41
d. Fasilitas
Beberapa fasilitas yang dimiliki oleh Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta adalah internet, antar jemput buku, e-library, layanan
anak, ruang referensi dan Ruang Betawi.
e. Gedung dan Ruang
Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta berada di lantai 7 dan 8 Gedung Nyi Ageng Serang. Adapun lantai 7 adalah perpustakaan
sedangkan lantai 8 adalah ruang perkantoran.
f. Jaringan Kelembagaan
Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta memiliki lembaga induk yakni Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah dan membawahi
Perpustakaan Umum DKI Jakarta. Diantaranya adalah: Perpumda Jakarta Timur, Jakarta Selatan, Jakarta Utara, dan Jakarta Barat.
B. Tahapan Pelaksanaan Penelitian
Pada bab ini penulis akan menjelaskan hasil penelitian yang dilakukan di Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta mengenai
kegiatan pengembangan sumber daya manusia non sarjana perpustakaan. Hasil penelitian berupa observasi, dokumentasi dan wawancara dengan
informan yang berkenaan dengan kegiatan pengembangan sumber daya manusia perpustakaan. Informan dalam penelitian ini berjumlah 2 orang.
Penulis memiliki kriteria dalam memilih informan. Kriteria tersebut adalah informan yang memiliki jabatan sebagai Sekretaris BPAD Provinsi
DKI Jakarta dan Kepala Subbagian Kepegawaian.
42
Penelitian ini dilakukan di Kantor Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Pulomas yang terletak di JL. Perintis Kemerdekaan No. 1, Jakarta
Timur pada 27 November 2014. Pelaksanaan wawancara dilakukan di BPAD Jakarta karena BPAD merupakan badan induk Perpustakaan
Umum DKI Jakarta baik tingkat provinsi maupun kotamadya. Letak gedung BPAD Jakarta cukup sulit ditemukan oleh sebab bangunan ini
berada bersamaan dengan Terminal Pengisian Bahan Bakar Gas SPBE. Tepatnya posisi bangunan BPAD ini berada dibelakang SPBE tersebut.
Penulis pada awalnya mengira yang terdapat hanya SPBE saja. Sebelum terjadi wawancara penulis mengikuti prosedur yang ada.
Yaitu menemui front office guna menyerahkan identitas sebagai jaminan pengunjung. Setelahnya memberikan kartu identitas penulis diarahkan
oleh resepsionis menuju ke pihak yang ingin dituju. Dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan
pendekatan penelitian kualitatif, menggunakan teknik observasi, dokumentasi serta wawancara.
Pada teknik wawancara, data-data yang penulis butuhkan adalah mengenai upaya pengembangan tenaga kerja non sarjana perpustakaan di
Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta dengan jumlah pertanyaan wawancara sebanyak 5 pertanyaan.
43
C. Hasil Penelitian
Kegiatan pembinaan serta pengembangan sumber daya manusia di perpustakaan merupakan tanggung jawab penyelenggara perpustakaan
40
. Kemudian pada ayat 2, tanggung jawab tersebut dapat berupa pemberian
pendidikan dengan cara formal atau non-formal kepada pustakawan. Kegiatan informal dapat diberikan oleh pustakawan dalam kegiatan
pembinaan dan pengembangan. Pihak
yang bertanggung
jawab terhadap
pelaksanaan pengembangan sumber daya manusia adalah Subbagian Kepegawaian.
Informan yang penulis jadikan referensi ialah pengawas perpustakaan yakni Bapak Jahruddin sebagai Sekretaris BPAD Provinsi DKI Jakarta
dan Siti Mutia sebagai Kepala Subbagian Kepegawaian. Jumlah sumber daya manusia non sarjana perpustakaan di
Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta ialah 9 orang. Rata-rata pendidikan terakhir mereka adalah SMA sederajat.
1. Konsep Kegiatan Pengembangan Tenaga Perpustakaan
Berangkat dari jawaban informan, konsep pengembangan sumber daya manusia non sarjana perpustakaan Perpustakaan Umum Provinsi DKI
yaitu melalui diklat pelatihan serta pelatihan lainnya. Berikut seperti yang dikatakan oleh SM terkait konsep pengembangan.
