mengetahui profil kompetensi kepribadian konselor menurut persepsi siswa di SMA Negeri se- Kabupaten Pemalang tahun ajaran 2012/2013”.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah bimbingan dan konseling serta dapat meningkatkan kompetensi kepribadian konselor di sekolah.

1.4.2 Manfaat Praktis

1.4.2.1 Bagi Konselor

Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi konselor sekolah untuk meningkatkan kompetensi kepribadian sesuai dengan standar kualifikasi


(24)

akademik dan kompetensiyang telah ditetapkan, khususnya kompetensi kepribadian konselor.

1.4.2.2 Bagi Kepala Sekolah

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pembinaan Kepala Sekolah kepada konselor yang belum memiliki pemahaman dengan baik tentang kompetensi kepribadian konselor.

1.4.2.3 Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini untuk menambah pengetahuan, pengalaman, dan masukan sehingga kelak menjadi konselor, peneliti mampu menjadi seorang konselor yang berkepribadian baik

1.5 Garis Besar Sistematika Skripsi

Untuk memberi gambaran yang menyeluruh dalam skripsi ini, maka disusun sistematika skripsi. Skripsi ini terdiri atas tiga bagian, yaitu bagian awal, bagian pokok dan bagian akhir. Berikut adalah penjelasan mengenai garis besar sistematika skripsi tersebut:

1.5.1 Bagian Awal Skripsi

Bagian ini terdiri atas sampul, lembar berlogo, lembar judul, lembar pengesahan, lembar pernyataan keaslian tulisan, lembar motto dan persembahan, kata pengantar, lembar abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar dan daftar lampiran.


(25)

1.5.2 Bagian Isi Skripsi

Bagian ini terdiri lima bab yang meliputi :

Bab 1 Pendahuluan, berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, dan sistematika penulisan skripsi.

Bab 2 Landasan Teori, berisi uraian teoritis atau teori-teori yang mendasari pemecahan tentang masalah-masalah yang berhubungan dengan judul skripsi dan rumusan hipotesisnya.

Bab 3 Metode Penelitian, berisi tentang jenis penelitian, variabel penelitian, populasi dan sampel, metode dan instrumen pengumpulan data, validitas dan realibilitas instrumen serta metode analisis data.

Bab 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan, berisi semua hasil penelitian dan pembahasan penelitian.

Bab 5 Penutup, berisi simpulan dan saran-saran yang berkaitan dengan hasil penelitian

Bagian akhir skripsi, berisi daftar pustaka untuk memberikan informasi tentang semua buku sumber dan literatur lainnya yang digunakan dalam penulisan skripsi ini dan lampiran-lampiran dari hasil perhitungan-perhitungan statistik, ijin penelitian, dan instrumen penelitian.


(26)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Pustaka merupakan salah satu unsur yang penting dalam suatu penelitian sebab pustaka dapat dijadikan sebagai kerangka berpikir bagi peneliti untuk memahami dan menerangkan fenomena yang menjadi pusat perhatian peneliti. Dalam bab ini akan membahas teori yang melandasi penelitian yaitu meliputi: (1) penelitian terdahulu; (2) persepsi; (3) kompetensi kepribadian konselor; (4) profil kompetensi kepribadian konselor menurut persepsi siswa.

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu adalah penelitian yang telah dilakukan sebelum penelitian ini, dengan variabel yang sama. Tujuannya adalah sebagai bahan literatur pembanding dan referensi tambahan selain buku. Penelitian terdahulu yang dijadikan rujukan adalah:

Penelitian pertama yang pernah dilakukan Tri Endah Nurhayati (2008)

dalam “Hubungan Antara Persepsi Siswa Tentang Ciri-ciri Kepribadian Pada Guru Pembimbing Dengan Minat Siswa Dalam Memanfaatkan Layanan Konseling Perorangan Pada Siswa Kelas IX Sigaluh Banjarnegara Tahun

2007/2008” bahwa hubungan yang signifikan antara persepsi siswa tentang ciri-ciri kepribadian pada guru pembimbing dengan minat siswa dalam memarnfaatkan layanan konseling perorangan pada siswa kelas IX Sigaluh Banjarnegara tahun 2007/2008. Semakin positif persepsi siswa tentang rapport dan empati guru pembimbing maka siswa akan sadar tanpa paksaan untuk


(27)

mengikuti dan memanfaatkan kegiatan bimbingan dan konseling, dan rapport serta empati adalah bagian dari kompetensi kepribadian konselor dalam melaksanakan pelayanan bimbingan dan konseling.

Penelitian kedua yang dilakukan oleh Retno Wahyu Ningsih (2011) dengan

judul skripsi “Pemahaman Konselor Tentang Kompetensi Kepribadian Konselor

Dalam Pelaksanaan Pelayanan Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri se- Kabupaten Tegal Tahun 2010/2011” menyebutkan bahwa konselor sudah

memahami tentang kompetensi kepribadian dalam pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling. Hal ini ditunjukkan dengan hasil prosentase tiap-tiap aspek dalam kompetensi kepribadian yang secara keseluruhan termasuk dalam kriteria baik yaitu meliputi pemahaman konselor tentang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, pemahaman konselor tentang menghargai dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusia dan kebebasan untuk memilih, pemahaman konselor tentang menunjukkan integritas stabilitas kepribadian yang kuat, serta pemahaman konselor tentang menunjukkan kinerja yang berkualitas tinggi.

Penelitian terakhir yang berkaitan dengan kompetensi kepribadian juga

dilakukan oleh Yenisa Yuni Asih (2010) judul skripsinya “Korelasi Antara Persepsi Siswa Tentang Kompetensi Kepribadian Konselor dan Sikap Proaktif Siswa Terhadap Pemanfaatan Layanan Konseling Perorangan Pada Siswa Kelas

VIII SMP N 37 Semarang” bahwa hubungan yang signifikan antara persepsi

siswa tentang kompetensi kepribadian konselor dan sikap proaktif siswa terhadap pemanfaatan layanan konseling perorangan di SMP N 37 Semarang tahun


(28)

2009/2010. Hal ini ditunjukkan dengan hasil prosentase dalam kriteria sesuai yaitu 74%, hal ini berarti siswa telah melihat dan mendengar tentang keimanan dan ketaqwaan konselor terhadap Tuhan Yang Maha Esa, siswa juga dapat merasakan bahwa integritas dan stabilitas konselor yang sesuai.

Kaitan antara penelitian tersebut dengan penelitian yang akan dilakukan adalah semakin konselor dapat menunjukkan kompetensi kepribadian yang baik dalam melakukan pelayanan bimbingan dan konseling maka konselor dapat menunjukkan kemampuan kompetensi kepribadian konselor. Konselor harus dapat memahami dan menerapkan dengan baik kompetensi kepribadian konselor dalam kehidupan sehari-hari, maka secara otomatis konselor mempunyai kemampuan kompetensi kepribadian konselor yang baik pula.

