Tahapan Pelaksanaan Penelitian Pembahasan

41

d. Fasilitas

Beberapa fasilitas yang dimiliki oleh Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta adalah internet, antar jemput buku, e-library, layanan anak, ruang referensi dan Ruang Betawi.

e. Gedung dan Ruang

Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta berada di lantai 7 dan 8 Gedung Nyi Ageng Serang. Adapun lantai 7 adalah perpustakaan sedangkan lantai 8 adalah ruang perkantoran.

f. Jaringan Kelembagaan

Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta memiliki lembaga induk yakni Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah dan membawahi Perpustakaan Umum DKI Jakarta. Diantaranya adalah: Perpumda Jakarta Timur, Jakarta Selatan, Jakarta Utara, dan Jakarta Barat.

B. Tahapan Pelaksanaan Penelitian

Pada bab ini penulis akan menjelaskan hasil penelitian yang dilakukan di Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta mengenai kegiatan pengembangan sumber daya manusia non sarjana perpustakaan. Hasil penelitian berupa observasi, dokumentasi dan wawancara dengan informan yang berkenaan dengan kegiatan pengembangan sumber daya manusia perpustakaan. Informan dalam penelitian ini berjumlah 2 orang. Penulis memiliki kriteria dalam memilih informan. Kriteria tersebut adalah informan yang memiliki jabatan sebagai Sekretaris BPAD Provinsi DKI Jakarta dan Kepala Subbagian Kepegawaian. 42 Penelitian ini dilakukan di Kantor Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Pulomas yang terletak di JL. Perintis Kemerdekaan No. 1, Jakarta Timur pada 27 November 2014. Pelaksanaan wawancara dilakukan di BPAD Jakarta karena BPAD merupakan badan induk Perpustakaan Umum DKI Jakarta baik tingkat provinsi maupun kotamadya. Letak gedung BPAD Jakarta cukup sulit ditemukan oleh sebab bangunan ini berada bersamaan dengan Terminal Pengisian Bahan Bakar Gas SPBE. Tepatnya posisi bangunan BPAD ini berada dibelakang SPBE tersebut. Penulis pada awalnya mengira yang terdapat hanya SPBE saja. Sebelum terjadi wawancara penulis mengikuti prosedur yang ada. Yaitu menemui front office guna menyerahkan identitas sebagai jaminan pengunjung. Setelahnya memberikan kartu identitas penulis diarahkan oleh resepsionis menuju ke pihak yang ingin dituju. Dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan penelitian kualitatif, menggunakan teknik observasi, dokumentasi serta wawancara. Pada teknik wawancara, data-data yang penulis butuhkan adalah mengenai upaya pengembangan tenaga kerja non sarjana perpustakaan di Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta dengan jumlah pertanyaan wawancara sebanyak 5 pertanyaan. 43

C. Hasil Penelitian

Kegiatan pembinaan serta pengembangan sumber daya manusia di perpustakaan merupakan tanggung jawab penyelenggara perpustakaan 40 . Kemudian pada ayat 2, tanggung jawab tersebut dapat berupa pemberian pendidikan dengan cara formal atau non-formal kepada pustakawan. Kegiatan informal dapat diberikan oleh pustakawan dalam kegiatan pembinaan dan pengembangan. Pihak yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pengembangan sumber daya manusia adalah Subbagian Kepegawaian. Informan yang penulis jadikan referensi ialah pengawas perpustakaan yakni Bapak Jahruddin sebagai Sekretaris BPAD Provinsi DKI Jakarta dan Siti Mutia sebagai Kepala Subbagian Kepegawaian. Jumlah sumber daya manusia non sarjana perpustakaan di Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta ialah 9 orang. Rata-rata pendidikan terakhir mereka adalah SMA sederajat.