Kegiatannya adalah dengan memberikan diklat-diklat. Kerjasama dengan Perpusnas.
Pelatihan ini memiliki beberapa jenis, yakni pelatihan-pelatihan yang
sifatnya struktural yang diselenggarakan oleh Badan Diklat Provinsi dan
40
Undang-Undang Republik Indonesia No.43 tahun 2001 tentang Perpustakaan pasal 33 ayat 1
44
non struktural atau pelatihan yang dikenal dengan CPTA calon pustakawan tingkat ahli bagi yang akan terjun ke dalam perpustakaan
dan keahlian arsip bagi yang di bidang kearsipan. Ada diklat misalnya BIM IV untuk staff yang mau naik ke eselon IV dan
BIM III bagi yang mau naik ke eselon III. Nah sedangkan pelatihan non struktural itu misalnya CPTA, yaitu calon pustakawan tingkat ahli dan
ada juga diklat keahlian kearsipan. Hal tersebut disampaikan oleh Bapak Jahrudin sebagai Sekretaris BPAD
dilakukan di Kantor Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Pulomas yang terletak di JL. Perintis Kemerdekaan No. 1, Jakarta Timur pada 27
November 2014. Pada kenyataannya, pustakawan boleh memilih pelatihan baik yang
perpustakaan maupun kearsipan. Dengan tujuan agar menambah wawasan bagi mereka. Dengan catatan yang ingin ikut serta mereka
harus berusia 50 tahun. Namun, dalam kegiatan pengembangan tersebut peserta bukan hanya
para tenaga kerja yang terdiri dari non sarjana perpustakaan saja, tenaga kerja yang berlatar belakang sarjana perpustakaan pun diikutkan pula
dalam kegiatan tersebut. Oleh sebab ilmu yang dimiliki para tenaga kerja berlatar belakang sarjana perpustakaan masih sebatas teori saja,
perlu ditingkatkan lagi kapabilitas mereka melalui kegiatan pengembangan tersebut.
Di bidang perpustakaan kebanyakan masih teori ya, ya kan terkadang teori sama praktek beda, jadi ya tetap kita ikutkan diklat. Seperti
kemarin sarjana perpustakaan pun diikutkan diklat pengembangan minat baca.
45
Kemudian selain diklat ada pula sebuah kegiatan yang dinamakan pengembangan wawasan. Kegiatan ini mengundang narasumber yang
memang kompeten untuk memberikan materi dalam kegiatan tersebut. Siapapun mereka asalkan berkaitan dengan bidang perpustakaan
maupun kearsipan dan lulusan sarjana. Di kita juga ada pengembangan wawasan namanya, mengundang
narasumber dari seorang sarjana atau tenaga ahli lain yang berkaitan dengan bidang perpustakaan sama kearsipan. Dan untuk yang
berkaitan dengan perpustakaan kita ambil dari Perpustakaan Nasional sedangkan yang berkaitan dengan kearsipan kita ambil dari ANRI.
Jangka waktu pelatihan ialah selama 3 bulan. Diklat tersebut
dilaksanakan di hotel dan gedung-gedung komersil lainnya. Tahun 2015 mendatang, Kementrian Pemberdayaan Aparatur Negara tidak
mengizinkan badan diklat untuk melakukan pelatihan diluar bangunan yang dimiliki oleh negara. Dengan tujuan efisiensi anggaran negara.
Rata-rata durasi waktu pelatihan 3 bulan. Tahun 2015 nanti ada larangan dari Menteri Aparatur Negara pelatihan di hotel demi
efisiensi anggaran.
Demikian pernyataan yang disampaikan oleh Jahrudin selaku plt. Sekretaris BPAD Jakarta.