2.2 Profil Kompetensi Kepribadian Konselor Menurut Persepsi Siswa

2.2.1

Persepsi

Secara umum persepsi diartikan sebagai cara seseorang memandang atau mengartikan sesuatu. Dalam teori persepsi siswa tentang peran konselor dalam menurunkan tingkat kecemasan dalam menghadapi ujian, terlebih dahulu akan dijelaskan tentang pengertian persepsi, faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi, serta proses terjadinya persepsi.

2.2.1.1 Pengertian Persepsi

Istilah persepsi biasanya digunakan untuk mengungkapkan tentang pengalaman terhadap sesuatu benda atau suatu kejadian yang dialami. Persepsi


(29)

menurut Walgito (2003:46) adalah “suatu proses pengorganisasian,

penginterpretasian terhadap stimulus yang diterima oleh organisme atau individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti, dan merupakan aktivitas yang

integrated dalam diri individu”. Sebagai aktivitas yang integrated, maka seluruh

pribadi, seluruh apa yang ada dalam diri individu ikut aktif berperan dalam persepsi itu. Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan. Penginderaan merupakan suatu proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat penerima yaitu alat indera. Proses penginderaan terjadi setiap saat, yaitu pada waktu individu menerima stimulus yang mengenai dirinya melalui alat indera. Alat indera merupakan penghubung antara individu dengan dunia luarnya.

Hal senada diungkapkan oleh Pareek dalam Sobur (2003:446) yang mendefinisikan persepsi sebagai “proses menerima, menyeleksi,

mengorganisasikan, mengartikan, menguji dan memberikan reaksi kepada

rangsangan panca indera atau data”. Dalam perspektif ilmu komunikasi, persepsi bisa dikatakan sebagai inti komunikasi, sedangkan penafsiran (interpretasi) adalah inti persepsi. Persepsi disebut inti komunikasi karena jika persepsi tidak akurat, maka komunikasi juga tidak akan efektif. Persepsi juga dapat diartikan sebagai

“proses menyimpulkan informasi dan menafsirkan kesan yang diperoleh melalui

alat inderawi kita” (Sugiyo 2005:34). Alat indera tersebut akan menerima

stimulus, kemudian diteruskan ke pusat susunan syaraf (otak) dan terjadilah proses psikologis sehingga individu menyadari apa yang dilihat, didengar, diraba dan sebagainya. Persepsi dapat menjadi mediasi antara kita dengan lingkungan.


(30)

Penerimaan rangsang atau stimulus oleh alat indera disebut juga penginderaan atau sensasi. Penginderaan belum dapat menangkap pengertian terhadap dunia sekitar sebelum terjadi interpretasi atau pemaknaan terhadap stimulus tersebut. Tiap-tiap individu menggunakan indera yang sama atau sejenis dalam menerima stimulus yang sama. Namun, dalam hal persepsi masing-masing individu bisa berbeda tergantung pengalaman masa lalu individu. Apa yang dipersepsi pada waktu tertentu tidak tergantung stimulus itu sendiri, melainkan pengalaman terdahulu yang akan ikut mewarnai pemaknaan pada waktu melakukan persepsi. Pengalaman masa lalu termasuk kondisi perasaan pada waktu itu, prasangka, keinginan, sikap, dan lain-lain.

Sedangkan Rakhmat (2005:51) mendefinisikan persepsi sebagai

“pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh

dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan”. Persepsi ialah proses

pemberian makna pada stimuli inderawi (sensory stimuli). Tahap paling awal

dalam penerimaan informasi adalah sensasi. Sensasi merupakan bagian dari persepsi. Meskipun begitu, dalam menafsirkan makna informasi inderawi tidak hanya melibatkan sensasi, tetapi juga atensi, ekpektasi, motivasi dan memori.

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah proses penginterpretasian seseorang atau kelompok terhadap objek, peristiwa atau stimulus dengan melibatkan pengalaman-pengalaman yang berkaitan dengan objek tersebut untuk menyimpulkan informasi dan penafsiran pesan yang akan membentuk konsep tentang objek tersebut. Persepsi mencakup dua proses yang berlangsung secara serempak antara keterlibatan aspek-aspek


(31)

dunia luar (stimulus-informasi) dengan dunia dalam diri seseorang (pengetahuan yang relevan dan telah disimpan dalam ingatan). Dua proses tersebut disebut

bottom-up atau aspek stimulus dan top-down atau aspek pengetahuan seseorang

(Suharnan 2005:23-24). Hasil persepsi seseorang mengenai suatu objek selain dipengaruhi oleh penampilan objek itu sendiri juga pengetahuan seseorang mengenai objek itu. Dengan demikian, suatu objek dapat dipersepsi berbeda oleh dua orang akibat perbedaan pengetahuan yang dimiliki masing-masing orang mengenai objek tersebut.

2.2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Proses terbentuknya persepsi sangat kompleks dan ditentukan oleh dinamika yang terjadi dalam diri seseorang dengan melibatkan aspek psikologis dan panca inderanya. Persepsi melibatkan proses yang saling melengkapi, bukan berjalan sendiri-sendiri. Menurut Suharnan (2005:55), persepsi melibatkan dua

proses yaitu “bottom-up processing and top-down processing”. Hal ini berarti

bahwa hasil suatu persepsi atau interpretasi mengenai suatu stimulus akan ditentukan oleh kombinasi antara sifat-sifat yang ada pada stimulus yang dipersepsi itu (bottom-up) dengan pengetahuan yang tersimpan di dalam ingatan

seseorang yang relevan dengan stimulus itu (top-down). Berdasarkan keterangan

tersebut, Suharnan (2005:56-60) mengklasifikasikan hal-hal yang dapat

mempengaruhi proses persepsi antara lain “informasi, pengetahuan dan pengalaman, familiaritas, ukuran, intensitas, serta gerak”. Informasi berkaitan

dengan apa yang ditampilkan oleh stimulus pada waktu terjadinya proses persepsi. Pengetahuan dan pengalaman merupakan sesuatu yang tersimpan dalam ingatan


(32)

orang yang melakukan persepsi yang relevan dengan objek persepsi. Sedangkan familiaritas mengandung arti bahwa objek-objek yang sudah dikenal akrab oleh pelaku persepsi maka cenderung lebih mudah dipersepsi daripada objek yang baru atau masih asing. Ukuran berarti bahwa objek persepsi yang berukuran lebih besar akan lebih mudah dipersepsi atau dikenali daripada objek yang berukuran kecil. Faktor ukuran ini umumnya berhubungan dengan objek persepsi yang berwujud fisik dengan ukuran yang dapat dilihat oleh pelaku persepsi. Intensitas dan gerak juga berhubungan dengan objek yang berwujud fisik. Intensitas mengacu pada warna objek persepsi, warna yang tajam atau mencolok lebih mudah dipersepsi. Demikian pula dengan gerak, objek yang bergerak juga cenderung lebih mudah dipersepsi daripada objek yang diam.

