Pendidikan Formal Pendidikan Non Formal Pendidikan Informal

22

E. Berbagai Cara Pengembangan SDM

Pengembangan pustakawan dapat dilakukan melalui pendidikan. Baik pendidikan formal bidang ilmu perpustakaan, non-formal tentang bidang perpustakaan serta informal yang lebih kepada pengembangan diri sendiri pustakawan.

1. Pendidikan Formal

Pendidikan formal merupakan sarana bagi pustakawan atau calon pustakawan mempersiapkan diri menjadi profesional. Pendidikan formal dapat dilakukan di lembaga-lembaga pendidikan tinggi dengan jenjang diploma, sarjana dan magister atau doktor di bidang perpustakaan, dokumentasi dan informasi. Baik lembaga pendidikan dalam maupun luar negri yang menyelenggarakan program bidang ilmu perpustakaan, dokumentasi dan informasi 29 .

2. Pendidikan Non Formal

Pendidikan non-formal dapat dilakukan dengan cara mengikuti pendidikan dan pelatihan diklat, penataran up grading, symposium, seminar, lokakarya, kursus, magang on the job training, studi banding dan lain sebagainya yang tentunya bersifat pendidikan non- formal. Pendidikan non-formal merupakan salah satu jawaban bagi peningkatan kualitas bagi pustakawan apabila pendidikan formal tidak memungkinkan dilakukan untuk kegiatan pembinaan pustakawan 30 . 29 Hermawan dan Zen. Etika Kepustakawanan, h. 155-156 30 Hermawan dan Zen. Etika Kepustakawanan, h. 158 23 Kegiatan magang dalam dunia perpustakaan sangat dibutuhkan oleh pustakawan 31 . Terlebih untuk peningkatan karir atau untuk melanjutkan ke pendidikan lanjutan. Manfaat lainnya yaitu mampu memberikan pelayanan kepada pemustaka dalam hal pencarian informasi yang lebih baik. Ditambahkan pula, kegiatan magang terbagi menjadi 2 tingkatan yaitu: tingkat menengah dan tingkat lanjutan. Tingkat menengah terdiri dari asisten informasi, asisten perpustakaan. Sedangkan tingkat lanjutan terdiri dari asisten senior perpustakaan, koordinator layanan informasi, supervisor layanan perpustakaan.

3. Pendidikan Informal

Selain pendidikan formal dan non-formal bagi pustakawan, pendidikan informal pun dapat dilakukan dalam meningkatkan kualitas kepustakawanan. Pendidikan secara informal ini sangat berpengaruh terhadap kemauan diri pribadi pustakawan tersebut meningkatkan kualitas. Kegiatan yang dapat dilakukan yaitu seperti belajar sendiri, terutama membaca dan belajar dari pengalaman diri sendiri serta orang lain atau sering melakukan diskusi secara informal dengan sesama pustakawan. Sedangkan kegiatan lainnya yang mampu menunjang pendidikan informal antara lain seperti berkaryawisata, bertukar pengalaman, kunjung mengunjungi antar sesama pustakawan atau kunjungan kerja pustakawan 32 . 31 Artikel Libraries, Archives, Records and Information Management Services. Diakses pada 10 Agustus 2014 dari http:www.apprenticeship.org.ukTypes-of-ApprenticeshipHealth- Public-Services-and-CareLibraries-Records-and-IM-Services.aspx. 32 Hermawan dan Zen. Etika Kepustakawanan, h. 159 24 Pengembangan diri sendiri oleh pustakawan tidak menutup kemungkinan dilakukan oleh sesama pustakawan tetapi dapat dilakukan antara pustakawan dengan pemustaka. Pengembangan diri ini dilakukan dengan cara saling berbagi pengetahuan dari hasil seminar, workshop atau pelatihan dan dari buku-buku yang telah dibaca oleh pemustaka atau pustakawan. Dengan cara ini pustakawan diharapkan mampu mengambil manfaat dan dapat mengembangkan pengetahuannya.

F. Tujuan Pengembangan SDM