Tabel 1.3 Tabel Bentuk, arah dan Sasaran Pengembangan Tenaga
Perpustakaan di lingkungan Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta Tahun 2014
NO JENIS
PENGEMBANGAN SASARAN
PENGEMBANGAN JUMLAH
PESERTA PENYELENGGARA
1 Diklat
Seluruh Pegawai 20
Badan Diklat Provinsi
2 Pengembangan Wawasan
Seluruh Pegawai 20
BPAD Jakarta Sumber: BPAD Jakarta
46
2. Kendala dalam Kegiatan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Kendala yang dihadapi oleh badan ketika melakukan kegiatan pengembangan sumber daya manusia adalah oleh sebab keterbatasan
sumber daya manusia itu sendiri baca:kuantitas. Karena sedikit jumlah pegawainya, maka tertunda karena peserta mempertimbangkan
terlebih dahulu. Namun karena pihak instansi memiliki kewajiban yang dituangkan ke dalam surat tugas, maka mau tidak mau para
sumber daya manusia harus mengikuti prosedur yang ada. Dan hal tersebut demi kepentingan yang ingin dicapai secara seksama.
Pustakawan adalah seseorang yang memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan danatau pelatihan kepustakawanan serta
mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan pengelolaan
dan pelayanan
perpustakaan
41
. Bagi
instansi keuntungannya adalah memiliki sumber daya manusia yang bekerja
secara optimal sedangkan bagi mereka maka akan menambah kemampuan serta angka kredit guna meningkatkan golongan kerja
mereka. Hal tersebut berangkat dari pernyataan Jahruddin. Karena kita keterbatasan sdm, kemudian untuk mengikut diklat kurang
orangnya. Alhasil mereka tertunda untuk mengikuti diklat. Sedangkan dari pihak pegawainya, mereka banyak pertimbangan, namun setelah
diberikan surat tugas ya mereka mau.
41
Undang-undang Nomor 43 Tahun 2007 pasal 1 ayat 8
47
3. Hasil yang Dicapai Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta
Pasca Pengembangan Sumber Daya Manusia Non Sarjana Perpustakaan
Setelah kegiatan pengembangan terlaksana, maka ada hasil yang ingin dicapai. Instansi tentu memiliki ekspektasi yang ingin diraih setelah
melakukan kegiatan pengembangan bagi sumber daya manusianya. Hasil yang ingin dicapai adalah para sumber daya manusia dapat
bekerja sesuai dengan visi serta misi Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta yang berada dibawah naungan BPAD Jakarta. hal tersebut
diungkapkan oleh Siti Mutiah selaku Kepala Subbagian Kepegawaian. Yang ingin dicapai itu ya bekerja sesuai dengan visi, yaitu
memberikan layanan prima di bidang perpustakaan dan kearsipan. Setiap sumber daya manusia yang telah ikut serta dalam kegiatan
pengembangan diharapkan mampu melakukan spesialisasi mereka. Misalkan bidang pengolahan koleksi, pelayanan dan pelestarian.
Perpustakaan itu kan banyak bidang-bidangnya. Pembelian buku- bukunya dan pengolahannya. Itu tidak sembarangan, perlu dilatih
untuk melakukan itu. Seperti klasifikasi, ternyata itu memiliki ketentuannya.
Hal tersebut disampaikan oleh Jahruddin selaku Sekretaris BPAD
Jakarta.
D. Pembahasan
1. Konsep Kegiatan Pengembangan SDM
Penulis akan menjelaskan secara singkat hasil analisis dari penelitian bab 4. Sebagaimana pernyataan yang disampaikan informan,
bahwasanya BPAD Jakarta melaksanakan diklat serta kegiatan pengembangan wawasan guna mengembangkan sumber daya manusia
48
non sarjana perpustakaan Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta. Sesuai dengan kode etik pustakawan yang telah ditetapkan oleh IPI,
pustakawan harus mengembangkan kompetensinya setinggi mungkin. Berupaya mempertahankan keunggulan kompetensi setinggi mungkin
dan berkewajiban mengikuti perkembangan. Pustakawan adalah orang yang telah memiliki ilmu di bidang perpustakaan. Artinya, ia memiliki
kompetensi di bidang perpustakaan yang harus senantiasa ditingkatkan dan dikembangkan. Untuk meningkatkan dan mengembangkan ilmu
pengetahuan dan keahliannya, dapat dilakukan dengan cara selalu mengikuti perkembangan dunia kepustakawanan dan tidak berhenti
untuk menuntut ilmu, terutama bidang kepustakawanan
42
. Kewajiban ini dimaksudkan agar pustakawan dapat melaksanakan tugasnya
dengan sebaik-baiknya dan mengerti perkembangan serta kemajuan bidang profesinya sehingga dapat dikatakan bahwa pustakawan di
Indonesia ini selalu up to date, tidak ketinggalan perkembangan informasi dan pengetahuan yang memang senantiasa berkembang.
Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta melakukan sebuah pengembangan
SDM. Pelaksanaan
kegiatan pengembangan
dilaksanakan di beberapa tempat yaitu di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, ANRI, gedung-gedung milik swasta seperti hotel,
wisma, dan lain-lain berupa seminar dan diklat. Setelah mengikuti kegiatan pengembangan para pegawai lantas mendapatkan bukti
kesaksian berupa sertifikat serta angka kredit guna meningkatkan
42
Hermawan dan Zen, Zulfikar. Etika Kepustakawanan, h. 116
49
jabatan mereka. Kegiatan pengembangan tersebut diprakarsai oleh Badan Diklat tersebut. Kegiatan pengembangan tersebut bersifat
pendidikan non formal. Pendidikan non-formal dapat dilakukan dengan cara mengikuti nernagai kegiatan akademik misalnya:
pendidikan dan pelatihan diklat, penataran up grading, simposium, seminar, lokakarya, kursus, magang on the job training, studi
banding dan lain sebagainya yang tentunya bersifat pendidikan non- formal. Pendidikan non-formal merupakan salah satu jawaban bagi
peningkatan kualitas bagi pustakawan apabila pendidikan formal tidak memungkinkan dilakukan untuk kegiatan pembinaan pustakawan
43
. Kegiatan magang dalam dunia perpustakaan sangat dibutuhkan oleh
pustakawan
44
. Terlebih untuk peningkatan karir atau untuk melanjutkan ke pendidikan lanjutan. Manfaat lainnya yaitu mampu
memberikan pelayanan kepada pemustaka dalam hal pencarian informasi yang lebih baik. Ditambahkan pula, kegiatan magang terbagi
menjadi 2 tingkatan yaitu: tingkat menengah dan tingkat lanjutan. Tingkat menengah terdiri dari asisten informasi, asisten perpustakaan.
Sedangkan tingkat lanjutan terdiri dari asisten senior perpustakaan, koordinator layanan informasi, supervisor layanan perpustakaan.
2. Kendala yang Dihadapi
Kendala yang dihadapi pada saat melakukan kegiatan pengembangan ialah karena terbatasnya jumlah sumber daya manusia di Perpustakaan
43
Hermawan dan Zen. Etika Kepustakawanan, h. 158
44
Artikel Libraries, Archives, Records and Information Management Services. Diakses pada 10 Agustus 2014 dari http:www.apprenticeship.org.ukTypes-of-ApprenticeshipHealth-
Public-Services-and-CareLibraries-Records-and-IM-Services.aspx.
50
Umum Provinsi DKI Jakarta. Sehingga pihak Badan Diklat Provinsi menunda pelaksanaan pengembangan. Jika ditinjau dari sisi peserta,
kendala yang dihadapi ialah oleh sebab pelaksanaan berlangsung lama, sehingga pegawai mau tidak mau mengikuti kegiatan pengembangan,
terutama bagi mereka yang sudah berumah tangga.