Sedangkan menurut Sugiyo (2005:38-41), secara garis besar terdapat dua faktor yang mempengaruhi kecermatan persepsi antar pribadi, yaitu “faktor

situasional dan faktor personal”. Faktor situasional berhubungan dengan deskripsi verbal, petunjuk proksemik, petunjuk kinesik, petunjuk wajah, dan petunjuk paralinguistik. Deskripsi verbal berhubungan dengan rangkaian kata sifat yang dapat menentukan persepsi seseorang. Petunjuk proksemik berhubungan dengan penggunaan jarak/ruang dan waktu dalam menyampaikan pesan. Jarak ini terbagi menjadi jarak publik, jarak sosial, jarak personal, dan jarak akrab. Petunjuk kinesik berkaitan dengan gerakan, sedangkan petunjuk paralinguistik merupakan cara seseorang mengucapkan lambang-lambang verbal.

Faktor personal terbagi menjadi pengalaman, motivasi, kepribadian, intelegensi, kemampuan menarik kesimpulan, dan objektivitas. Faktor personal ini


(33)

berhubungan dengan orang yang melakukan persepsi. Pengalaman yang banyak akan mendorong persepsi semakin cermat. Motivasi yang tinggi terhadap objek persepsi akan menyebabkan persepsi menjadi bias atau kurang objektif. Kepribadian mengandung arti bahwa orang yang memiliki penilaian bik terhadap diri sendiri cenderung memberikan penilaian yang positif pula bagi orang lain. Sementara itu, intelegensi, kemampuan menarik kesimpulan dan objektivitas yang baik akan memicu persepsi yang baik pula.

Pendapat lain dikemukakan oleh Siagian (2004:98-105) yang mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi antara lain

“faktor dari dalam diri orang yang bersangkutan, faktor sasaran persepsi, dan faktor situasi”. Faktor dari diri orang yang bersangkutan berarti apabila seseorang melihat sesuatu dan berusaha memberikan interpretasi terhadap apa yang dilihatnya, orang tersebut dipengaruhi oleh karakteristik pribadinya, seperti sikap, motif, kepentingan, minat, pengalaman, dan harapan. Faktor sasaran persepsi merupakan fokus persepsi terhadap benda, orang maupun peristiwa. Sifat-sifat sasaran tersebut biasanya berpengaruh terhadap persepsi orang yang melihatnya. Faktor situasi berhubungan dengan keadaan dimana persepsi tersebut muncul.

Krech dan Crutchfield dalam Rakhmat (2005:55-59) menyatakan bahwa persepsi dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu “faktor fungsional dan faktor

struktural). Faktor fungsional merupakan faktor yang berasal dari kebutuhan pengalaman masa lalu. Faktor ini juga dikenal dengan faktor personal dimana persepsi tidak ditentukan oleh jenis atau bentuk stimulus, melainkan karakteristik individu yang memberikan respon pada stimulus tersebut. Objek yang mendapat


(34)

tekanan dalam persepsi biasanya objek yang memenuhi tujuan individu yang melakukan persepsi, yang dipengaruhi pula oleh kebutuhan, kesiapan mental, suasana emosional, dan latar belakang budaya tehadap persepsi. Sedangkan faktor struktural artinya apabila kita mempersepsi sesuatu, kita mempersepsinya sebagai suatu keseluruhan. Jika ingin memahami suatu peristiwa, kita tidak dapat meneliti suatu fakta secara terpisah melainkan harus memandangnya dalam hubungan keseluruhan yaitu konteksnya, lingkungan serta masalah yang dihadapinya.

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa persepsi dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Kedua faktor tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

(1)Faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu, dalam hal ini adalah individu yang melakukan pesepsi. Faktor ini berhubungan dengan penginderaan, pengetahuan dan perasaan yang relevan dengan keadaan objek yang dipersepsi dan disimpan dalam ingatan individu yang melakukan pesepsi. Pengetahuan dan pengalaman yang berkaitan dengan proses belajar, cakrawala, kebutuhan, motivasi, nilai dan harapan yang tersimpan dalam diri individu turut berpengaruh terhadap proses persepsi.

(2)Faktor eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar individu, dalam hal ini adalah objek yang dipersepsi. Faktor ini berhubungan dengan apa yang ditampilkan oleh objek persepsi. Penampilan objek persepsi inilah yang kemudian akan dinilai dan ditarsirkan oleh individu yang melakukan persepsi. Selain penampilan objek persepsi, faktor lain yang turut mempengaruhi adalah waktu, lingkungan, dan keadaan sosial.


(35)

Kedua faktor tersebut merupakan proses yang berlangsung secara serempak, saling melengkapi dan bukan berjalan sendiri-sendiri. Persepsi tidak dapat tejadi hanya berdasarkan satu faktor saja, kedua faktor tersebut saling melengkapi dan akhirnya membentuk kesan dan penafsiran tertentu pada diri individu mengenai objek persepsi. Sehubungan dengan penelitian ini, individu yang melakukan persepsi adalah siswa, sedangkan objek persepsi adalah konselor.

2.2.1.3 Proses Terjadinya Persepsi

De Vito dalam Sugiyo (2005:34) mengemukakan bahwa proses persepsi

melalui tiga tahap yaitu “stimulasi sensori terjadi, stimulasi organisasi terorganisasi, dan stimulasi sensori diinterpretasikan”. Stimulasi sensori misalnya

mendengarkan lagu,mencium bau parfum, dan lain-lain. Stimulasi sensori tersebut akan berlanjut dengan proses pemahaman, kemudian apa yang telah diterima akan ditafsirkan oleh individu yang melakukan persepsi. Persepsi merupakan bagian dari keseluruhan proses yang menghasilkan tanggapan setelah rangsangan diterapkan kepada manusia. Dari segi psikologi dikatakan bahwa tingkah laku seseorang merupakan fungsi dari cara dia memandang. Oleh karena itu, untuk mengubah tingkah laku seseorang harus dimulai dengan mengubah persepsinya. Sobur (2003:447) menjabarkan komponen utama dalam proses persepsi antara lain “seleksi, interpretasi, dan reaksi”. Seleksi adalah proses penyaringan oleh

indera terhadap rangsangan dari luar, intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit. Setelah diseleksi kemudian diorganisasikan atau diinterpretasi, proses ini melibatkan pengalaman masa lalu, nilai yang dianut, motivasi, kepribadian,


(36)

kecerdasan, dan sebagainya. Selanjutnya, interpretasi dan persepsi tersebut diterjemahkan dalam bentuk tingkah laku sebagai reaksi.

Proses pertama dalam persepsi adalah menerima rangsangan atau data dari berbagai sumber melalui panca indera. Setelah diterima, rangsangan atau data diseleksi untuk diproses lebih lanjut. Rangsangan yang diterima selanjutnya diorganisasikan dalam suatu bentuk. Setelah rangsangan atau data diterima dan diatur, penerima menafsirkan data itu dengan berbagai cara. Proses penafsiran inilah yang dinamakan persepsi. Persepsi pada intinya adalah memberikan arti pada berbagai data dan informasi yang diterima. Setelah melakukan penafsiran atau persepsi maka akan diwujudkan dalam reaksi atau tindakan tertentu terhadap objek yang dipersepsi.

