Pendahuluan Tinjauan Literatur Profil Perpustakaan Perpustakaan Umum Provinsi Hasil Penelitian dan Pembahasan Penutup METODE PENELITIAN

6

E. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan penulisan maka penulis menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

Berisikan latar belakang permasalahan, pembahasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, definisi istilah dan sistematika penulisan.

Bab II Tinjauan Literatur

Bab ini memuat teori-teori meliputi: Kepustakaan yang penulis gunakan sebagai landasan teoritis yang berkaitan dengan penelitian mengenai pengolahan koleksi seperti pengertian perpustakaan, pengertian perpustakaan khusus, tujuan perpustakaan, tugas serta fungsi perpustakaan, pengertian pengembangan, pengertian tenaga kerja, dan peran pusakawan.

Bab III Profil Perpustakaan Perpustakaan Umum Provinsi

DKI Jakarta Bab ini terdiri dari: Gambaran umum Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta yang meliputi sejarah singkat, struktur organisasi, sumber daya manusia, visi dan misi, sistem dan jenis layanan, koleksi perpustakan, peraturan peminjaman, gedung serta perlengkapan.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

7 Pembahasan bab ini tentang hasil penelitian yang berkaitan dengan pengembangan tenaga kerja non sarjana perpustakaan.

Bab V Penutup

Bab ini terdiri atas kesimpulan dan saran yang dibuat oleh penulis setelah melakukan penelitian di perpustakaan tersebut. 8

BAB II TINJAUAN LITERATUR

Pada bab kedua ini penulis akan memaparkan beberapa tinjauan sarat teoritis yang nantinya akan digunakan sebagai pijakan dalam penelitian terkait dengan pengembangan SDM non sarjana perpustakaan di Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta.

A. Perpustakaan Umum

Perpustakaan umum adalah perpustakaan yang diselenggarakan oleh dana umum dengan tujuan melayani umum 5 . Ciri perpustakaan umum adalah sebagai berikut: 1. Terbuka untuk umum artinya terbuka bagi siapa saja tanpa memandang perbedaan jenis kelamin, agama, kepercayaan, ras, usia, pandangan politik, dan pekerjaan. 2. Dibiayai oleh dana umum. Dana umum ialah dana yang berasal dari masyarakat. Biasanya dikumpulkan melalui pajak dan dikelola oleh pemerintah. Dana ini kemudian digunakan untuk mengelola perpustakaan umum. Karena dana berasal dari umum maka perpustakaan umum harus terbuka untuk umum. 3. Jasa yang diberikan oleh pada hakekatnya bersifat Cuma-cuma. Jasa yang diberikan mencakup jasa referal artinya jasa memberikan informasi, peminjaman, konsultasi studi sedangkan keanggotaan bersifat cuma-cuma artinya tidak perlu membayar. Pada beberapa 5 Sulistyo-Basuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan, h. 46 9 perpustakaan umum di Indonesia masih ada yang memungut biaya utuk menjadi anggota, namun hal ini semata-mata karena alasan administratif belaka, bukanlah prinsip utama.

B. Sumber Daya Manusia Serta Pengembangannya

Sumber daya manusia adalah seluruh orang yang bekerja di dalam suatu organisasi, perusahaan atau institusi. Sumber daya manusia merupakan faktor yang paling menentukan dalam setiap organisasi, karena disamping sumber daya manusia sbagai salah satu unsur kekuatan daya saing bangsa, sumber daya manusia bahkan sebagai penentu utama. Oleh sebab itu sumber daya manusia harus memiliki kompetensi dan kinerja tinggi demi kemajuan organisasi. Sumber daya manusia tidak saja dituntut untuk menjadi profesional dan sebagai pembangun citra pelayanan publik, tetapi juga dituntut sebagai perekat dan pemersatu bangsa. Untuk mengatasi berbagai masalah sumber daya manusia, diperlukan upaya sistematis dalam meningkatkan kapasitas sumber daya manusia agar mampu bekerja optimal dalam memberikan pelayanan terbaik. Hal tersebut hanya mungkin tercapai melalui peningkatan kapasitas sumber daya manusia dalam berbagai aspek intelektual, manajerial maupun perilaku. Upaya perbaikan sumber daya manusia akan sangat membantu perbaikan produktivitas secara langsung dengan menemukan cara yang lebih baik dan efisien untuk mencapai tujuan, dan secara tidak langsung dengan memperbaiki kualitas kinerja sumber daya manusia. Keberadaan 10 bagian sumber daya manusia adalah untuk membantu sumber daya manusia dan pimpinan menjalankan strategi organisasi, sedangkan aktivitas sumber daya manusia adalah tindakan yang diambil untuk memperoleh dan memelihara sumber daya manusia yang sesuai bagi organisasi 6 .

1. Sumber Daya Manusia di Perpustakaan

Sumber daya di perpustakaan adalah semua tenaga, sarana dan prasarana, serta dana yang dimiliki dan atau dikuasai oleh diperpustakaan 7 .