1. Konsep Kegiatan Pengembangan Tenaga Perpustakaan

Berangkat dari jawaban informan, konsep pengembangan sumber daya manusia non sarjana perpustakaan Perpustakaan Umum Provinsi DKI yaitu melalui diklat pelatihan serta pelatihan lainnya. Berikut seperti yang dikatakan oleh SM terkait konsep pengembangan. Kegiatannya adalah dengan memberikan diklat-diklat. Kerjasama dengan Perpusnas. Pelatihan ini memiliki beberapa jenis, yakni pelatihan-pelatihan yang sifatnya struktural yang diselenggarakan oleh Badan Diklat Provinsi dan 40 Undang-Undang Republik Indonesia No.43 tahun 2001 tentang Perpustakaan pasal 33 ayat 1 44 non struktural atau pelatihan yang dikenal dengan CPTA calon pustakawan tingkat ahli bagi yang akan terjun ke dalam perpustakaan dan keahlian arsip bagi yang di bidang kearsipan. Ada diklat misalnya BIM IV untuk staff yang mau naik ke eselon IV dan BIM III bagi yang mau naik ke eselon III. Nah sedangkan pelatihan non struktural itu misalnya CPTA, yaitu calon pustakawan tingkat ahli dan ada juga diklat keahlian kearsipan. Hal tersebut disampaikan oleh Bapak Jahrudin sebagai Sekretaris BPAD dilakukan di Kantor Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Pulomas yang terletak di JL. Perintis Kemerdekaan No. 1, Jakarta Timur pada 27 November 2014. Pada kenyataannya, pustakawan boleh memilih pelatihan baik yang perpustakaan maupun kearsipan. Dengan tujuan agar menambah wawasan bagi mereka. Dengan catatan yang ingin ikut serta mereka harus berusia 50 tahun. Namun, dalam kegiatan pengembangan tersebut peserta bukan hanya para tenaga kerja yang terdiri dari non sarjana perpustakaan saja, tenaga kerja yang berlatar belakang sarjana perpustakaan pun diikutkan pula dalam kegiatan tersebut. Oleh sebab ilmu yang dimiliki para tenaga kerja berlatar belakang sarjana perpustakaan masih sebatas teori saja, perlu ditingkatkan lagi kapabilitas mereka melalui kegiatan pengembangan tersebut. Di bidang perpustakaan kebanyakan masih teori ya, ya kan terkadang teori sama praktek beda, jadi ya tetap kita ikutkan diklat. Seperti kemarin sarjana perpustakaan pun diikutkan diklat pengembangan minat baca. 45 Kemudian selain diklat ada pula sebuah kegiatan yang dinamakan pengembangan wawasan. Kegiatan ini mengundang narasumber yang memang kompeten untuk memberikan materi dalam kegiatan tersebut. Siapapun mereka asalkan berkaitan dengan bidang perpustakaan maupun kearsipan dan lulusan sarjana. Di kita juga ada pengembangan wawasan namanya, mengundang narasumber dari seorang sarjana atau tenaga ahli lain yang berkaitan dengan bidang perpustakaan sama kearsipan. Dan untuk yang berkaitan dengan perpustakaan kita ambil dari Perpustakaan Nasional sedangkan yang berkaitan dengan kearsipan kita ambil dari ANRI. Jangka waktu pelatihan ialah selama 3 bulan. Diklat tersebut dilaksanakan di hotel dan gedung-gedung komersil lainnya. Tahun 2015 mendatang, Kementrian Pemberdayaan Aparatur Negara tidak mengizinkan badan diklat untuk melakukan pelatihan diluar bangunan yang dimiliki oleh negara. Dengan tujuan efisiensi anggaran negara. Rata-rata durasi waktu pelatihan 3 bulan. Tahun 2015 nanti ada larangan dari Menteri Aparatur Negara pelatihan di hotel demi efisiensi anggaran. Demikian pernyataan yang disampaikan oleh Jahrudin selaku plt. Sekretaris BPAD Jakarta. Tabel 1.3 Tabel Bentuk, arah dan Sasaran Pengembangan Tenaga Perpustakaan di lingkungan Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta Tahun 2014 NO JENIS PENGEMBANGAN SASARAN PENGEMBANGAN JUMLAH PESERTA PENYELENGGARA 1 Diklat Seluruh Pegawai 20 Badan Diklat Provinsi 2 Pengembangan Wawasan Seluruh Pegawai 20 BPAD Jakarta Sumber: BPAD Jakarta 46