Walgito dalam Sugiyo (2005:35) mengemukakan proses persepsi terbagi menjadi tiga tahap, yaitu sebagai berikut:

(1)Proses kealaman, dimana objek objek menimbulkan stimulus dan stimulus mengenai alat indera atau reseptor.

(2)Proses fisiologis, merupakan proses dimana stimulus yang diterima alat indera diteruskan oleh syaraf sensoris ke otak. (3)Proses psikologis, merupakan proses yang terjadi di otak sebagai

pusat kesadaran sehingga individu menyadari apa yang ia terima melalui alat indera sebagai akibat dari stimulus yang diterimanya.

Dalam proses persepsi perlu adanya perhatian sebagai langkah persiapan dalam persepsi itu. Hal tersebut menunjukkan bahwa individu tidak hanya dikenai oleh satu stimulus saja, tetapi berbagai macam stimulus yang ditimbulkan oleh keadaan sekitarnya. Namun, tidak semua stimulus mendapatkan respon individu untuk dipersepsi. Stimulus mana yang akan dipersepsi atau mendapatkan respon


(37)

tergantung pada perhatian individu yang bersangkutan. Penafsiran terhadap stimulus bersifat subjektif sehingga pemaknaan stimulus yang sama belum tentu menghasilkan interpretasi yang sama pula. Hal ini dipengaruhi oleh pengalaman, kebutuhan, nilai dan harapan yang ada pada diri individu.

Berdasarkan keterangan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa proses persepsi berlangsung dalam beberapa tahap. Proses tersebut dimulai dengan adanya stimulus yang mengenai alat indera. Stimulus ini berasal dari objek atau kejadian yang menjadi pengalaman individu. Stimulus yang diterima akan diteruskan oleh syaraf sensoris ke pusat susunan syaraf (otak). Setelah informasi sampai ke otak terjadi proses kesadaran, yaitu individu mampu menyadari apa yang dilihat, dirasa dan sebagainya. Setelah menyimpulkan dan menafsirkan informasi yang diterimanya, individu memunculkan respon sebagai reaksi terhadap stimulus yang diterimanya.

Dalam penelitian ini, objek yang akan dipersepsi oleh siswa adalah kompetensi keprbadian konselor. Objek tersebut akan menjadi stimulus yang akan diteruskan oleh syaraf sensoris ke otak kemudian ditafsirkan. Proses penafsiran ini dapat berbeda antara siswa satu dengan lainnya, hal ini tergantung pengalaman masing-masing siswa khususnya yang berkaitan dengan kompetensi kepribadian konselor.


(38)

2.2.2

Kompetensi Kepribadian Konselor

2.2.2.1 Pengertian Kompetensi Konselor

Permandiknas No 27 Tahun 2008 tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi konselor bahwa sosok utuh kompetensi konselor mencakup kompetensi akademik dan kompetetensi professional.

Kompetensi merupakan kemampuan yang seharusnya/ dapat dilakukan oleh guru sesuai dengan kualifikasi, fungsi, dan tanggung jawab mereka sebagai pengajar dan pendidik. Kemampuan melakukan sesuatu sesuai dengan kualifikasi, fungsi, dan tanggung jawab tersebut lebih sekedar mengetahui dan memahami.

Menurut Siskandar dalam Pedoman PPL (2011: 88), kompetensi adalah kemampuan yang dapat dilakukan oleh guru yang mencakup kepribadian, sikap dan tingkah laku guru yang ditunjukkan dalam setiap gerak-gerik sesuai dengan tuntutan profesi sebagai guru. Kemampuan ditunjang oleh penguasaan pengetahuan atau wawasan akademis maupun non akademis (knowledge e/insight/abilities), keahlian (skills), dan sikap/ kepribadian (attitudes). Oleh

karena itu berkaitan dengan kompetensi guru, seseorang sebelum menjadi guru haruslah dipersiapkan proses dan materi yang diberikan.

Dalam UU RI No 14 Tahun 2005, tentang guru dan dosen bahwa kompetensi pendidik/ guru meliputi :

1. Kompetensi paedagogik merupakan kemampuan dalam mengelola pembelajaran peserta didik,

2. Kompetensi professional merupakan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peser didik memenuhi standar kompetensi yang diterapkan dalam standar nasional,

3. Kompetensi sosial adalah kemampuan berkomuniksi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik,


(39)

tenaga kependidikan, orang tua atau wali, serta masyarakat sekitar,

4. Kompetensi kepribadian adalah kepribadian yang harus melekat pada pendidik yang merupakan pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, berwibawa, berakhlak mulia, serta dapat dijadikan teladan bagi peserta didik.

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa kompetensi konselor merupakan kemampuan yang dimiliki oleh konselor yang mencakup kepribadian, sikap dan tingkah laku konselor yang ditunjukkan dalam setiap gerak-gerik sesuai dengan tuntutan profesi sebagai konselor, dan kompetensi kepribadian konselor mrliputi kompetensi pedagogik, kompetensi professional, kompetensi sosial dan kompetensi kepribadian. Dalam penelitian ini peneliti akan meneliti tentang kompetensi kepribadian konselor.

2.2.2.2 Jenis-Jenis Kompetensi Konselor

Depiknas (2007: 261-266) sosok utuh kompetensi konselor terdiri atas dua komponen yang berbeda namun terintegrasi dalam praksis sehingga tidak dapat dipisahkan yaitu kompetensi akademik dan kompetensi profesional.

1. Kompetensi Akademik Konselor

Kompetensi akademik konselor yang utuh diperoleh melalui Program S-1 Pendidikan Profesi Konselor. Untuk menjadi pengampu pelayanan di bidang bimbingan dan konseling, tidak dikenal adanya pendidikan profesional konsekutif sebagaimana yang berlaku di bidang pendidikan profesi guru. Kompetensi akademik konselor profesional terdiri atas kemampuan:


(40)

a. Mengenal secara mendalam konseli yang hendak dilayani.

Sosok kepribadian serta dunia konseli perlu didalami oleh konselor yaitu menghormati kerangka pikir konseli yang memperhadapakan karakteristik konseli yang telah bertumbuh dalam latar belakang keluarga dan lingkungan budaya tertentu sebagai rujukan normatif beserta berbagai permasalahan serta solusi yang harus dipilihnya dalam rangka memetakan lintasan perkembangan kepribadian konseli dari keadaan sekarang ke arah yang dikehendaki. Sebagai konselor dalam upaya mengenal secara mendalam konseli yang dilayani, konselor harus mempunyai sikap empatik, menghormati keragaman, serta mengedepankan kemaslahatan konseli dalam pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling.

b. Menguasai khasanah teoritik dan prosedural termasuk teknologi dalam bimbingan dan konseling. Penguasaan khasanah teoretik dan prosedural serta teknologi dalam bimbingan dan konseling mencakup kemampuan: 1) Menguasai secara akademik teori, prinsip, teknik dan prosedur, dan

sarana yang digunakan dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling.

2) Mengemas teori, prinsip dan prosedur serta sarana bimbingan dan konseling sebagai pendekatan, prinsip, teknik dan prosedur dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling yang memandirikan.

