Presipitasi Partikel dengan Partisi Pelarut

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 1990a, 1990b; Jaraswekin et al., 2007 dalam Muhaimin, 2013. Efektivitas metode penguapan pelarut untuk memproduksi mikrosfer tergantung pada keberhasilan penjerapan zat aktif dalam mikropartikel. Proses ini paling berhasil pada obat yang tidak larut atau sulit larut dalam medium cairan yang mengandung fase kontinyu Bodmeier and McGinity, 1987 dalam Muhaimin, 2013. Berbagai tipe obat dengan sifat fisika dan kimia yang berbeda dapat diformulasi menggunakan sistem polimer, termasuk obat antikanker Abraham et al., 2010; Boisdron-Celle et al., 1995; Verrijk et al., 1992 dalam Muhaimin, 2013, zat narkotik Mason et al., 1976, anastesi lokal Lalla and Sapna, 1993 dalam Muhaimin, 2013, steroid Cowsar et al., 1985; Giunchedi et al., 1995 dalam Muhaimin, 2013, zat pengontrol fertilitas Beck et al., 1λ81; O’Hern et al., 1993 dalam Muhaimin, 2013. Terdapat perbedaan metode dalam membuat mikropartikel menggunakan metode penguapan pelarut. Peningkatan efisiensi enkapsulasi obat bergantung pada hidrofilisitas dan hidrofobisitas obat Muhaimin, 2013.

2.2.5.1. Proses Emulsi Tunggal

Menurut Muhaimim 2013, proses ini melibatkan emulsifikasi minyak dalam air minyakair. Sistem emulsi minyakair terdiri dari fase organik yang mengandung pelarut mudah menguap dengan polimer terlarut dan obat yang telah terenkapsulasi, kemudian diemulsifikasi dalam fase cairan yang mengandung larutan surfaktan. Untuk obat yang tidak larut atau sulit larut dalam air, sering digunakan metode minyak dalam air. Metode ini adalah metode paling sederhana daripada metode lain. Metode ini terdiri dari 4 tahapan utama, yaitu: a. Disolusi obat hidrofobik dalam pelarut organik yang mengandung polimer b. Emulsifikasi fase organik, yang disebut fase dispersi, dalam fase encer yang disebut fase kontinyu c. Ekstraksi pelarut dari fase dispersi menggunakan fase kontinyu, diiringi penguapan pelarut, proses perubahan droplet dari fase dispersi menjadi partikel padat d. Proses recovery perolehan kembali dan pengerinagn mikrosfer untuk menghilangkan residu pelarut. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Gambar 2.2. Skema Empat Prinsip Proses Dalam Pembuatan Mikrosfer Menggunakan Penguapan Pelarut MinyakAir sumber : Muhamin, 2013 Sebagian besar sistem emulsi minyak dalam air digunakan untuk pembuatan mikropartikel yang mengandung fase organik yang terdiri dari pelarut mudah menguap dengan polimer terlarut dan obat yang terenkapsulasi kemudian diemulsifikasi dalam fase encer yang mengandung surfaktan terlarut gambar 2.3. Surfaktan dimasukan pada fase kontinyu untuk mencegah koalesen droplet organik ketika terbentuk droplet Muhamimin, 2013. Gambar 2.3. Enkapsulasi Menggunakan Teknik Emulsi Minyak Dalam Air sumber : Birnbaum and Peppas, 2004 Larutan polimer-pelarut-obat diemulsifikasi dengan kecepatan dan suhu tertentu untuk menghasilkan emulsi minyakair. Emulsi ini terbentuk dengan menggunakan baling-baling atau bar magnetic untuk mencampur fase organik dan fase kontinyu. Seperti yang terlihat pada gambar 3, surfaktan digunakan untuk menstabilkan pembentukan droplet fase dispersi selama proses emulsifikasi dan