2. Kendala dalam Kegiatan Pengembangan Sumber Daya Manusia

Kendala yang dihadapi oleh badan ketika melakukan kegiatan pengembangan sumber daya manusia adalah oleh sebab keterbatasan sumber daya manusia itu sendiri baca:kuantitas. Karena sedikit jumlah pegawainya, maka tertunda karena peserta mempertimbangkan terlebih dahulu. Namun karena pihak instansi memiliki kewajiban yang dituangkan ke dalam surat tugas, maka mau tidak mau para sumber daya manusia harus mengikuti prosedur yang ada. Dan hal tersebut demi kepentingan yang ingin dicapai secara seksama. Pustakawan adalah seseorang yang memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan danatau pelatihan kepustakawanan serta mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan pengelolaan dan pelayanan perpustakaan 41 . Bagi instansi keuntungannya adalah memiliki sumber daya manusia yang bekerja secara optimal sedangkan bagi mereka maka akan menambah kemampuan serta angka kredit guna meningkatkan golongan kerja mereka. Hal tersebut berangkat dari pernyataan Jahruddin. Karena kita keterbatasan sdm, kemudian untuk mengikut diklat kurang orangnya. Alhasil mereka tertunda untuk mengikuti diklat. Sedangkan dari pihak pegawainya, mereka banyak pertimbangan, namun setelah diberikan surat tugas ya mereka mau. 41 Undang-undang Nomor 43 Tahun 2007 pasal 1 ayat 8 47

3. Hasil yang Dicapai Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta

Pasca Pengembangan Sumber Daya Manusia Non Sarjana Perpustakaan Setelah kegiatan pengembangan terlaksana, maka ada hasil yang ingin dicapai. Instansi tentu memiliki ekspektasi yang ingin diraih setelah melakukan kegiatan pengembangan bagi sumber daya manusianya. Hasil yang ingin dicapai adalah para sumber daya manusia dapat bekerja sesuai dengan visi serta misi Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta yang berada dibawah naungan BPAD Jakarta. hal tersebut diungkapkan oleh Siti Mutiah selaku Kepala Subbagian Kepegawaian. Yang ingin dicapai itu ya bekerja sesuai dengan visi, yaitu memberikan layanan prima di bidang perpustakaan dan kearsipan. Setiap sumber daya manusia yang telah ikut serta dalam kegiatan pengembangan diharapkan mampu melakukan spesialisasi mereka. Misalkan bidang pengolahan koleksi, pelayanan dan pelestarian. Perpustakaan itu kan banyak bidang-bidangnya. Pembelian buku- bukunya dan pengolahannya. Itu tidak sembarangan, perlu dilatih untuk melakukan itu. Seperti klasifikasi, ternyata itu memiliki ketentuannya. Hal tersebut disampaikan oleh Jahruddin selaku Sekretaris BPAD Jakarta.