3) Menyelenggarakan layanan ahli bimbingan dan konseling yang memandirikan.


(41)

2. Kompetensi Profesional Konselor

Penguasaan Kompetensi Profesional Konselor terbentuk melalui latihan dalam menerapkan kompetensi akademik dalam bidang bimbingan dan konseling yang telah dikuasai itu dalam otentik di sekolah atau arena terapan layanan ahli lain yang relevan melalui melalui Program Pendidikan Profesi Konselor berupa Program Pengalaman Lapangan (PPL) yang sistematis dan sungguh-sungguh. Untuk menumbuhkan kemampuan profesional konselor, maka kriteria keberhasilan dalam keterlibatan konselor dalam Program Pendidikan Profesi Konselor berupa Program Pengalaman Lapangan itu adalah pertumbuhan kemampuan konselor dalam menggunakan rentetan panjang keputusan- keputusan kecil yang dibingkai kearifan dalam mengorkestrasikan optimasi pemanfaatan dampak layanannya demi tercapainya kemandirian konseli dalam konteks tujuan utuh pendidikan. Kompetensi profesional konselor meliputi: kompetensi pedagogik, komptensi profesional, komptensi sosial, dan komptensi kepribadian.

Dalam UU RI No 14 Tahun 2005, tentang guru dan dosen bahwa kompetensi pendidik/ guru meliputi :

1. Kompetensi paedagogik merupakan kemampuan dalam mengelola pembelajaran peserta didik,

2. Kompetensi professional merupakan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang diterapkan dalam standar nasional,

3. Kompetensi sosial adalah kemampuan berkomuniksi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua atau wali, serta masyarakat sekitar,

4. Kompetensi kepribadian adalah kepribadian yang harus melekat pada pendidik yang merupakan pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, berwibawa, berakhlak mulia, serta dapat dijadikan teladan bagi peserta didik.


(42)

Pada keterangan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kompetensi konselor yaitu kompetensi akademik dan kompetensi profesional konselor yang meliputi empat kompetensi, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi professional, kompetensi sosial, dan kompetensi kepribadian. Dalam penelitian ini dari keempat kompetensi konselor tersebut akan dibahas salah satu kompetensi konselor yaitu kompetensi kepribadian konselor.

2.2.2.3 Kompetensi Kepribadian Konselor

Standar kompetensi konselor telah dikembangkan dan dirumuskan atas dasar kerangka pikir yang menegaskan konteks tugas dan ekspektasi kinerja konselor, maka rumusan kompetensi akademik dan professional konselor dirumuskan ke dalam kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan professional.

Kompetensi kepribadian adalah kepribadian yang harus melekat pada pendidik yang merupakan pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, berwibawa, berakhlak mulia serta dapat dijadikan teladan bagi peserta didik. Kompetensi ini mencakup penampilan/ sikap yang positip terhadap keseluruhan tugas sebagai guru dan terhadap keseluruhan situasi pendidik beserta unsur-unsurnya. Di samping itu pemahaman dan penghayatan dan penampilan nilai-nilai yang segogyanya dianut oleh seorang guru dan penampilan diri sebagai panutan anak didiknya. Secara rinci kompetensi kepribadian mencakup: a) menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, b) menampilkan diri sebagai yang berakhlak mulia dan sebagai teladan bagi peserta didik dan


(43)

masyarakat, c) mengevaluasi kinerja sendiri, d) mengembangkan diri secara berkelanjutan. (Pedoman PPL, 2011: 90)

Dalam Permendiknas No 27 Tahun 2008 tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi konselor menyebutkan bahwa kompetensi kepribadian konselor mencakup aspek-aspek, yaitu sebagai berikut :

1. Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang maha Esa, meliputi (a) menampilkan kepribadian yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, (b) konsisten dalam menjalankan kehidupan beragama dan toleran terhadap pemeluk agama lain, (c) berakhlak mulia dan berbudi pekerti luhur, 2. Menghargai dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, individualitas

dan kebebasan memilih, meliputi (a) mengaplikasikan pandangan positif dan dinamis tentang manusia sebagai makhluk spiritual, bermoral, social, individual, dan berpotensi, (b) menghargai dan mengembangkan potensi positif individu pada umumnya dan konseli pada khususnya, (c) peduli terhadap kemaslahatan manusia pada umumnya dan konseli pada khususnya, (d) menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sesuai dengan hak asasinya, (e) toleran terhadap permasalahan konseli, (f) bersikap demokratis, 3. Menunjukkan integritas stabilitas kepribadian yang kuat, meliputi (a)

menampilkan kepribadian dan perilaku yang terpuji (seperti berwibawa, jujur, sabar, ramah, dan konsisten), (b) menampilkan emosi yang stabil, (c) peka, bersikap empati, serta menghormati karagaman dan perubahan, (d) menampilkan toleransi tinggi terhadap konseli yang menghadapi stress dan frustasi.


(44)

4. Menampilkan kinerja berkualitas tinggi, meliputi (a) menampilkan tindakan yang cerdas, kreatif, inovatif, dan produktif. (b) bersemangat, berdisiplin, dan mandiri, (c) berpenampilan menarik dan menyenangkan, (d) berkomunikasi secara efektif.

Menurut Standar Nasional Pendidikan, pasal 28 ayat 3 butir b dalam Mulyasa (2008: 117) bahwa kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia. Kompetensi ini mencakup penampilan/sikap yang positif terhadap keseluruhan tugas sebagai konselor dan terhadap keseluruhan situasi pendidikan beserta unsur-unsurnya. Di samping itu, pemahaman, penghayatan, dan penampilan nilai-nilai yang dianut oleh konselor dan penampilan diri sebagai panutan peserta didiknya.

Kompetensi kepribadian sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan dalam membentuk kepribadian siswa, dan berpengaruh besar terhadap keberhasilan pendidikan. Konselor dituntut untuk memiliki kompetensi kepribadian yang memadai, kompetensi kepribadian konselor merupakan kompetensi konselor yang melandasi kompetensi–kompetensi lainnya.

Dimick dalam Latipun (2006 : 57) mengemukakan bahwa kesadaran konselor terhadap persoalan akan menguntungkan klien. Dimensi persoalan yang harus disadari konselor dan perlu dimiliki secara singkat sebagai berikut : (1) Spontanitas, (2) Fleksibilitas, (3) Konsentrasi, (4) Keterbukaan, (5) Stabilitas emosi, (6) Berkeyakinan akan kemampuan untuk berubah, (7) Komitmen pada rasa kemanusiaan, (8) Kemampuan membantu klien, (9) Pengatahuan konselor, dan (10) Totalitas.


(45)

1. Spontanitas

Sikap spontanitas (spontanity) konselor merupakan aspek yang

sangat penting dalam hubungan konseling. Spontanitas menyangkut kemampuan konselor untuk merespon peristiwa yang sebagaimana yang dilihatnya dalam hubungan konseling. Pengalaman dan pengetahuan diri yang mendalam akan sangat membantu konselor untuk mengantisipasi respon dengan lebih teliti. Makin banyak pengetahuan dan pengalaman konselor dalam menangani klien akan semakin memiliki spontanitas yang lebih baik.