2. Definisi Pustakawan

Pustakawan adalah tenaga profesional yang dalam kehidupan sehari- hari berkecimpung dengan dunia buku. Dengan situasi demikian sudahlah layak bila pustakawan menganjurkan masyarakat untuk giat membaca. Di segi lain, pustakawan pun dituntut untuk giat membaca demi kepentingan profesi, ilmu, maupun pengembangan kepribadian si pustakawan itu sendiri. Adapun yang dibaca pustakawan adalah pustaka yang menyangkut ilmu perpustakaan dan kepustakawanan. Ilmu perpustakaan berarti batang tubuh pengetahuan yang terorganisasi, dalam bentuk apapun juga, yang berkaitan dengan tujuan, objek dan fungsi perpustakaan, prinsip, teori, tata susunan, dan teknik yang digunakan dalam melakukan kinerja untuk kerja jasa perpustakaan. Kepustakawanan merupakan penerapan pengetahuan dari ilmu perpustakaan terhadap koleksi, tata susunan, pelestarian dan 6 Sedarmayanti. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Refika Aditama, 2007, h.v 7 Undang-undang Nomor 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan Pasal 1 Ayat 15 11 pemanfaatan buku serta materi lain di perpustakaan, penyempurnaan malar kesinambungan, dan perluasan jasa perpustakaan 8 . Salah satu komponen penting perpustakaan adalah pustakawan. Komponen ini sangat diperlukan untuk memberikan pelayanan jasa kepada pengguna perpustakaan sampai mampu memberikan tingkat kepuasan terhadap masyarakat yang dilayani. Pelayanannya sudah barang tentu bertingkat sesuai dengan kebutuhan keperluan yang dilayani. Peralatan yang dipergunakan pun bertingkat mulai dari manual sampai dengan digital, paling tidak para pustakawan mampu mentransfernya 9 .

3. Etika Kepustakawanan

Etika adalah sesuatu yang harus dilakukan dengan pertimbangan benar dan salah 10 . Etika adalah sesuatu yang harus dilakukan dengan berdasar nilai agama. Beretika adalah melakukan sesuatu berdasarkan hukum. Etika terdiri dari standar tingkah laku yang diterima dala lingkungan masyarakat. Aristoteles menggunakan istilah ini mencakup ide karakter dan disposisi. Sebagai suatu subjek, etika akan berkaitan dengan konsep yang dimiliki oleh individu ataupun kelompok untuk menilai apakah tindakan-tindakan yang telah dikerjakannya itu salah atau benar, buruk atau baik. Etika adalah refleksi dari apa yang disebut dengan self 8 Sulistyo-Basuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan, h. 100 9 Wiji Suwarno. Ilmu PerpustakaanKode Etik Pustakawan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2010, h. 88 10 Wiji Suwarno. Ilmu Perpustakaan dan Kode Etik Pustakawan, h. 94 12 control karena segala sesuatunya dibuat dan diterapkan dari dan untuk kepentingan pembuatnya. Untuk menjadikan seseorang itu memiliki etika yang baik, titik tolaknya adalah kepedulian sosial, sebagai unsur yang pertama 11 . Unsur kedua adalah motivasi menjaga yang diasumsikan sebagai tanggung jawab. Unsur ketiga adalah pengabdian yang diaktualisasikan dalam kerja, bahwa seseorang itu butuh bekerja. Kode etik pustakawan di Indonesia lahir setelah melalui berbagai perkembangan selama dua puluh tahun melalui kongres yang diadakan di berbagai kota. Ikatan Pustakawan Indonesia IPI menyadari perlu adanya kode etik yang dapat dijadikan pedoman perilaku bagi para anggotanya dalam melaksanakan tugasnya di dalam masyarakat. Kode etik pustakawan merupakan bagian yang terpisahkan dari ADART IPI dimulai sejak 1993, 1997, yang diperbarui pada 19 September 2002 pada kongres IPI ke IX di Batu, Malang, Jawa Timur, dan disempurnakan kembali pada 15 November 2006 di Denpasar, Bali 12 .

4. Sikap Dasar Pustakawan

Kode etik pustakawan Indonesia yang ditetapkan oleh IPI pada 15 November 2006 menuangkan beberapa sikap dasar yang harus dimiliki pustakawan, yaitu: a. Berupaya melaksanakan tugas sesuai dengan harapan masyarakat pada umumnya dan kebutuhan pengguna perpustakaan pada khususnya. 11 Tronto, Joan C. Moral Boundaries. New York: Routlede, 1994, h. 96 12 Wiji Suworno. Ilmu Perpustakaan dan Kode Etik Pustakawan, h. 110 13 Tugas pustakawan adalah melayani pemustakanya dengan baik. Maka, dalam kode etik ini, pustakawan dituntut untuk dapat menyerap aspirasi masyarakat pemustaka untuk kemudian memberikan layanan sesuai dengan harapan pemustakanya. b. Berupaya mempertahankan keunggulan kompetensi setinggi mungkin dan berkewajiban mengikuti perkembangan. Pustakawan adalah orang yang telah memiliki ilmu di bidang perpustakaan. Artinya, ia memiliki kompetensi di bidang perpustakaan yang harus senantiasa ditingkatkan dan dikembangkan. Untuk meningkatkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan keahliannya, dapat dilakukan dengan cara selalu mengikuti perkembangan dunia kepustakawanan dan tidak berhenti untuk menuntut ilmu, terutama bidang kepustakawanan 13 . Kewajiban ini dimaksudkan agar pustakawan dapat melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya dan mengerti perkembangan serta kemajuan bidang profesinya sehingga dapat dikatakan bahwa pustakawan di Indonesia ini selalu up to date, tidak ketinggalan perkembangan informasi dan pengetahuan yang memang senantiasa berkembang. c. Berupaya membedakan antara pandangan atau sikap hidup pribadi dan tugas profesi. Pustakawan harus mengerti the right place and the right time dalam tugasnya. Ia harus mengerti benar kapan saatnya serius dan kapan tidak serius serta mengerti benar di mana dan bagaimana seharusnya bersikap. 13 Hermawan S, Rachman dan Zen, Zulfikar. Etika Kepustakawanan, h. 116 14 d. Menjami bahwa tindakan dan keputusannya berdasarkan pertimbangan profesional. Pustakawan sebagai seorang yang profesional dituntut bersikap dan bekerja sesuai dengan kompetensi yang dimiliki. Setiap tugas yang dibebankan dilakukan atau dikerjakan secara profesional, begitu pula ketika memutuskan sesuatu harus dipertimbangkan berdasarkan prinsip-prinsip profesionalisme. e. Tidak menyalahgunakan posisinya dengan mengambil keuntungan kecuali atas jasa profesi. Kode Etik Pustakawan Indonesia menghendaki pustakawan berlaku jujur, bersih, dan menghindarkan diri dari segala bentuk penyelewengan dan penyalahgunaan kekuasaan, baik untuk kepentingan pribadi maupun golongan, dan juga agar fasilitas yang tersedia di perpustakaan dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin 14 . f. Bersifat sopan dan bijaksana dalam melayani masyarakat, baik dalam ucapan maupun perbuatan. Pustakawan adalah individu yang hidup di dalam lingkungan masyarakat. Dengan demikian, pustakawan tidak lepas dari interaksinya dengan orang lain. Untuk menjaga martabatnya dan profesinya, pustakawan dituntut untuk dapat berinteraksi dan melayani masyarakat dengan baik, santun, dan bijkasana.