D. Pembahasan

1. Konsep Kegiatan Pengembangan SDM Penulis akan menjelaskan secara singkat hasil analisis dari penelitian bab 4. Sebagaimana pernyataan yang disampaikan informan, bahwasanya BPAD Jakarta melaksanakan diklat serta kegiatan pengembangan wawasan guna mengembangkan sumber daya manusia 48 non sarjana perpustakaan Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta. Sesuai dengan kode etik pustakawan yang telah ditetapkan oleh IPI, pustakawan harus mengembangkan kompetensinya setinggi mungkin. Berupaya mempertahankan keunggulan kompetensi setinggi mungkin dan berkewajiban mengikuti perkembangan. Pustakawan adalah orang yang telah memiliki ilmu di bidang perpustakaan. Artinya, ia memiliki kompetensi di bidang perpustakaan yang harus senantiasa ditingkatkan dan dikembangkan. Untuk meningkatkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan keahliannya, dapat dilakukan dengan cara selalu mengikuti perkembangan dunia kepustakawanan dan tidak berhenti untuk menuntut ilmu, terutama bidang kepustakawanan 42 . Kewajiban ini dimaksudkan agar pustakawan dapat melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya dan mengerti perkembangan serta kemajuan bidang profesinya sehingga dapat dikatakan bahwa pustakawan di Indonesia ini selalu up to date, tidak ketinggalan perkembangan informasi dan pengetahuan yang memang senantiasa berkembang. Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta melakukan sebuah pengembangan SDM. Pelaksanaan kegiatan pengembangan dilaksanakan di beberapa tempat yaitu di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, ANRI, gedung-gedung milik swasta seperti hotel, wisma, dan lain-lain berupa seminar dan diklat. Setelah mengikuti kegiatan pengembangan para pegawai lantas mendapatkan bukti kesaksian berupa sertifikat serta angka kredit guna meningkatkan 42 Hermawan dan Zen, Zulfikar. Etika Kepustakawanan, h. 116 49 jabatan mereka. Kegiatan pengembangan tersebut diprakarsai oleh Badan Diklat tersebut. Kegiatan pengembangan tersebut bersifat pendidikan non formal. Pendidikan non-formal dapat dilakukan dengan cara mengikuti nernagai kegiatan akademik misalnya: pendidikan dan pelatihan diklat, penataran up grading, simposium, seminar, lokakarya, kursus, magang on the job training, studi banding dan lain sebagainya yang tentunya bersifat pendidikan non- formal. Pendidikan non-formal merupakan salah satu jawaban bagi peningkatan kualitas bagi pustakawan apabila pendidikan formal tidak memungkinkan dilakukan untuk kegiatan pembinaan pustakawan 43 . Kegiatan magang dalam dunia perpustakaan sangat dibutuhkan oleh pustakawan 44 . Terlebih untuk peningkatan karir atau untuk melanjutkan ke pendidikan lanjutan. Manfaat lainnya yaitu mampu memberikan pelayanan kepada pemustaka dalam hal pencarian informasi yang lebih baik. Ditambahkan pula, kegiatan magang terbagi menjadi 2 tingkatan yaitu: tingkat menengah dan tingkat lanjutan. Tingkat menengah terdiri dari asisten informasi, asisten perpustakaan. Sedangkan tingkat lanjutan terdiri dari asisten senior perpustakaan, koordinator layanan informasi, supervisor layanan perpustakaan. 2. Kendala yang Dihadapi Kendala yang dihadapi pada saat melakukan kegiatan pengembangan ialah karena terbatasnya jumlah sumber daya manusia di Perpustakaan 43 Hermawan dan Zen. Etika Kepustakawanan, h. 158 44 Artikel Libraries, Archives, Records and Information Management Services. Diakses pada 10 Agustus 2014 dari http:www.apprenticeship.org.ukTypes-of-ApprenticeshipHealth- Public-Services-and-CareLibraries-Records-and-IM-Services.aspx. 50 Umum Provinsi DKI Jakarta. Sehingga pihak Badan Diklat Provinsi menunda pelaksanaan pengembangan. Jika ditinjau dari sisi peserta, kendala yang dihadapi ialah oleh sebab pelaksanaan berlangsung lama, sehingga pegawai mau tidak mau mengikuti kegiatan pengembangan, terutama bagi mereka yang sudah berumah