2. Fleksibilitas

Fleksibilitas (flexibility) adalah kemampuan konselor untuk

mengubah, memodifikasi, dan menetapkan cara-cara yang digunakan jika keadaan mengharuskan. Fleksibilitas mencakup spontanitas dan kreativitas yang keduanya tidak dapat dipisahkan dari fleksibilitas. Sikap fleksibilitas ini klien akan mampu untuk merealisasikan potensinya. Fleksibilitas merupakan tidak ada cara yang tetep dan pasti bagi konselor dan klien untuk mengatasi masalahnya. Fleksibilitas terjadi tidak hanya dalam hubungan konseling saja, tetapi juga dalam sehari-hari konselor.

3. Konsentrasi

Kepedulian konselor kepada kliennya ditunjukkan dengan kemampuan berkonsentrasi dalam hubungan konseling. Konsentrasi


(46)

Konselor bebas dari berbagai hambatan dan secara total memfokuskan pada perhatiannya kepada klien. Konsentrasi mencakup dua dimensi, yaitu verbal dan non verbal. Konsentrasi secara verbal yaitu konselor mendengarkan verbalisasi klien, cara verbalisasi itu diungkapkan dan makna bagi klien (personal meaning) yang ada dibalik kata-kata yang diungkapkan.

Sedangkan konsentrasi secara non verbal merupakan konselor memperhatikan seluruh gerekan, ekspresi, intonasi, dan perilaku lainnya yang ditunjukkan oleh klien dan semua yang berhubungan dengan pribadi klien.

4. Keterbukaan

Keterbukaan (openness) adalah kemampuan konselor untuk

mendengarkan dan menerima nilai-nilai orang lain, tanpa melakukan distorsi dalam menemukan kebutuhannya sendiri. Keterbukaan bukan berarti konselor itu bebas nilai, konselor tidak perlu melakukan pembelaan diri dan tidak perlu berbasa-basi jika mendengar dan menerima nilai orang lain. Nilai yang dianut konselor berbeda dengan nilai yang dianut oleh klien. Konselor yang efektif dan toleran terhadap adanya perbedan-perbedaan nilai itu. Keterbukaan tidak bermakna konselor menyetujui dan tidak menyetujui apa yang dipikirkan, dirasakan atau dikatakan klien. Keterbukaan mengandung arti kemauan konselor bekerja keras untuk menerima pandangan klien sesuai dengan yang dirasakan dan/atau yang dikomunikasikan. Keterbukaan juga merupakan kemauan konselor untuk


(47)

secara terus menerus menguji kembali dan menetapkan nilai-nilainya sendiri dalam pertumbuhan dan perkembangannya.

5. Stabilitas Emosi

Konselor yang efektif memiliki stabilitas emosional (emotional stability). Stabilitas emosional berarti jauh dari kecenderungan keadaan

psikopstologis. Dengan kata lain, secara emosional konselor dalam keadaan sehat, tidak mengalami gangguan mental yang dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangannya. Stabilitas emosional tidak berarti konselor harus selalu tampak senang dan gembira, tetapi keadaan konselor yang menunjukkan sebagai peson yang dapat menyesuaikan diri dan terintegratif. Penngalaman emosional yang tidak stabil dapat saja dialami setiap orang termasuk konselor itu sendiri. Pengalaman ini dapat dijadikan sebagai kerangka untuk lebih dapat memahami klien dan sikap empatik, dan jangan sampai pengalaman ini dapat berefek negative dalam hubungan konseling.

6. Berkeyakinan akan Kemampuan untuk Berubah

Keyakinan akan kemampuan untuk berubah selalu ada dalam bidang psikologi, pendidikan dan konseling. Apa perlunya bidang itu dikembangkan jika bukan sebagai proses untuk mengubah perilaku, sikap, keyakinan dan perasaan individu. Konselor selalu berkeyakinan bahwa setiap orang pada dasarnya berkemampuan untuk mengubah keadaanya


(48)

yang mungkin belum sepenuhnya optimal dan tugas konselor adalah membantu sepenuhnya proses perubahan menjadi lebih efektif.

7. Komitmen Pada Rasa Kemanusiaan

Komitmen perlu dimiliki konselor dan menjadi dasar dalam usahanya membantu klien mencapai keinginan, perhatiannya, dan kemauannya.

8. Kemauan Membantu Klien Mengubah Lingkungannya

Konselor yang efektif bersedia untuk selalu membantu klien mencapai pertumbuhan, keistimewaan, berkebebasab, dan keotentikan.Erhatian konselor bukan membantu klien tunduk atau menyesuaikan dengan lingkungannya sesuai dengan potensi yang dimiliki. Dengan demikian, klien menjadi subyek yang lebih bertanggung jawab terhadap lingkungannya bukan orang yang selalu mengikuti apa kata lingkungannya.

9. Pengetahuan Konselor

Tugas konselor membantu kliennya untuk meningkatkan dirinya secara keseluruhan.Konselor perlu menjadi pribadi yang utuh. Untuk dapat mencapai pribadi yang utuh, konselor harus mengetahui ilmu perilaku, mengetahui filsafat, mengetahui lingkungannya. Konselor harus bijak dalam memahami dirinya sendiri, orang lain, kondisi dan pengalamannya dalam hal peningkatan aktualisasi dirinya sebagai pribadi yang utuh. Usaha untuk terus belajar mengenai diri dan orang lain menjadi tuntutan seorang


(49)

konselor. Konselor harus siap untuk melakukan koreksi terhadap dirinya sendiri dan terbuka dari kritik orang lain.

10.Totalitas

Konselor sebagai pribadi yang total, berbeda dan terpisah dengan orang lain. Dalam konteks ini konselor perlu memiliki kualitas pribadi yang baik, yang mencapai kondisi kesehatan mentalnya secara positif. Konselor memiliki otonomi, mandiri, dan tidak menggantungkan pribadinya secara emosional kepada orang lain. Kualitas pribadi konselor perlu memperoleh perhatian dari konselor itu sendiri. Kegagalan konselor dalam menumbuhkan pribadinya akan sangat berpengaruh terhadap hubungan dan efektivitasnya dalam konseling.

Mulyasa (2008:121) juga mengemukakan kompetensi kepribadian, yang meliputi :

1. Kepribadian yang matap, stabil, dan dewasa

Hal ini penting karena banyak masalah pendidikan yang disebabkan oleh faktor kepribadian yang kurang mantap, kurang stabil, dan kurang dewasa. Kondisi seperti ini yang nantinya akan mengakibatkan konselor bersifat kurang profesional. Kepribadian yang mantap akan membuat siswanya menjadi percaya kepada konselor pada saat proses penanganan masalah ataupun proses pengembangan diri siswa. Emosi yang stabilpun akan berpengaruh pada pengambilan keputusan untuk solusi masalah yang


(50)

dialami siswa. Pribadi yang dewasa akan membentuk perasaan nyaman pada konselornya dan percaya bahwa konselornya mampu membantu memecahkan masalahnya.