Tabel 1.4 Tabel Faktor-faktor kendala dalam Kegiatan Pengembangan sumbersaya Manusia pada Perpustakaan Umum Provinsi
DKI Jakarta Tahun 2014
NO FAKTOR DAN
BENTUK KENDALA
PROGRAM MENGATASI
KENDALA TARGET
PENGEMBANGAN Internal
1. Personil Terbatas
Rekruitmen tenaga pustakawan
Belum, oleh karena penambahan pegawai
hanya bisa dilakukan melalui jalur CPNS
2. Pendidikan non
perpustakaan dan Kompetensi
rendah Diklat struktural
dan non struktural Diklat CPTA
Sudah, melalui kegiatan diklat
3. Etos kerja rendah Surat tugas
mengikuti diklat Agar pengembangan
tetap terlaksana
Eksternal
Rencana diklat Pustakawan
Diklat struktural Pengembangan
Pegawai Eselon III dan IV
Diklat Non strukturalCPTA
Pengembangan Calon Pustakawan
Waktu pelaksanaan Personil Terbatas
Rekruitmen tenaga pustakawan
Dukungan Anggaran APBD
Pengembagan terlaksana dengan
baik Sumber: BPAD Jakarta
51
Mengacu pada tabel diatas bahwa beberapa faktor serta kendala yang dihadapi adalah personil yang terbatas yang berakibat kepada
penundaan pelaksanaan pengembangan. Maka program yang seyogyanya dapat mengatasi masalah tersebut ialah dengan menambah
jumlah pegawai. Penambahan jumlah pegawai ini hanya dapat dilakukan melalui jalur CPNS. Dengan demikian, agar program tetap
dapat terlaksana ialah dengan mengeluarkan Surat Keputusan Pelaksanaan Pengembangan yang dikeluarkan oleh BPAD Jakarta
selaku Lembaga Induk Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta. 3.
Hasil yang Dicapai oleh Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta Hasil yang ingin diperoleh ialah sumber daya mlur anusia non sarjana
perpustakaan dapat bekerja dengan baik sesuai dengan visi serta misi Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta sesuai dengan bidang
mereka masing-masing. Dan tenaga kerja non sarjana perpustakaan tersebut dapat memiliki standar profesional seorang pustakawan.
Kompetensi profesional meliputi pengetahuan pustakawan di bidang sumber-sumber informasi, teknologi, manajemen dan penelitian serta
kemampuan dalam menggunakan pengetahuan tersebut untuk pelayanan
perpustakaan. Menambahkan
kemampuan dalam
manajemem informasi meliputi pencarian, penggunaan, pembuatan, pengorganisasian dan penyebaran informasi. Dalam hal teknologi
informasi kemampuan tersebut meliputi mengelola perangkat
52
teknologi informasi baik perangkat keras maupun lunak
45
, pemrograman, pembuatan dan penerbitan sumber informasi elektronik
serta desain dan manajemen database. Kemampuan manajemen meliputi kepemimpinan yang menonjol, pembuatan administrasi
perpustakaan, mampu dalam manajemen sumberdaya manusia, waktu dan perubahan, mampu membangun hubungan kerja yang baik secara
manajemen, mampu menganalisis kinerja pustakawan, mampu dalam merencanakan program yang sesuai serta implementasinya dan mampu
berkoordinasi dengan bagian lain yang terkait. Berdasarkan penelusuran data lapangan, penulis mengidentifikasi hasil
yang di capai perpustakaan umum Provinsi DKI Jakarta pasca pengembangan sumber daya manusia non sarjana perpustakaan, secara
ringkas dapat dilihat sebagaimana yang disajikan pada tabel berikut ini :
Tabel 1.5 Hasil yang Dicapai Pasca Pengembangan SDM
NO KOMPETENSI
PROFESIONAL PUSTAKWAN
TARGET PEMENUHAN
KOMPETENSI JUMLAH
PERSONIL
Teknologi perangkat lunak maupun keras
Belum maksimal, perlu ada
pengembangan lebih lanjut
2
Pemrograman Belum maksimal,
perlu ada pengembangan lebih
2
45
Wicaksono, Hendro. Kompetensi Perpustakaan dan Pustakawan dalam Implementasi Teknologi Informasi di Perpustakaan. Artikel diakses pada 7 Agustus dari
www.pnri.go.idMajalahOnline
53
lanjut Pembuatan dan
penerbitan sumber informasi elektronik
Belum maksimal, perlu ada
pengembangan lebih lanjut
2
Desain dan manajemen data base
Belum maksimal, perlu ada
pengembangan lebih lanjut
2
Pengembangan Koleksi Sudah baik
2 Pelestarian Bahan
Pustaka Sudah baik
3 Sumber: Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta
Mengacu pada tabel diatas, pada bidang pengembangan koleksi dan pelestarian bahan pustaka sudah berjalan dengan baik. Indikator hal
tersebut ialah pegawai non sarjana perpustakaan pada bidang tersebut telah melakukan pekerjaannya sesuai dengan sop yang ada. Sedangkan
khususnya pada bidang ATI, pegawai pada bidang ini perlu dikembangkan lagi karena belum maksimal dalam pengelolaan database,
sumber informasi elektronik dan berbagai hal yang berkenaan dengan penggunaan perangkat lunak dan keras. Apabila hasil yang diinginkan
telah dicapai, pada saat melakukan troubleshooting tidak memerlukan pihak ketiga manakala sistem sedang mengalami kerusakan ataupun
gangguan lainnya. Sedangkan kompetensi individu meliputi komitmen dalam memberikan
pelayanan yang terbaik, terampil dalam berkomunikasi, berpandangan luas dan memiliki sifat positif terhadap perkembangan, bekerja dalam tim
dan menciptakan suasana kerja yang sehat serta mampu mencari mitra kerja, memiliki sifat kepemimpinan dan dapat memecahkan masalah pada
54
suatu hal yang kritis. Menurut Sheila Slauter dan Lary L. Laslie kemampuan di atas disebut dengan sikap entrepreneur.