C. Standar Kompetensi Pustakawan

14 Hermawan S, Rachman dan Zen, Zulfikar. Etika Kepustakawanan, h. 117 15 Pustakawan adalah seseorang yang memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan danatau pelatihan kepustakawanan serta mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan pengelolaan dan pelayanan perpustakaan 15 . Penyusunan dan pengelolaan tenaga kerja perpustakaan dibutuhkan sebuah kompetensi 16 . Kompetensi yang diartikan oleh Perpustakaan Nasional RI dalam Rekomendasi Komisi I: program pengembangan karir pustakawan berbasis kompetensi yaitu kemampuan seseorang yang mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang dapat terobservasi dalam menyelesaikan suatu pekerjaan atau tugas sesuai dengan standar kinerja yang ditetapkan. Kompetensi adalah pencapaian standar kinerja oleh pustakawan dengan cara pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang dimiliki oleh pustakawan yang disesuaikan dengan lembaga induk sebagai tempat bekerja yang terkait dengan budaya organisasi, nilai dan norma, stategis bisnis dan lingkungan kerja 17 . Standar kompetensi adalah sesuatu yang menyangkut norma, teknis dan pengakuan untuk melakukan jasa profesi serta sebagai tolak ukur keberhasilan dan pembeda tanggung jawab serta sarana untuk melindungi konsumen, berperan sebagai alat pembinaan bagi anggota profesi dan alat untuk meningkatkan kualitas layanan kepada masyarakat 15 Undang-undang Nomor 43 Tahun 2007 pasal 1 ayat 8 16 Saiful-haq, Rizal, dkk. Pengantar Manajemen Perpustakaan Madrasah. Jakarta: Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006 17 Ernawati, Endang. Kompetensi, Komitmen, dan Intrapeneurship Pustakawan dalam Mengelola Perpustakaan di Indonesia. Artikel diakses pada 7 Agustus 2014 dari http:eprints.rclis.org. 16 pengguna jasa. Sehingga standar kompetensi pustakawan adalah suatu kriteria minimal kompetensi pustakawan yang dikeluarkan oleh organisasi profesi yang di dalamnya berisi norma-norma, teknis kemampuan dan pembakuan dalam upaya peningkatan kualitas layanan. Lebih lanjut standar kompetensi pustakawan adalah tolak ukur yang digunakan untuk acuan penilaian kualitas pustakawan dalam bentuk formulasi dari komitmen atau janji pustakawan kepada masyarakat. Dengan standar kompetensi yang dimiliki oleh seorang pustakawan tentunya akan berhubungan dengan tugas dan tanggung jawab sebagai pengelola perpustakaan dan kegiatan perpustakaan lainnya. Standar kompetensi tidak hanya penting bagi seorang pustakawan tetapi penting juga untuk pemustaka. Hubungannya yaitu seorang pemustaka akan mendapatkan pelayanan yang berkualitas dari pustakawan yang berkompeten di bidang perpustakaan 18 .