2. Disiplin, arif, dan berwibawa

Dalam mendisiplinkan siswa, sangatlah penting jika seorang konselor berusaha untuk mendisiplinkan dirinya terlebih dahulu. Pembentukkan pribadi yang disiplin pada siswa, nantinya akan membantu menemukan dirinya; mengatasi masalah, memecahkan timbulnya masalah. Seorang konselor perlu mempunyai pribadi yang disiplin, arif, serta berwibawa. Wibawa akan menjadikan siswa menghormati konselornya, namun tidak mengurangi perasaan percaya bahwa konselornya mampu menjadi pribadi yang fleksibel, yaitu mampu menjadi teman curhat sekaligus pendidik yang profesional.

3. Menjadi teladan bagi peserta didik

Untuk menjadi teladan tentunya harus mempunyai sesuatu yang baik, yang nantinya dapat diturunkan pada peserta didik. Seorang konselor dengan perilaku serta kepribadian baik, sudah tentu pantas untuk ditiru oleh siswanya. Selalu menjaga sikap dihadapan siswa menjadi kunci untuk dijadikan teladan yang baik.

4. Berakhlak mulia

Semua aspek tidak ada artinya jika aspek yang satu ini tidak terpenuhi. Akhlak mulia merupakan hal utama karena dengan berakhlak


(1)

3 3 3 3 3 15 75.00% Baik 3 3 3 3 3 15 75.00% Baik 3 3 3 3 3 15 75.00% Baik 3 3 3 3 3 15 75.00% Baik 4 3 3 4 4 18 90.00% Baik 4 3 3 4 4 18 90.00% Baik 3 3 3 4 4 17 85.00% Baik 3 3 3 4 4 17 85.00% Baik 3 3 3 4 3 16 80.00% Baik 3 3 3 4 3 16 80.00% Baik 3 3 3 4 2 15 75.00% Baik 3 3 3 4 2 15 75.00% Baik 3 3 3 3 4 16 80.00% Baik 3 3 3 3 4 16 80.00% Baik 3 3 3 3 4 16 80.00% Baik 3 3 3 3 4 16 80.00% Baik 4 3 4 3 4 18 90.00% Baik 4 3 4 3 4 18 90.00% Baik 3 3 3 4 4 17 85.00% Baik 3 3 3 4 4 17 85.00% Baik 3 3 3 3 3 15 75.00% Baik 3 3 3 3 3 15 75.00% Baik 2 2 2 4 3 13 65.00% Baik 2 2 2 4 3 13 65.00% Baik 3 3 3 3 3 15 75.00% Baik 3 3 3 3 3 15 75.00% Baik 3 3 3 3 3 15 75.00% Baik 3 3 3 3 3 15 75.00% Baik 4 3 2 4 4 17 85.00% Baik 4 3 2 4 4 17 85.00% Baik 3 3 2 2 3 13 65.00% Baik 3 3 2 2 3 13 65.00% Baik 3 3 3 3 3 15 75.00% Baik 3 3 3 3 3 15 75.00% Baik 3 3 3 3 3 15 75.00% Baik 3 3 3 3 3 15 75.00% Baik 3 3 3 3 4 16 80.00% Baik 3 3 3 3 4 16 80.00% Baik 3 3 3 3 3 15 75.00% Baik 3 3 3 3 3 15 75.00% Baik 3 3 3 3 3 15 75.00% Baik 3 3 3 3 3 15 75.00% Baik 3 3 3 3 3 15 75.00% Baik 3 3 3 3 3 15 75.00% Baik 3 3 3 3 2 14 70.00% Baik 3 3 3 3 2 14 70.00% Baik


(2)

3 3 3 3 3 15 75.00% Baik 3 3 3 3 3 15 75.00% Baik 3 3 3 2 1 12 60.00% Baik 3 3 3 2 1 12 60.00% Baik 3 3 3 3 3 15 75.00% Baik 3 3 3 3 3 15 75.00% Baik 3 3 3 3 3 15 75.00% Baik 3 3 3 3 3 15 75.00% Baik 3 3 3 3 3 15 75.00% Baik 3 3 3 3 3 15 75.00% Baik 3 3 3 3 3 15 75.00% Baik 3 3 3 3 3 15 75.00% Baik 4 3 3 4 4 18 90.00% Baik 4 3 3 4 4 18 90.00% Baik 3 3 3 4 4 17 85.00% Baik 3 3 3 4 4 17 85.00% Baik 3 3 3 4 3 16 80.00% Baik 3 3 3 4 3 16 80.00% Baik 3 3 3 4 2 15 75.00% Baik 3 3 3 4 2 15 75.00% Baik 3 3 3 3 4 16 80.00% Baik 3 3 3 3 4 16 80.00% Baik 3 3 3 3 4 16 80.00% Baik 3 3 3 3 4 16 80.00% Baik 4 3 4 3 4 18 90.00% Baik 4 3 4 3 4 18 90.00% Baik 3 3 3 4 4 17 85.00% Baik 3 3 3 4 4 17 85.00% Baik 3 3 3 3 3 15 75.00% Baik 3 3 3 3 3 15 75.00% Baik 2 2 2 4 3 13 65.00% Baik 2 2 2 4 3 13 65.00% Baik 3 3 3 3 3 15 75.00% Baik 3 3 3 3 3 15 75.00% Baik 3 3 3 3 3 15 75.00% Baik 3 3 3 3 3 15 75.00% Baik 4 3 2 4 4 17 85.00% Baik 4 3 2 4 4 17 85.00% Baik 3 3 2 2 3 13 65.00% Baik 3 3 2 2 3 13 65.00% Baik 3 3 3 3 3 15 75.00% Baik 3 3 3 3 3 15 75.00% Baik 3 3 3 3 3 15 75.00% Baik 3 3 3 3 3 15 75.00% Baik 3 3 3 3 4 16 80.00% Baik 3 3 3 3 4 16 80.00% Baik


(3)

