8
BAB II TINJAUAN LITERATUR
Pada bab kedua ini penulis akan memaparkan beberapa tinjauan sarat teoritis yang nantinya akan digunakan sebagai pijakan dalam penelitian
terkait dengan pengembangan SDM non sarjana perpustakaan di Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta.
A. Perpustakaan Umum
Perpustakaan umum adalah perpustakaan yang diselenggarakan oleh dana umum dengan tujuan melayani umum
5
. Ciri perpustakaan umum adalah sebagai berikut:
1. Terbuka untuk umum artinya terbuka bagi siapa saja tanpa
memandang perbedaan jenis kelamin, agama, kepercayaan, ras, usia, pandangan politik, dan pekerjaan.
2. Dibiayai oleh dana umum. Dana umum ialah dana yang berasal dari
masyarakat. Biasanya dikumpulkan melalui pajak dan dikelola oleh pemerintah. Dana ini kemudian digunakan untuk mengelola
perpustakaan umum. Karena dana berasal dari umum maka perpustakaan umum harus terbuka untuk umum.
3. Jasa yang diberikan oleh pada hakekatnya bersifat Cuma-cuma. Jasa
yang diberikan mencakup jasa referal artinya jasa memberikan informasi, peminjaman, konsultasi studi sedangkan keanggotaan
bersifat cuma-cuma artinya tidak perlu membayar. Pada beberapa
5
Sulistyo-Basuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan, h. 46
9
perpustakaan umum di Indonesia masih ada yang memungut biaya utuk menjadi anggota, namun hal ini semata-mata karena alasan
administratif belaka, bukanlah prinsip utama.
B. Sumber Daya Manusia Serta Pengembangannya
Sumber daya manusia adalah seluruh orang yang bekerja di dalam suatu organisasi, perusahaan atau institusi. Sumber daya manusia
merupakan faktor yang paling menentukan dalam setiap organisasi, karena disamping sumber daya manusia sbagai salah satu unsur kekuatan
daya saing bangsa, sumber daya manusia bahkan sebagai penentu utama. Oleh sebab itu sumber daya manusia harus memiliki kompetensi dan
kinerja tinggi demi kemajuan organisasi. Sumber daya manusia tidak saja dituntut untuk menjadi profesional dan sebagai pembangun citra
pelayanan publik, tetapi juga dituntut sebagai perekat dan pemersatu bangsa.
Untuk mengatasi berbagai masalah sumber daya manusia, diperlukan upaya sistematis dalam meningkatkan kapasitas sumber daya
manusia agar mampu bekerja optimal dalam memberikan pelayanan terbaik. Hal tersebut hanya mungkin tercapai melalui peningkatan
kapasitas sumber daya manusia dalam berbagai aspek intelektual, manajerial maupun perilaku.
Upaya perbaikan sumber daya manusia akan sangat membantu perbaikan produktivitas secara langsung dengan menemukan cara yang
lebih baik dan efisien untuk mencapai tujuan, dan secara tidak langsung dengan memperbaiki kualitas kinerja sumber daya manusia. Keberadaan
10
bagian sumber daya manusia adalah untuk membantu sumber daya manusia dan pimpinan menjalankan strategi organisasi, sedangkan
aktivitas sumber daya manusia adalah tindakan yang diambil untuk memperoleh dan memelihara sumber daya manusia yang sesuai bagi
organisasi
6
.
1. Sumber Daya Manusia di Perpustakaan
Sumber daya di perpustakaan adalah semua tenaga, sarana dan prasarana, serta dana yang dimiliki dan atau dikuasai oleh
diperpustakaan
7
.