1. Jenis Standar Kompetensi Pustakawan

Standar kompetensi bagi pustakawan khususnya di Indonesia belum memiliki pedoman yang dapat dijadikan sebagai acuan 19 . kompetensi pustakawan terbagi menjadi dua jenis, yaitu kompetensi profesional dan individu. Kompetensi profesional meliputi pengetahuan pustakawan di bidang sumber-sumber informasi, teknologi, manajemen dan penelitian serta kemampuan dalam menggunakan pengetahuan tersebut untuk 18 Zulfikar Zen. Etika Kepustakawanan, h. 177-180 19 Rumani, Sri. Kompetensi Pustakawan dan Teknologi Informasiuntuk Meningkatkan Kualitas Pelayanan di Perpustakaan Nasional. Artikel diakses pada 7 Agustus 2014 dari www.pnri.go.idMajalahOnline 17 pelayanan perpustakaan. Menambahkan kemampuan dalam manajemem informasi meliputi pencarian, penggunaan, pembuatan, pengorganisasian dan penyebaran informasi. Dalam hal teknologi informasi kemampuan tersebut meliputi mengelola perangkat teknologi informasi baik perangkat keras maupun lunak 20 , pemrograman, pembuatan dan penerbitan sumber informasi elektronik serta desain dan manajemen database. Kemampuan manajemen meliputi kepemimpinan yang menonjol, pembuatan administrasi perpustakaan, mampu dalam manajemen sumberdaya manusia, waktu dan perubahan, mampu membangun hubungan kerja yang baik secara manajemen, mampu menganalisis kinerja pustakawan, mampu dalam merencanakan program yang sesuai serta implementasinya dan mampu berkoordinasi dengan bagian lain yang terkait. Sedangkan kompetensi individu meliputi komitmen dalam memberikan pelayanan yang terbaik, terampil dalam berkomunikasi, berpandangan luas dan memiliki sifat positif terhadap perkembangan, bekerja dalam tim dan menciptakan suasana kerja yang sehat serta mampu mencari mitra kerja, memiliki sifat kepemimpinan dan dapat memecahkan masalah pada suatu hal yang kritis. Menurut Sheila Slauter dan Lary L. Laslie kemampuan di atas disebut dengan sikap entrepreneur. 20 Wicaksono, Hendro. Kompetensi Perpustakaan dan Pustakawan dalam Implementasi Teknologi Informasi di Perpustakaan. Artikel diakses pada 7 Agustus dari www.pnri.go.idMajalahOnline 18 Seorang pustakawan hendaknya memiliki keahlian dalam melobi, koordinasi dan komunikasi khususnya komunikasi dalam bahasa asing serta kemampuan dalam menggunakan teknologi informasi 21 . Selain kompetensi pustakawan di atas, kompetensi pustakawan hendaknya memiliki kompetensi sosial-budaya. Kemampuan sosial- budaya adalah sebuah perilaku, sikap, dan kebijakan yang memungkinkan seseorang atau kelompok untuk bekerja secara efektif dalam situasi lintas budaya, proses dimana individu merespon dengan hormat dan efektif kepada orang-orang dari semua budaya, bahasa, kelas, ras, latar belakang etnis, agama, dan faktor keberagaman lainnya dengan cara yang mengakui, menegaskan, dan menghargai nilai individu, keluarga, dan masyarakat, dan melindungi serta menjaga martabat masing-masing 22 . Dari berbagai kompetensi mengenai pustakawan di atas dapat dikatakan secara singkat bahwa sebuah kompetensi pustakawan merupakan suatu acuan dalam kegiatan manajerial maupun teknis yang hendaknya dimiliki oleh seorang pustakawan sesuai dengan tingkat atau jabatannya. Kompetensi tersebut tidak hanya dari sudut pandang kegiatan seorang pustakawan tetapi dari sudut pandang sebagai seorang profesional dan individu pustakawan. Standar kompetensi puntakawan pun hendaknya disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. 21 Rumani, Sri. Kompetensi Pustakawan dan Teknologi Informasiuntuk Meningkatkan Kualitas Pelayanan di Perpustakaan Nasional. 22 National Association of Social Workers dalam artikel Diversity Standards: Cultural Competency for Academic Libraries. Artikel diakses pada 10 Agustus 2014 dari http:ala.orgacrlstandardsdiversity 19

2. Tujuan Kompetensi Pustakawan

Tujuan kompetensi pustakawan adalah menciptakan suatu kerangka kerja yang efektif dan efesien dalam mendayagunakan sumber daya manusia yang terbatas. Lebih lanjut tujuan dari kompetensi pustakawan yaitu memungkinkan setiap pekerjaan dapat diselesaikan dengan baik, tepat waktu, sasaran dan sebanding dengan biaya dan hasil yang diperoleh. Tujuan kompetensi pustakawan yaitu memberikan jaminan kepada masyarakat, pengelola dan pembina perpustakaan bahwa pustakawan dapat memberikan layanan optimal kepada masyarakat di bidang layanan bahan pustaka dan infomasi sesuai dengan kualifikasi dan memberikan jaminan kepada pustakawan bahwa kebutuhan hidupnya yang bersifat primer dan esensial baik jasmani maupun rohani serta menjamin dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab profesinya 23 . Kemandirian pustakawan merupakan tujuan dari kompetensi pustakawan itu sendiri. Kemandirian ini mampu menjadikan seorang pustakawan yang mampu berkreasi dan berinovasi dalam menjalankan tugas dan kewajibannya 24 . Sehingga dapat digarisbawahi bahwa tujuan kompetensi pustakawan tidak hanya membantu pustakawan dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya tetapi berpengaruh terhadap 23 Zulfikar Zen. Etika Kepustakawanan, h. 180-181 24 Ernawati, Endang. Kompetensi, Komitmen, dan Intrapeneurship Pustakawan dalam Mengelola Perpustakaan di Indonesia. 20 kegiatan-kegiatan baik manajerial maupun teknis di perpustakaan dengan kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing pustakawan.