3 3 3 3 3 15 75.00% Baik 3 3 3 3 3 15 75.00% Baik 3 3 3 3 3 15 75.00% Baik 3 3 3 3 3 15 75.00% Baik 3 3 3 3 3 15 75.00% Baik 3 3 3 3 3 15 75.00% Baik 3 3 3 3 2 14 70.00% Baik 3 3 3 3 2 14 70.00% Baik 3 3 3 3 3 15 75.00% Baik 3 3 3 3 3 15 75.00% Baik 3 3 3 2 1 12 60.00% Baik 3 3 3 2 1 12 60.00% Baik 3 3 3 3 3 15 75.00% Baik 3 3 3 3 3 15 75.00% Baik 3 3 3 3 3 15 75.00% Baik 3 3 3 3 3 15 75.00% Baik 3 3 3 3 3 15 75.00% Baik 3 3 3 3 3 15 75.00% Baik 3 3 3 3 3 15 75.00% Baik 3 3 3 3 3 15 75.00% Baik 4 3 3 4 4 18 90.00% Baik 4 3 3 4 4 18 90.00% Baik 3 3 3 4 4 17 85.00% Baik 3 3 3 4 4 17 85.00% Baik 3 3 3 4 3 16 80.00% Baik 3 3 3 4 3 16 80.00% Baik 3 3 3 4 2 15 75.00% Baik 3 3 3 4 2 15 75.00% Baik 3 3 3 3 4 16 80.00% Baik 3 3 3 3 4 16 80.00% Baik 3 3 3 3 4 16 80.00% Baik 3 3 3 3 4 16 80.00% Baik 4 3 4 3 4 18 90.00% Baik 4 3 4 3 4 18 90.00% Baik 3 3 3 4 4 17 85.00% Baik 3 3 3 4 4 17 85.00% Baik 3 3 3 3 3 15 75.00% Baik 3 3 3 3 3 15 75.00% Baik 2 2 2 4 3 13 65.00% Baik 2 2 2 4 3 13 65.00% Baik 3 3 3 3 3 15 75.00% Baik 3 3 3 3 3 15 75.00% Baik 3 3 3 3 3 15 75.00% Baik 3 3 3 3 3 15 75.00% Baik 4 3 2 4 4 17 85.00% Baik 4 3 2 4 4 17 85.00% Baik


(4)

3 3 2 2 3 13 65.00% Baik 3 3 2 2 3 13 65.00% Baik 3 3 3 3 3 15 75.00% Baik 3 3 3 3 3 15 75.00% Baik 3 3 3 3 3 15 75.00% Baik 3 3 3 3 3 15 75.00% Baik 3 3 3 3 4 16 80.00% Baik 3 3 3 3 4 16 80.00% Baik 3 3 3 3 3 15 75.00% Baik 3 3 3 3 3 15 75.00% Baik 3 3 3 3 3 15 75.00% Baik 3 3 3 3 3 15 75.00% Baik 3 3 3 3 3 15 75.00% Baik 3 3 3 3 3 15 75.00% Baik 3 3 3 3 2 14 70.00% Baik 3 3 3 3 2 14 70.00% Baik 3 3 3 3 3 15 75.00% Baik 3 3 3 3 3 15 75.00% Baik 3 3 3 2 1 12 60.00% Baik 3 3 3 2 1 12 60.00% Baik 3 3 3 3 3 15 75.00% Baik 3 3 3 3 3 15 75.00% Baik 3 3 3 3 3 15 75.00% Baik 3 3 3 3 3 15 75.00% Baik 3 3 3 3 3 15 75.00% Baik 3 3 3 3 3 15 75.00% Baik 3 3 3 3 3 15 75.00% Baik 3 3 3 3 3 15 75.00% Baik 4 3 3 4 4 18 90.00% Baik 4 3 3 4 4 18 90.00% Baik 3 3 3 4 4 17 85.00% Baik 3 3 3 4 4 17 85.00% Baik 3 3 3 4 3 16 80.00% Baik 3 3 3 4 3 16 80.00% Baik 3 3 3 4 2 15 75.00% Baik 3 3 3 4 2 15 75.00% Baik 3 3 3 3 4 16 80.00% Baik 3 3 3 3 4 16 80.00% Baik 3 3 3 3 4 16 80.00% Baik 3 3 3 3 4 16 80.00% Baik 4 3 4 3 4 18 90.00% Baik 4 3 4 3 4 18 90.00% Baik 3 3 3 4 4 17 85.00% Baik 3 3 3 4 4 17 85.00% Baik 3 3 3 3 3 15 75.00% Baik 3 3 3 3 3 15 75.00% Baik


(5)

2 2 2 4 3 13 65.00% Baik 2 2 2 4 3 13 65.00% Baik 3 3 3 3 3 15 75.00% Baik 3 3 3 3 3 15 75.00% Baik 3 3 3 3 3 15 75.00% Baik 3 3 3 3 3 15 75.00% Baik 4 3 2 4 4 17 85.00% Baik 4 3 2 4 4 17 85.00% Baik 3 3 2 2 3 13 65.00% Baik 3 3 2 2 3 13 65.00% Baik 3 3 3 3 3 15 75.00% Baik 3 3 3 3 3 15 75.00% Baik 3 3 3 3 3 15 75.00% Baik 3 3 3 3 3 15 75.00% Baik 3 3 3 3 4 16 80.00% Baik 3 3 3 3 4 16 80.00% Baik 3 3 3 3 3 15 75.00% Baik 3 3 3 3 3 15 75.00% Baik 3 3 3 3 3 15 75.00% Baik 3 3 3 3 3 15 75.00% Baik 3 3 3 3 3 15 75.00% Baik 3 3 3 3 3 15 75.00% Baik 3 3 3 3 2 14 70.00% Baik 3 3 3 3 2 14 70.00% Baik 3 3 3 3 3 15 75.00% Baik 3 3 3 3 3 15 75.00% Baik 3 3 3 2 1 12 60.00% Baik 3 3 3 2 1 12 60.00% Baik 3 3 3 3 3 15 75.00% Baik 3 3 3 3 3 15 75.00% Baik 3 3 3 3 3 15 75.00% Baik 3 3 3 3 3 15 75.00% Baik 3 3 3 3 3 15 75.00% Baik 3 3 3 3 3 15 75.00% Baik 3 3 3 3 3 15 75.00% Baik 3 3 3 3 3 15 75.00% Baik 4 3 3 4 4 18 90.00% Baik 4 3 3 4 4 18 90.00% Baik 3 3 3 4 4 17 85.00% Baik 3 3 3 4 4 17 85.00% Baik 3 3 3 4 3 16 80.00% Baik 3 3 3 4 3 16 80.00% Baik 3 3 3 4 2 15 75.00% Baik 3 3 3 4 2 15 75.00% Baik 3 3 3 3 4 16 80.00% Baik 3 3 3 3 4 16 80.00% Baik


(6)

3 3 3 3 4 16 80.00% Baik 3 3 3 3 4 16 80.00% Baik 4 3 4 3 4 18 90.00% Baik 4 3 4 3 4 18 90.00% Baik 3 3 3 4 4 17 85.00% Baik 3 3 3 4 4 17 85.00% Baik 3 3 3 3 3 15 75.00% Baik 3 3 3 3 3 15 75.00% Baik 2 2 2 4 3 13 65.00% Baik 2 2 2 4 3 13 65.00% Baik 3 3 3 3 3 15 75.00% Baik 3 3 3 3 3 15 75.00% Baik 3 3 3 3 3 15 75.00% Baik 3 3 3 3 3 15 75.00% Baik 4 3 2 4 4 17 85.00% Baik 4 3 2 4 4 17 85.00% Baik 3 3 2 2 3 13 65.00% Baik 3 3 2 2 3 13 65.00% Baik 4 3 2 4 4 17 85.00% Baik 4 3 2 4 4 17 85.00% Baik 3 3 2 2 3 13 65.00% Baik 3 3 2 2 3 13 65.00% Baik 754 726 715 780 772 3747 76.47% Baik 754 726 715 780 772 3747 76.47% Baik