2. Definisi Pustakawan
Pustakawan adalah tenaga profesional yang dalam kehidupan sehari- hari berkecimpung dengan dunia buku. Dengan situasi demikian
sudahlah layak bila pustakawan menganjurkan masyarakat untuk giat membaca. Di segi lain, pustakawan pun dituntut untuk giat membaca
demi kepentingan profesi, ilmu, maupun pengembangan kepribadian si pustakawan itu sendiri. Adapun yang dibaca pustakawan adalah
pustaka yang menyangkut ilmu perpustakaan dan kepustakawanan. Ilmu perpustakaan berarti batang tubuh pengetahuan
yang terorganisasi, dalam bentuk apapun juga, yang berkaitan dengan
tujuan, objek dan fungsi perpustakaan, prinsip, teori, tata susunan, dan teknik yang digunakan dalam melakukan kinerja untuk kerja jasa
perpustakaan. Kepustakawanan merupakan penerapan pengetahuan dari ilmu perpustakaan terhadap koleksi, tata susunan, pelestarian dan
6
Sedarmayanti. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Refika Aditama, 2007, h.v
7
Undang-undang Nomor 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan Pasal 1 Ayat 15
11
pemanfaatan buku serta materi lain di perpustakaan, penyempurnaan malar kesinambungan, dan perluasan jasa perpustakaan
8
. Salah satu komponen penting perpustakaan adalah pustakawan.
Komponen ini sangat diperlukan untuk memberikan pelayanan jasa kepada pengguna perpustakaan sampai mampu memberikan tingkat
kepuasan terhadap masyarakat yang dilayani. Pelayanannya sudah barang tentu bertingkat sesuai dengan kebutuhan keperluan yang
dilayani. Peralatan yang dipergunakan pun bertingkat mulai dari manual sampai dengan digital, paling tidak para pustakawan mampu
mentransfernya
9
.
3. Etika Kepustakawanan
Etika adalah sesuatu yang harus dilakukan dengan pertimbangan benar dan salah
10
. Etika adalah sesuatu yang harus dilakukan dengan berdasar nilai agama. Beretika adalah melakukan sesuatu berdasarkan
hukum. Etika terdiri dari standar tingkah laku yang diterima dala lingkungan masyarakat.
Aristoteles menggunakan istilah ini mencakup ide karakter dan disposisi. Sebagai suatu subjek, etika akan berkaitan dengan konsep
yang dimiliki oleh individu ataupun kelompok untuk menilai apakah tindakan-tindakan yang telah dikerjakannya itu salah atau benar, buruk
atau baik. Etika adalah refleksi dari apa yang disebut dengan self
8
Sulistyo-Basuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan, h. 100
9
Wiji Suwarno. Ilmu PerpustakaanKode Etik Pustakawan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2010, h. 88
10
Wiji Suwarno. Ilmu Perpustakaan dan Kode Etik Pustakawan, h. 94
12
control karena segala sesuatunya dibuat dan diterapkan dari dan untuk kepentingan pembuatnya.
Untuk menjadikan seseorang itu memiliki etika yang baik, titik tolaknya adalah kepedulian sosial, sebagai unsur yang pertama
11
. Unsur kedua adalah motivasi menjaga yang diasumsikan sebagai
tanggung jawab.
Unsur ketiga
adalah pengabdian
yang diaktualisasikan dalam kerja, bahwa seseorang itu butuh bekerja.
Kode etik pustakawan di Indonesia lahir setelah melalui berbagai perkembangan selama dua puluh tahun melalui kongres yang diadakan
di berbagai kota. Ikatan Pustakawan Indonesia IPI menyadari perlu adanya kode etik yang dapat dijadikan pedoman perilaku bagi para
anggotanya dalam melaksanakan tugasnya di dalam masyarakat. Kode etik pustakawan merupakan bagian yang terpisahkan dari ADART IPI
dimulai sejak 1993, 1997, yang diperbarui pada 19 September 2002 pada kongres IPI ke IX di Batu, Malang, Jawa Timur, dan
disempurnakan kembali pada 15 November 2006 di Denpasar, Bali
12
.
4. Sikap Dasar Pustakawan
Kode etik pustakawan Indonesia yang ditetapkan oleh IPI pada 15 November 2006 menuangkan beberapa sikap dasar yang harus dimiliki
pustakawan, yaitu: a.