D. Pengembangan SDM di Perpustakaan

Pengembangan sumber daya manusia adalah proses meningkatkan potensi produktifitas dari sumber daya tenaga kerja dalam hal pengetahuan, keterampilan dan kemampuan melalui mekanisme yang sesuai seperti pendidikan dan pelatihan, konseling, perencanaan karir, kinerja atau penilaian diri, penghargaan atau hadiah dan lain-lain. Pendidikan dan pelatihan memainkan peran penting dalam memperkuat kemampuan baik akademis dan profesional sumber daya manusia untuk memenuhi tujuan organisasi 25 . A process of helping employees in an organization to acquire new skill and competence on a continuing basis 26 . Secara singkat pengembangan sumber daya manusia merupakan sebuah proses bagi sumber daya manusia dalam meningatkan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan melalui pendidikan atau pelatihan yang secara berkelanjutan yang bertujuan untuk pencapaian tujuan organisasi. Pustakawan merupakan bagian dari perpustakaan. Sudah selayaknya pustakawan dapat dibina dan dikembangan seperti perpustakaan. Pembinaan dan pengembangan pustakawan dilakukan 25 Saha, Nimai Chand, dkk. TrainingDevelopment of Library Professionals for IT Application in University Libraries: an Overview. Artikel diakses pada 10 Agustus 2014 dari ir.inflibnet.ac.id.in 26 Dhiman, Anil Kumar. Developing Human Resource In Digital Era: How Much Effective and How Much Successful?. Artikel diakses pada 10 Agustus 2014 dari ir.inflibnet.ac.id.in 21 secara terus menerus dan berkelanjutan, tidak menutup kemungkinan dilakukan pula kepada petugas perpustakaan yang lain 27 . Pustakawan dapat dibina dan dikembangan seperti pengembangan koleksi yang dilakukan di perpustakaan dan dilakukan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia meliputi kualitas dan kuantitas. Pembinaan dan pengembangan kualitas sumber daya manusia meliputi keterampilan dan sikap, mengikutsertakan dalam pendidikan formal maupun informal serta pelatihan dalam pengembangan jabatan. Sedangakan dalam hal kuantitas lebih mengacu kepada kebutuhan meliputi penambahan dan pengurangan jumlah sumber daya manusia di perpustakaan yang berkaitan dengan efektif dan efesien dalam mengelola perpustakaan 28 . Dari pendapat di atas, pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia di perpustakaan merupakan sebuah proses menciptakan sumber daya manusia yang jauh lebih baik atau lebih berkualitas dengan cara peningkatan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan pustakawan melalui pendidikan atau pelatihan dalam mencapai tujuan organisasi. Pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia di perpustakaan sama seperti pembinaan dan pengembangan perpustakaan maupun koleksi dan dilakukan secara terus menerus dan berkelanjutan serta mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mengacu kepada efektif dan efesien dalam mengelola perpustakaan. 27 Saiful-Haq. Pengantar Manajemen Perpustakaan Madrasah, h. 20 28 Sutarno NS. Manajemen Perpustakaan: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Sagung Seto, 2006, h. 115-116 22

E. Berbagai Cara Pengembangan SDM

Pengembangan pustakawan dapat dilakukan melalui pendidikan. Baik pendidikan formal bidang ilmu perpustakaan, non-formal tentang bidang perpustakaan serta informal yang lebih kepada pengembangan diri sendiri pustakawan.

1. Pendidikan Formal

Pendidikan formal merupakan sarana bagi pustakawan atau calon pustakawan mempersiapkan diri menjadi profesional. Pendidikan formal dapat dilakukan di lembaga-lembaga pendidikan tinggi dengan jenjang diploma, sarjana dan magister atau doktor di bidang perpustakaan, dokumentasi dan informasi. Baik lembaga pendidikan dalam maupun luar negri yang menyelenggarakan program bidang ilmu perpustakaan, dokumentasi dan informasi 29 .

2. Pendidikan Non Formal

Pendidikan non-formal dapat dilakukan dengan cara mengikuti pendidikan dan pelatihan diklat, penataran up grading, symposium, seminar, lokakarya, kursus, magang on the job training, studi banding dan lain sebagainya yang tentunya bersifat pendidikan non- formal. Pendidikan non-formal merupakan salah satu jawaban bagi peningkatan kualitas bagi pustakawan apabila pendidikan formal tidak memungkinkan dilakukan untuk kegiatan pembinaan pustakawan 30 . 29 Hermawan dan Zen. Etika Kepustakawanan, h. 155-156 30 Hermawan dan Zen. Etika Kepustakawanan, h. 158 23 Kegiatan magang dalam dunia perpustakaan sangat dibutuhkan oleh pustakawan 31 . Terlebih untuk peningkatan karir atau untuk melanjutkan ke pendidikan lanjutan. Manfaat lainnya yaitu mampu memberikan pelayanan kepada pemustaka dalam hal pencarian informasi yang lebih baik. Ditambahkan pula, kegiatan magang terbagi menjadi 2 tingkatan yaitu: tingkat menengah dan tingkat lanjutan. Tingkat menengah terdiri dari asisten informasi, asisten perpustakaan. Sedangkan tingkat lanjutan terdiri dari asisten senior perpustakaan, koordinator layanan informasi, supervisor layanan perpustakaan.

3. Pendidikan Informal

Selain pendidikan formal dan non-formal bagi pustakawan, pendidikan informal pun dapat dilakukan dalam meningkatkan kualitas kepustakawanan. Pendidikan secara informal ini sangat berpengaruh terhadap kemauan diri pribadi pustakawan tersebut meningkatkan kualitas. Kegiatan yang dapat dilakukan yaitu seperti belajar sendiri, terutama membaca dan belajar dari pengalaman diri sendiri serta orang lain atau sering melakukan diskusi secara informal dengan sesama pustakawan. Sedangkan kegiatan lainnya yang mampu menunjang pendidikan informal antara lain seperti berkaryawisata, bertukar pengalaman, kunjung mengunjungi antar sesama pustakawan atau kunjungan kerja pustakawan 32 . 31 Artikel Libraries, Archives, Records and Information Management Services. Diakses pada 10 Agustus 2014 dari http:www.apprenticeship.org.ukTypes-of-ApprenticeshipHealth- Public-Services-and-CareLibraries-Records-and-IM-Services.aspx. 32 Hermawan dan Zen. Etika Kepustakawanan, h. 159 24 Pengembangan diri sendiri oleh pustakawan tidak menutup kemungkinan dilakukan oleh sesama pustakawan tetapi dapat dilakukan antara pustakawan dengan pemustaka. Pengembangan diri ini dilakukan dengan cara saling berbagi pengetahuan dari hasil seminar, workshop atau pelatihan dan dari buku-buku yang telah dibaca oleh pemustaka atau pustakawan. Dengan cara ini pustakawan diharapkan mampu mengambil manfaat dan dapat mengembangkan pengetahuannya.