Seorang pustakawan hendaknya memiliki keahlian dalam melobi, koordinasi dan komunikasi khususnya komunikasi dalam bahasa asing
serta kemampuan dalam menggunakan teknologi informasi
46
. Selain kompetensi pustakawan di atas, kompetensi pustakawan
hendaknya memiliki kompetensi sosial-budaya. Kemampuan ini adalah sebuah perilaku, sikap, dan kebijakan yang memungkinkan seseorang
atau kelompok untuk bekerja secara efektif dalam situasi lintas budaya, proses dimana individu merespon dengan hormat dan efektif kepada
orang-orang dari semua budaya, bahasa, kelas, ras, latar belakang etnis, agama, dan faktor keberagaman lainnya dengan cara yang mengakui,
menegaskan, dan menghargai nilai individu, keluarga, dan masyarakat, dan melindungi serta menjaga martabat masing-masing
47
. Dari berbagai kompetensi mengenai pustakawan di atas dapat dikatakan
secara singkat bahwa sebuah kompetensi pustakawan merupakan suatu acuan dalam kegiatan manajerial maupun teknis yang hendaknya dimiliki
oleh seorang pustakawan sesuai dengan tingkat atau jabatannya. Kompetensi tersebut tidak hanya dari sudut pandang kegiatan seorang
pustakawan tetapi dari sudut pandang sebagai seorang profesional dan individu pustakawan. Standar kompetensi puntakawan pun hendaknya
disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
46
Rumani, Sri. Kompetensi Pustakawan dan Teknologi Informasiuntuk Meningkatkan Kualitas Pelayanan di Perpustakaan Nasional.
47
National Association of Social Workers dalam artikel Diversity Standards: Cultural Competency for Academic Libraries. Artikel diakses pada 10 Agustus 2014 dari
http:ala.orgacrlstandardsdiversity
55
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Konsep pengembangan sumber daya manusia non sarjana
perpustakaan adalah melalui kegiatan pengembangan wawasan berupa diklat yang pelaksanaannya adalah dengan mengundang
narasumber yang kompeten dalam bidang perpustakaan. 2.
Kendala yang dihadapi pada saat melakukan pengembangan sumber daya manusia adalah pelaksanaan sering ditunda dari
jadwal yang telah direncanakan oleh sebab sumber daya manusianya terbatas.
3. Hasil yang ingin dicapai dari pengembangan ini adalah demi
menghasilkan sumber daya manusia yang dapat menjalankan pekerjaannya sesuai dengan visi serta misi instansi.
B. Saran
1. Hendaknya jadwal tersebut dilaksanakan sesuai dengan waktunya
agar program pengembangan dapat berjalan dengan baik. Karena apabila sering tertunda, maka rencana kegiatan lain akan
terhambat pula karenanya. 2.
Sumber daya manusia yang sangat terbatas perlu ditambah lagi agar pelaksanaan diklat tidak terhambat karenanya. Dan tentunya
penambahan tersebut disesuaikan dengan kompetensi yang diperlukan.