Berupaya melaksanakan tugas sesuai dengan harapan masyarakat pada umumnya dan kebutuhan pengguna perpustakaan pada
khususnya.
11
Tronto, Joan C. Moral Boundaries. New York: Routlede, 1994, h. 96
12
Wiji Suworno. Ilmu Perpustakaan dan Kode Etik Pustakawan, h. 110
13
Tugas pustakawan adalah melayani pemustakanya dengan baik. Maka, dalam kode etik ini, pustakawan dituntut untuk dapat
menyerap aspirasi masyarakat pemustaka untuk kemudian memberikan layanan sesuai dengan harapan pemustakanya.
b. Berupaya mempertahankan keunggulan kompetensi setinggi
mungkin dan berkewajiban mengikuti perkembangan. Pustakawan adalah orang yang telah memiliki ilmu di bidang perpustakaan.
Artinya, ia memiliki kompetensi di bidang perpustakaan yang harus senantiasa ditingkatkan dan dikembangkan. Untuk meningkatkan
dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan keahliannya, dapat dilakukan dengan cara selalu mengikuti perkembangan dunia
kepustakawanan dan tidak berhenti untuk menuntut ilmu, terutama bidang kepustakawanan
13
. Kewajiban ini dimaksudkan agar pustakawan dapat melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya
dan mengerti perkembangan serta kemajuan bidang profesinya sehingga dapat dikatakan bahwa pustakawan di Indonesia ini selalu
up to date, tidak ketinggalan perkembangan informasi dan pengetahuan yang memang senantiasa berkembang.
c. Berupaya membedakan antara pandangan atau sikap hidup pribadi
dan tugas profesi. Pustakawan harus mengerti the right place and the right time dalam tugasnya. Ia harus mengerti benar kapan
saatnya serius dan kapan tidak serius serta mengerti benar di mana dan bagaimana seharusnya bersikap.
13
Hermawan S, Rachman dan Zen, Zulfikar. Etika Kepustakawanan, h. 116
14
d. Menjami bahwa tindakan dan keputusannya berdasarkan
pertimbangan profesional. Pustakawan sebagai seorang yang profesional dituntut bersikap dan bekerja sesuai dengan kompetensi
yang dimiliki. Setiap tugas yang dibebankan dilakukan atau dikerjakan secara profesional, begitu pula ketika memutuskan
sesuatu harus
dipertimbangkan berdasarkan
prinsip-prinsip profesionalisme.
e. Tidak menyalahgunakan posisinya dengan mengambil keuntungan
kecuali atas jasa profesi. Kode Etik Pustakawan Indonesia menghendaki pustakawan berlaku jujur, bersih, dan menghindarkan
diri dari segala bentuk penyelewengan dan penyalahgunaan kekuasaan, baik untuk kepentingan pribadi maupun golongan, dan
juga agar fasilitas yang tersedia di perpustakaan dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin
14
. f.
Bersifat sopan dan bijaksana dalam melayani masyarakat, baik dalam ucapan maupun perbuatan. Pustakawan adalah individu yang
hidup di dalam lingkungan masyarakat. Dengan demikian, pustakawan tidak lepas dari interaksinya dengan orang lain. Untuk
menjaga martabatnya dan profesinya, pustakawan dituntut untuk dapat berinteraksi dan melayani masyarakat dengan baik, santun,
dan bijkasana.