F. Tujuan Pengembangan SDM

Secara umum kegiatan pembinaaan dan pengembangan pustakawan di atas bertujuan menciptakan pustakawan yang berkualitas dengan cara membina dan mengembangakan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan dengan cara pendidikan formal, non-formal maupun informal agar mampu mengelola perpustakaan secara efektif dan efesien. Djoyonegoro dan Suryadi menyatakan bahwa individu yang berkualitas memiliki beberapa ciri yaitu memiliki sikap, perilaku, wawasan, kemampuan, keahlian dan keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan dalam sektor pembangunan. Seorang pustakawan yang telah diberikan pelatihan melalui pengembangan sumber daya manusia akan mampu memberikan pelayanan yang efektif dan efesien dalam perpustakaan dan pusar-pusat informasi modern 33 . 33 Devi, Arambam Hileima, dkk. Human Resource Development for Digital Environment: a Case Study of The Libraries of Manipur. Artikel diakses pada 10 Agustus 2014 dari ir.inflibnet.ac.id.in 25 Pengembangan sumber daya manusia diperlukan untuk kelangsungan dan keseimbangan, pertumbuhan dan pengembangan, perubahan dan perbedaan, mengembalikan kegiatan menjadi lebih efektif, memberikan kualitas tertinggi dalam produk dan layanan, memainkan peran kepemimpinan di lapangan dan memperoleh kebaikan dan reputasi melalui kepuasan pelanggan 34 . Perpustakaaan Nasional RI dalam Rekomendasi Komisi I:program pengembangan karir pustakawan berbasis kompetensi menjelaskan bahwa tujuan pembinaan dan pengembangan pustakawan yaitu untuk lebih mendayagunakan dan mengoptimalkan serta membina kemampuan, keterampilan dan kecakapan pustakawan secara efisien dan rasional sesuai dengan kedudukan yang dibutuhkan dan kompetensinya serta terarah kepada misi perpustakaan dan visi lembaga induknya, menyediakan spesifikasi tugas, tanggung jawab, hak dan wewenang pustakawan secara seimbang, memberikan gambaran tentang jabatan, kedudukan dan jalur serta persyaratan dalam mencapai jabatan fungsional pustakawan, memberi kesempatan kepada pustakawan untuk naik jabatan, sebagai dasar bagi setiap pimpinan perpustakaan dalam mengambil keputusan berkaitan dengan sistem managemen kepegawaian dan menciptakan keserasian antara kemampuan, keterampilan dan motivasi dengan jenjang penugasan, agar menghasilkan manfaat dan kapasitas kerja yang optimal secara profesional. 34 Dhiman, Anil Kumar. Developing Human Resource In Digital Era: How Much Effective and How Much Successful?. 26 Sehingga tujuan pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia di perpustakaan akan berdampak kepada peningkatan kualitas dan kesejahteraan pustakawan dilihat dari kemampuan dan karir pustakawan itu sendiri. Tujuan tersebut juga berpengaruh terhadap pemustaka dalam mendapatkan pelayanan yang jauh lebih baik dari seorang pustakawan yang memiliki kemampuan, keterampilan dan pengetahuan yang berkualitas.