tangga. Tabel 1.4 Tabel Faktor-faktor kendala dalam Kegiatan Pengembangan sumbersaya Manusia pada Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta Tahun 2014 NO FAKTOR DAN BENTUK KENDALA PROGRAM MENGATASI KENDALA TARGET PENGEMBANGAN Internal 1. Personil Terbatas Rekruitmen tenaga pustakawan Belum, oleh karena penambahan pegawai hanya bisa dilakukan melalui jalur CPNS 2. Pendidikan non perpustakaan dan Kompetensi rendah Diklat struktural dan non struktural Diklat CPTA Sudah, melalui kegiatan diklat 3. Etos kerja rendah Surat tugas mengikuti diklat Agar pengembangan tetap terlaksana Eksternal Rencana diklat Pustakawan Diklat struktural Pengembangan Pegawai Eselon III dan IV Diklat Non strukturalCPTA Pengembangan Calon Pustakawan Waktu pelaksanaan Personil Terbatas Rekruitmen tenaga pustakawan Dukungan Anggaran APBD Pengembagan terlaksana dengan baik Sumber: BPAD Jakarta 51 Mengacu pada tabel diatas bahwa beberapa faktor serta kendala yang dihadapi adalah personil yang terbatas yang berakibat kepada penundaan pelaksanaan pengembangan. Maka program yang seyogyanya dapat mengatasi masalah tersebut ialah dengan menambah jumlah pegawai. Penambahan jumlah pegawai ini hanya dapat dilakukan melalui jalur CPNS. Dengan demikian, agar program tetap dapat terlaksana ialah dengan mengeluarkan Surat Keputusan Pelaksanaan Pengembangan yang dikeluarkan oleh BPAD Jakarta selaku Lembaga Induk Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta. 3. Hasil yang Dicapai oleh Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta Hasil yang ingin diperoleh ialah sumber daya mlur anusia non sarjana perpustakaan dapat bekerja dengan baik sesuai dengan visi serta misi Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta sesuai dengan bidang mereka masing-masing. Dan tenaga kerja non sarjana perpustakaan tersebut dapat memiliki standar profesional seorang pustakawan. Kompetensi profesional meliputi pengetahuan pustakawan di bidang sumber-sumber informasi, teknologi, manajemen dan penelitian serta kemampuan dalam menggunakan pengetahuan tersebut untuk pelayanan perpustakaan. Menambahkan kemampuan dalam manajemem informasi meliputi pencarian, penggunaan, pembuatan, pengorganisasian dan penyebaran informasi. Dalam hal teknologi informasi kemampuan tersebut meliputi mengelola perangkat 52 teknologi informasi baik perangkat keras maupun lunak 45 , pemrograman, pembuatan dan penerbitan sumber informasi elektronik serta desain dan manajemen database. Kemampuan manajemen meliputi kepemimpinan yang menonjol, pembuatan administrasi perpustakaan, mampu dalam manajemen sumberdaya manusia, waktu dan perubahan, mampu membangun hubungan kerja yang baik secara manajemen, mampu menganalisis kinerja pustakawan, mampu dalam merencanakan program yang sesuai serta implementasinya dan mampu berkoordinasi dengan bagian lain yang terkait. Berdasarkan penelusuran data lapangan, penulis mengidentifikasi hasil yang di capai perpustakaan umum Provinsi DKI Jakarta pasca pengembangan sumber daya manusia non sarjana perpustakaan, secara ringkas dapat dilihat sebagaimana yang disajikan pada tabel berikut ini : Tabel 1.5 Hasil yang Dicapai Pasca Pengembangan SDM NO KOMPETENSI PROFESIONAL PUSTAKWAN TARGET PEMENUHAN KOMPETENSI JUMLAH PERSONIL Teknologi perangkat lunak maupun keras Belum maksimal, perlu ada pengembangan lebih lanjut 2 Pemrograman Belum maksimal, perlu ada pengembangan lebih 2 45 Wicaksono, Hendro. Kompetensi Perpustakaan dan Pustakawan dalam Implementasi Teknologi Informasi di Perpustakaan. Artikel diakses pada 7 Agustus dari www.pnri.go.idMajalahOnline 53 lanjut Pembuatan dan penerbitan sumber informasi elektronik Belum maksimal, perlu ada pengembangan lebih lanjut 2 Desain dan manajemen data base Belum maksimal, perlu ada pengembangan lebih lanjut 2 Pengembangan Koleksi Sudah baik 2 Pelestarian Bahan Pustaka Sudah baik 3 Sumber: Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta Mengacu pada tabel diatas, pada bidang pengembangan koleksi dan pelestarian bahan pustaka sudah berjalan dengan baik. Indikator hal tersebut ialah pegawai non sarjana perpustakaan pada bidang tersebut telah melakukan pekerjaannya sesuai dengan sop yang ada. Sedangkan khususnya pada bidang ATI, pegawai pada bidang ini perlu dikembangkan lagi karena belum maksimal dalam pengelolaan database, sumber informasi elektronik dan berbagai hal yang berkenaan dengan penggunaan perangkat lunak dan keras. Apabila hasil yang diinginkan telah dicapai, pada saat melakukan troubleshooting tidak memerlukan pihak ketiga manakala sistem sedang mengalami kerusakan ataupun gangguan lainnya. Sedangkan kompetensi individu meliputi komitmen dalam memberikan pelayanan yang terbaik, terampil dalam berkomunikasi, berpandangan luas dan memiliki sifat positif terhadap perkembangan, bekerja dalam tim dan menciptakan suasana kerja yang sehat serta mampu mencari mitra kerja, memiliki sifat kepemimpinan dan dapat memecahkan masalah pada 54 suatu hal yang kritis. Menurut Sheila Slauter dan Lary L. Laslie kemampuan di atas disebut dengan sikap entrepreneur. Seorang pustakawan hendaknya memiliki keahlian dalam melobi, koordinasi dan komunikasi khususnya komunikasi dalam bahasa asing serta kemampuan dalam menggunakan teknologi informasi 46 . Selain kompetensi pustakawan di atas, kompetensi pustakawan hendaknya memiliki kompetensi sosial-budaya. Kemampuan ini adalah sebuah perilaku, sikap, dan kebijakan yang memungkinkan seseorang atau kelompok untuk bekerja secara efektif dalam situasi lintas budaya, proses dimana individu merespon dengan hormat dan efektif kepada orang-orang dari semua budaya, bahasa, kelas, ras, latar belakang etnis, agama, dan faktor keberagaman lainnya dengan cara yang mengakui, menegaskan, dan menghargai nilai individu, keluarga, dan masyarakat, dan melindungi serta menjaga martabat masing-masing 47 . Dari berbagai kompetensi mengenai pustakawan di atas dapat dikatakan secara singkat bahwa sebuah kompetensi pustakawan merupakan suatu acuan dalam kegiatan manajerial maupun teknis yang hendaknya dimiliki oleh seorang pustakawan sesuai dengan tingkat atau jabatannya. Kompetensi tersebut tidak hanya dari sudut pandang kegiatan seorang pustakawan tetapi dari sudut pandang sebagai seorang profesional dan individu pustakawan. Standar kompetensi puntakawan pun hendaknya disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. 46 Rumani, Sri. Kompetensi Pustakawan dan Teknologi Informasiuntuk Meningkatkan Kualitas Pelayanan di Perpustakaan Nasional. 47 National Association of Social Workers dalam artikel Diversity Standards: Cultural Competency for Academic Libraries. Artikel diakses pada 10 Agustus 2014 dari http:ala.orgacrlstandardsdiversity 55

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Konsep pengembangan sumber daya manusia non sarjana perpustakaan adalah melalui kegiatan pengembangan wawasan berupa diklat yang pelaksanaannya adalah dengan mengundang narasumber yang kompeten dalam bidang perpustakaan. 2. Kendala yang dihadapi pada saat melakukan pengembangan sumber daya manusia adalah pelaksanaan sering ditunda dari jadwal yang telah direncanakan oleh sebab sumber daya manusianya terbatas. 3. Hasil yang ingin dicapai dari pengembangan ini adalah demi menghasilkan sumber daya manusia yang dapat menjalankan pekerjaannya sesuai dengan visi serta misi instansi.

B. Saran

1. Hendaknya jadwal tersebut dilaksanakan sesuai dengan waktunya agar program pengembangan dapat berjalan dengan baik. Karena apabila sering tertunda, maka rencana kegiatan lain akan terhambat pula karenanya. 2. Sumber daya manusia yang sangat terbatas perlu ditambah lagi agar pelaksanaan diklat tidak terhambat karenanya. Dan tentunya penambahan tersebut disesuaikan dengan kompetensi yang diperlukan.