C. Standar Kompetensi Pustakawan
14
Hermawan S, Rachman dan Zen, Zulfikar. Etika Kepustakawanan, h. 117
15
Pustakawan adalah seseorang yang memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan danatau pelatihan kepustakawanan serta
mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan pengelolaan dan pelayanan perpustakaan
15
. Penyusunan dan pengelolaan tenaga kerja perpustakaan dibutuhkan sebuah kompetensi
16
. Kompetensi yang diartikan oleh Perpustakaan Nasional RI dalam
Rekomendasi Komisi I: program pengembangan karir pustakawan berbasis kompetensi yaitu kemampuan seseorang yang mencakup
pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang dapat terobservasi dalam menyelesaikan suatu pekerjaan atau tugas sesuai dengan standar kinerja
yang ditetapkan. Kompetensi adalah pencapaian standar kinerja oleh pustakawan
dengan cara pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang dimiliki oleh pustakawan yang disesuaikan dengan lembaga induk sebagai tempat
bekerja yang terkait dengan budaya organisasi, nilai dan norma, stategis bisnis dan lingkungan kerja
17
. Standar kompetensi adalah sesuatu yang menyangkut norma,
teknis dan pengakuan untuk melakukan jasa profesi serta sebagai tolak ukur keberhasilan dan pembeda tanggung jawab serta sarana untuk
melindungi konsumen, berperan sebagai alat pembinaan bagi anggota profesi dan alat untuk meningkatkan kualitas layanan kepada masyarakat
15
Undang-undang Nomor 43 Tahun 2007 pasal 1 ayat 8
16
Saiful-haq, Rizal, dkk. Pengantar Manajemen Perpustakaan Madrasah. Jakarta: Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006
17
Ernawati, Endang. Kompetensi, Komitmen, dan Intrapeneurship Pustakawan dalam Mengelola Perpustakaan di Indonesia. Artikel diakses pada 7 Agustus 2014 dari
http:eprints.rclis.org.
16
pengguna jasa. Sehingga standar kompetensi pustakawan adalah suatu kriteria minimal kompetensi pustakawan yang dikeluarkan oleh
organisasi profesi yang di dalamnya berisi norma-norma, teknis kemampuan dan pembakuan dalam upaya peningkatan kualitas layanan.
Lebih lanjut standar kompetensi pustakawan adalah tolak ukur yang digunakan untuk acuan penilaian kualitas pustakawan dalam bentuk
formulasi dari komitmen atau janji pustakawan kepada masyarakat. Dengan standar kompetensi yang dimiliki oleh seorang pustakawan
tentunya akan berhubungan dengan tugas dan tanggung jawab sebagai pengelola perpustakaan dan kegiatan perpustakaan lainnya. Standar
kompetensi tidak hanya penting bagi seorang pustakawan tetapi penting juga untuk pemustaka. Hubungannya yaitu seorang pemustaka akan
mendapatkan pelayanan yang berkualitas dari pustakawan yang berkompeten di bidang perpustakaan
18
.
1. Jenis Standar Kompetensi Pustakawan
Standar kompetensi bagi pustakawan khususnya di Indonesia belum memiliki pedoman yang dapat dijadikan sebagai acuan
19
. kompetensi pustakawan terbagi menjadi dua jenis, yaitu kompetensi profesional
dan individu. Kompetensi profesional meliputi pengetahuan pustakawan di bidang
sumber-sumber informasi, teknologi, manajemen dan penelitian serta kemampuan dalam menggunakan pengetahuan tersebut untuk
18
Zulfikar Zen. Etika Kepustakawanan, h. 177-180
19
Rumani, Sri. Kompetensi Pustakawan dan Teknologi Informasiuntuk Meningkatkan Kualitas Pelayanan di Perpustakaan Nasional. Artikel diakses pada 7 Agustus 2014 dari
www.pnri.go.idMajalahOnline
17
pelayanan perpustakaan.