G. Penelitian Terdahulu

Dalam sub-bab ini, penulis memberikan beberapa penelitian terdahulu mengenai pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia di perpustakaan. Penyantuman penelitian di bawah ini bertujuan agar penelitian yang penulis lakukan berbeda dengan penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya. Penelitian yang dilakukan oleh Wening Kurniati Dewi Lakhsmi dengan judul “Pelatihan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia pada Perpustakaan Umum Kotamadya dan Perpustakaan umum Soemantri Brodjonegoro pemerintah DKI Jakarta ” pada tahun 2008. Tujuan penelitian tersebut yaitu untuk memperoleh gambaran tentang 1 kondisi sumber daya manusia di perpustakaan umum yang digambarkan oleh responden, 2 pelaksanaan program pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia yang telah dilakukan, 3 upaya yang telah dilakukan oleh staf perpustakaan umum untuk mengembangkan wawasan dan keterampilan serta 4 program pelatihan dan pengembangan yang 27 telah diikuti oleh para staf dapat membantu dalam melaksanakan pekerjaan. Tipe penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan metode survai. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan, bahwa secara umum program dan jumlah pelaksanaan pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia di perpustakaan umum masih belum memuaskan serta belum dapat mencakup keseluruhan staf yang ada. Sebagian besar staf perpustakaan umum merupakan lulusan SLTA dan belum memperoleh pendidikan formal dalam bidang perpustakaan. Meskipun demikian, staf perpustakaan memiliki keinginan untuk maju yang cukup tinggi dan bersedia untuk mengikuti program pelatihan dan pengembangan. Selain program pelatihan di luar dan seminar, perpustakaan umum mengadakan pelatihan di dalam dan rotasi kerja untuk meningkatkan kemampuan kerja. Kendala yang dihadapi adalah hal dana dan minimnya pendidikan yang dimiliki oleh para staf sebagai salah satu syarat untuk mengikuti acara pelatihan. Materi yang pernah diterima yaitu materi kepustakawanan tradisional dan materi yang mengacu pada ilmu-ilmu komputer, komunikasi, dan linguistik. Sedangakan pengetahuan dan keahlian yang dibutuhkan staf adalah pengetahuan komunikasi, komputer dan teknologi informasi, pengadaan, manajemen perpustakaan, pembuatan deskripsi bibliografi dan nomor klasifikasi, bahasa Inggris, dan pengetahuan dalam pembuatan indeks. 28 Perbedaan pada penelitian penulis yaitu terletak pada objek penelitian yang memfokuskan kepada sumber daya manusia yang bukan sarjana ilmu perpustakaan sebagai pustakawan, tujuan penelitian yaitu memperoleh gambaran tentang usaha dan kendala yang dihadapi oleh penyelanggara perpustakaan dan sumberdaya manusia bukan sarjana ilmu perpustakaan sebagai pustakawan dalam kegiatan pembinaan dan pengembangan pustakawan. Metode penelitian dalam penelitian yang penulis lakukan pun berbeda, yaitu menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian yang berjudul “Manajemen Sumber Daya Manusia Perpustakaan: studi kasus di Perpustakaan RSUP Fatmawati” oleh Cintia Septiani, tahun 2008 yang bertujuan untuk memahami manajemen sumber daya manusia yang meliputi penerapan fungsi-fungsi manajemen yaitu planning, organizing, actuating dan controlling serta hambatan yang dihadapi di dalam manajemen sumber daya manusia Perpustakaan RSUP Fatmawati. Metode penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Sedangkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa manajemen sumber daya manusia di Perpustakaan RSUP Fatmawati telah dilakukan secara konsisten. Dalam mengelola sumber daya manusia yang ada, perpustakaan telah menerapkan fungsi-fungsi manajemen yaitu planning, organizing, actuating dan controlling. Hanya saja fungsi-fungsi manajemen tersebut tidak berdasarkan pada teori ilmu manajemen, tetapi berdasarkan kebutuhan dan pengalaman yang ada di perpustakaan. 29 Hambatan yang dihadapi yaitu perencanaan pengembagan yang terkadang tidak semua dapat terlaksana, keterbatasan sumber daya manusia yang ada di perpustakaan serta adanya kendala yang terkadang dihadapi oleh pimpinan perpustakaan di dalam mengarahkan dan mengerakkan staffnya. Perbedaan pada penelitian yang penulis lakukan yaitu penulis tidak meneliti mengenai manajemen sumber daya manusia di perpustakaan sesuai dengan teori manajemen di atas. Penelitian yang penulis lakukan lebih mengarah kepada pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia bukan sarjana ilmu perpustakaan sebagai pustakawan ditinjau dari segi usaha serta kendala yang dihadapi SDM bukan sarjana ilmu perpustakaan sebagai pustakawan dan penyelenggara perpustakaan dalam kegiatan pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia. Sedangkan penelitian yang berjudul Efektivitas Pola Pembinaan Sumber Daya Perpustakaan oleh Heryati Suryantini, Tuti Sri Sundari, dan Suni Triani yang diterbitkan oleh Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian, Jurnal Perpustakaan Pertanian Vol. 16, Nomor 1 tahun 2007 bertujuan untuk mengetahui kemampuan sumber daya perpustakaan lingkup Departemen Pertanian, materi pembinaan yang telah diberikan dan aplikasinya di masing-masing perpustakaan, serta mengevaluasi efektivitas pola pembinaan. Tipe penelitian yang digunakan yaitu deskriptif dengan metode survai. Hasil yang didapat yaitu lebih dari separuh responden 55,56 telah dibina kurang dari 4 kali dengan durasi 1-2 hari. Materi pembinaan 30 yang diterima meliputi pengolahan bahan pustaka, pelayanan perpustakaan, dan pengembangan pangkalan data. Materi pembinaan yang telah diaplikasikan lebih dari 75 meliputi pengolahan bahan pustaka, pelayanan informasi secara manual dan elektronis, dan penataan koleksi, sedangkan materi pengembangan jaringan baru sedikit diaplikasikan. Materi pembinaan yang paling dibutuhkan adalah pengembangan pangkalan data, penyebaran informasi terbaru, dan pengembangan situsweb. Sebagian besar responden 85,19 menyatakan pembinaan dengan cara magang di PUSTAKA paling efektif. Hambatan utama yang dialami responden dalam mengaplikasikan hasil pembinaan adalah ketersediaan fasilitas. Secara garis besar, penelitian di atas yaitu meneliti mengenai efek dari kegiatan pembinaan sumber daya manusia di perpustakaan yang telah dilakukan sebelumnya oleh SDM di perpustakaan. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan penulis adalah pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia bukan sarjana ilmu perpustakaan sebagai pustakawan sebelum melakukan kegiatan pembinaan dan pengembangan. Lebih lanjut penulis menitikberatkan kepada usaha dan kendala dalam kegiatan pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia di perpustakaan. 31