Menambahkan kemampuan
dalam manajemem informasi meliputi pencarian, penggunaan, pembuatan,
pengorganisasian dan penyebaran informasi. Dalam hal teknologi informasi kemampuan tersebut meliputi mengelola perangkat
teknologi informasi baik perangkat keras maupun lunak
20
, pemrograman, pembuatan dan penerbitan sumber informasi elektronik
serta desain dan manajemen database. Kemampuan manajemen meliputi kepemimpinan yang menonjol, pembuatan administrasi
perpustakaan, mampu dalam manajemen sumberdaya manusia, waktu dan perubahan, mampu membangun hubungan kerja yang baik secara
manajemen, mampu menganalisis kinerja pustakawan, mampu dalam merencanakan program yang sesuai serta implementasinya dan mampu
berkoordinasi dengan bagian lain yang terkait. Sedangkan
kompetensi individu
meliputi komitmen
dalam memberikan pelayanan yang terbaik, terampil dalam berkomunikasi,
berpandangan luas dan memiliki sifat positif terhadap perkembangan, bekerja dalam tim dan menciptakan suasana kerja yang sehat serta
mampu mencari mitra kerja, memiliki sifat kepemimpinan dan dapat memecahkan masalah pada suatu hal yang kritis. Menurut Sheila
Slauter dan Lary L. Laslie kemampuan di atas disebut dengan sikap entrepreneur.
20
Wicaksono, Hendro. Kompetensi Perpustakaan dan Pustakawan dalam Implementasi Teknologi Informasi di Perpustakaan. Artikel diakses pada 7 Agustus dari
www.pnri.go.idMajalahOnline
18
Seorang pustakawan hendaknya memiliki keahlian dalam melobi, koordinasi dan komunikasi khususnya komunikasi dalam bahasa asing
serta kemampuan dalam menggunakan teknologi informasi
21
. Selain kompetensi pustakawan di atas, kompetensi pustakawan
hendaknya memiliki kompetensi sosial-budaya. Kemampuan sosial- budaya adalah sebuah perilaku, sikap, dan kebijakan yang
memungkinkan seseorang atau kelompok untuk bekerja secara efektif dalam situasi lintas budaya, proses dimana individu merespon dengan
hormat dan efektif kepada orang-orang dari semua budaya, bahasa, kelas, ras, latar belakang etnis, agama, dan faktor keberagaman lainnya
dengan cara yang mengakui, menegaskan, dan menghargai nilai individu, keluarga, dan masyarakat, dan melindungi serta menjaga
martabat masing-masing
22
. Dari berbagai kompetensi mengenai pustakawan di atas dapat
dikatakan secara singkat bahwa sebuah kompetensi pustakawan merupakan suatu acuan dalam kegiatan manajerial maupun teknis yang
hendaknya dimiliki oleh seorang pustakawan sesuai dengan tingkat atau jabatannya. Kompetensi tersebut tidak hanya dari sudut pandang
kegiatan seorang pustakawan tetapi dari sudut pandang sebagai seorang profesional dan individu pustakawan. Standar kompetensi
puntakawan pun hendaknya disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
21
Rumani, Sri. Kompetensi Pustakawan dan Teknologi Informasiuntuk Meningkatkan Kualitas Pelayanan di Perpustakaan Nasional.
22
National Association of Social Workers dalam artikel Diversity Standards: Cultural Competency for Academic Libraries. Artikel diakses pada 10 Agustus 2014 dari
http:ala.orgacrlstandardsdiversity
19
2. Tujuan Kompetensi Pustakawan
Tujuan kompetensi pustakawan adalah menciptakan suatu kerangka kerja yang efektif dan efesien dalam mendayagunakan sumber daya
manusia yang terbatas. Lebih lanjut tujuan dari kompetensi pustakawan
yaitu memungkinkan
setiap pekerjaan
dapat diselesaikan dengan baik, tepat waktu, sasaran dan sebanding
dengan biaya dan hasil yang diperoleh. Tujuan kompetensi pustakawan yaitu memberikan jaminan kepada
masyarakat, pengelola
dan pembina
perpustakaan bahwa
pustakawan dapat memberikan layanan optimal kepada masyarakat di bidang layanan bahan pustaka dan infomasi sesuai dengan
kualifikasi dan memberikan jaminan kepada pustakawan bahwa kebutuhan hidupnya yang bersifat primer dan esensial baik jasmani
maupun rohani serta menjamin dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab profesinya
23
. Kemandirian pustakawan merupakan tujuan dari kompetensi
pustakawan itu sendiri. Kemandirian ini mampu menjadikan seorang pustakawan yang mampu berkreasi dan berinovasi dalam
menjalankan tugas dan kewajibannya
24
. Sehingga
dapat digarisbawahi
bahwa tujuan
kompetensi pustakawan
tidak hanya
membantu pustakawan
dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya tetapi berpengaruh terhadap
23
Zulfikar Zen. Etika Kepustakawanan, h. 180-181
24
Ernawati, Endang. Kompetensi, Komitmen, dan Intrapeneurship Pustakawan dalam Mengelola Perpustakaan di Indonesia.
20
kegiatan-kegiatan baik manajerial maupun teknis di perpustakaan dengan kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing pustakawan.
D. Pengembangan SDM di Perpustakaan
Pengembangan sumber daya manusia adalah proses meningkatkan potensi produktifitas dari sumber daya tenaga kerja dalam hal
pengetahuan, keterampilan dan kemampuan melalui mekanisme yang sesuai seperti pendidikan dan pelatihan, konseling, perencanaan karir,
kinerja atau penilaian diri, penghargaan atau hadiah dan lain-lain. Pendidikan dan pelatihan memainkan peran penting dalam memperkuat
kemampuan baik akademis dan profesional sumber daya manusia untuk memenuhi tujuan organisasi
25
. A process of helping employees in an organization to acquire new skill and competence on a continuing
basis
26
. Secara singkat pengembangan sumber daya manusia merupakan
sebuah proses bagi sumber daya manusia dalam meningatkan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan melalui pendidikan atau
pelatihan yang secara berkelanjutan yang bertujuan untuk pencapaian tujuan organisasi.
Pustakawan merupakan
bagian dari
perpustakaan. Sudah
selayaknya pustakawan dapat dibina dan dikembangan seperti perpustakaan. Pembinaan dan pengembangan pustakawan dilakukan
25
Saha, Nimai Chand, dkk. TrainingDevelopment of Library Professionals for IT Application in University Libraries: an Overview. Artikel diakses pada 10 Agustus 2014 dari
ir.inflibnet.ac.id.in
26
Dhiman, Anil Kumar. Developing Human Resource In Digital Era: How Much Effective and How Much Successful?. Artikel diakses pada 10 Agustus 2014 dari ir.inflibnet.ac.id.in
21
secara terus menerus dan berkelanjutan, tidak menutup kemungkinan dilakukan pula kepada petugas perpustakaan yang lain
27
. Pustakawan dapat dibina dan dikembangan seperti pengembangan
koleksi yang dilakukan di perpustakaan dan dilakukan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pembinaan dan
pengembangan sumber daya manusia meliputi kualitas dan kuantitas. Pembinaan dan pengembangan kualitas sumber daya manusia meliputi
keterampilan dan sikap, mengikutsertakan dalam pendidikan formal maupun informal serta pelatihan dalam pengembangan jabatan.
Sedangakan dalam hal kuantitas lebih mengacu kepada kebutuhan meliputi penambahan dan pengurangan jumlah sumber daya manusia di
perpustakaan yang berkaitan dengan efektif dan efesien dalam mengelola perpustakaan
28
. Dari pendapat di atas, pembinaan dan pengembangan sumber daya
manusia di perpustakaan merupakan sebuah proses menciptakan sumber daya manusia yang jauh lebih baik atau lebih berkualitas dengan cara
peningkatan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan pustakawan melalui pendidikan atau pelatihan dalam mencapai tujuan organisasi.
Pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia di perpustakaan sama seperti pembinaan dan pengembangan perpustakaan maupun
koleksi dan dilakukan secara terus menerus dan berkelanjutan serta mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mengacu
kepada efektif dan efesien dalam mengelola perpustakaan.
27
Saiful-Haq. Pengantar Manajemen Perpustakaan Madrasah, h. 20
28
Sutarno NS. Manajemen Perpustakaan: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Sagung Seto, 2006, h. 115-116
22
E. Berbagai Cara Pengembangan SDM