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian analisis deskriptif, yakni penulis menjelaskan sesuatu seperti apa adanya as it is. Penelitian ini menggunakan penelitian dengan pendekatan kualitatif, yaitu penelitian dengan menganalisis objek alamiah dimana peneliti sebagai instrumen kunci dan menyajikan apa adanya. Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dimaksudkan untuk mengetahui lebih mendalam bagaimana Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta melakukan sebuah pengembangan SDM perpustakaan yang bukan merupakan sarjana perpustakaan. Dengan Pendekatan Kualitatif ini peneliti diharapkan mampu menggali fakta-fakta yang tak nampak secara indrawi. Selain itu, karenanya kita dapat memahami alur peristiwa secara kronologis, menilai hubungan sebab-akibat dalam lingkup pemikiran serta memperoleh penjelasaan yang banyak sarat manfaat. Oleh karenanya, tujuan penelitian dapat tercapai. Proses penelitian kualitatif melibatkan upaya-upaya penting, berupa mengajukan pertanyaan-pertanyaan atau prosedur-prosedur, menganalisis data secara induktif, mulai dari tema-tema yang khusus kepada tema-tema yang umum dan menafsirkan makna data 35 . B. Sumber Data 35 John W Creswell. Research Design. Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Edisi ke-3. Fawaid, Achmad Penerjemah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010, h. 10. 32 1. Data Primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari sumber data atau dari hasil penelitian lapangan. Guna mendapat data primer, penulis mengadakan observasi pengamatan di lapangan serta melakukan wawancara kepada pengelola perpustakaan Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta. 2. Data Sekunder, yakni data yang diperoleh melalui literatur yang memiliki hubungan dengan materi skripsi ini. Dalam penelitian ini penulis melakukan studi kepustakaan Library Research yaitu dengan mempelajari buku kepustakaan, literatur-literatur, yang berkaitan dengan dengan pengembangan sumber daya manusia. C. Pemilihan Informan Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Informan yang digunakan dalam penelitian ini yang berhubungan dengan topik yang diteliti dan yang paling memahami objek penelitian yaitu berjumlah dua orang yang terdiri atas Plt. Sekretaris BPAD Provinsi DKI Jakarta, Kepala Subbagian Kepegawaia. Penulis melakukan wawancara secara satu persatu terhadap informan yang diwawancarai. Penelitian dilakukan di BPAD Jakarta informan yang penulis jadikan referensi ialah pengawas perpustakaan yakni Bapak Jahruddin sebagai Sekretaris BPAD Provinsi DKI Jakarta dan Siti Mutia sebagai Kepala Subbagian Kepegawaian. 33 D. Teknik Pengumpulan Data Dalam memperoleh data yang diperlukan pada penelitian ini, penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data yaitu: 1. Wawancara, yaitu memberikan pertanyaan langsung kepada pengelola yang menangani perpustakaanresponden, dimana pertanyaan-pertanyaan tersebut nantinya menjadi penentu bagi penulis dalam membuat kesimpulan dari penelitian ini. “A meeting of two person to exchange information and idea through question and responses, resulting in communication and join construction of meaning about a particular topic” 36 . Wawancara dilakukan secara mendalam indept interview dan dengan cara face-to-face interview atau saling berhadap-hadapan dengan informan. 2. Observasi, yaitu proses pengamatan atau merekam peristiwa. Observasi kualitatif ialah observasi yang didalamnya peneliti langsung turun ke lapangan untuk mengamati perilaku serta aktifitas-aktifitas individu di lokasi penelitian 37 . Bentuk-bentuk observasi yang telah saya lakukan ialah mengamati pustakawan yang menjadi subjek penelitian ini namun belum sejauh hingga kegiatan diklat yang telah diselenggarakan. E. Teknik Analisis Data “Data analysis is the process of systematically searching and arranging the interview transcript, fieldnotes, and other materials that 36 Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Penerbit Alfabeta, 2009, h. 10. 37 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, h. 10. 34 you accumulate to increase your own understanding of them and to enable you to present what you have discovered to others” 38 . Pernyataan tersebut mengisyaratkan bahwa setelah data diperoleh melalui wawancara dengan informan, maka selanjutnya percakapan yang terekam dalam wawancara dicatat atau dibuatkan transkipnya. Seluruh data yang terkumpul selanjutnya dispesifikasikan ke dalam beberapa kelompok. Jawaban dari informan yang diberikan, kemudian dianalisis sehingga dapat ditarik kesimpulan mengenai tanggapan apa yang diberikan oleh informan, kemudian dari sini dapat diketahui sikap informan secara umum. Jadi, penarikan kesimpulan dilakukan secara induktif, yaitu menganalisis satu persatu pernyataan informan, kemudian diakurasikan dengan pernyataan-pernyataan lain dari pihak Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta hingga dari semua pernyataan tersebut dapat ditarik kesimpulan umum. Analisis data secara induktif inilah yang sering dilakukan dalam penelitian kualitatif. 39 Secara spesifik proses analisis data yang dilakukan oleh peneliti dalam hal ini adalah sebagai berikut: a. Pengumpulan data penelitian melalui proses studi literatur, observasi dan wawancara b. Sebelum dianalisis secara matang, data hasil wawancara dibuatkan transkip salinan dalam bentuk tulisan c. Analisis data secara matang 38 Creswell, John W. Research Design. Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed, h. 12 39 Gormon, G.E. dan Peter Clayton, Qualitative Research for The Information Professional: A Practical Handbook London: Library Association, 1997, h. 29 35 d. Penyederhanaan data hasil analisis ke dalam bentuk yang mudah dibaca dan diinterpretasikan ketika ingin disajikan; dan e. Pembuatan laporan penelitian F. Jadwal Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kantor Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Pulomas yang terletak di JL. Perintis Kemerdekaan No. 1, Jakarta Timur pada 24 Desember 2014. Pelaksanaan wawancara dilakukan di BPAD Jakarta karena BPAD merupakan badan induk Perpustakaan Umum DKI Jakarta baik tingkat provinsi maupun kotamadya. Tabel 1.1 Jadwal Penelitian 2014 2015 Kegiatan Okt Nov Des Jan Feb Pengajuan Proposal  Bimbingan      PenelitianObservasi  Pengajuan Sidang  36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN