UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Formulasi Mikropartikel
Pada penelitian ini diformulasikan mikropartikel diltiazem HCl menggunakan metode penguapan pelarut. Tipe emulsi yang digunakan pada
penelitian ini adalah tipe emulsi tunggal minyak dalam air dimana fase minyak disini adalah larutan diklorometan.
Pada metode ini, emulsi droplet yang mengandung diltiazem hidroklorida berubah menjadi bentuk padat disebabkan sifat hidrofobisitas etil selulosa dan
penguapan diklorometan ketika dilakukan pengadukan Giri, Tapan Kumar et al, 2012. Lambatnya kecepatan pengerasan droplet dapat menyebabkan obat
berdifusi keluar dari droplet sehingga mengakibatkan kecilnya efisiensi penjerapan Jeyanthi, et al., 1997; Maa and Hsu, 1997; Mehta et al., 1994,
1996; Sansdrap and Moes, 1993 dikutip dalam Muhaimin. 2013 . Proses pengerasan droplet juga dipengaruhi oleh ukuran mikropartikel. Semakin besar
ukuran mikropartikel maka waktu yang dibutuhkan untuk mengeraskan droplet lebih lama. Oleh karena itu diperlukan waktu yang tepat dalam mengeraskan
droplet agar efisiensi penjerapan mikropartikel tidak rendah. Mikropartikel yang terbentuk menggunakan metode ini memiliki berupa serbuk putih dan memiliki
bentuk asimetris.
4.2. Perolehan Kembali
Hasil perolehan kembali F1 dan F2 berturut-turut adalah 77,81 dan 57,51. Persentase hasil F1 lebih besar dari F2. Hasil perolehan kembali
mikropartikel pada kedua formula tersebut berbeda. Pada penelitian Pandav, S., Lokhande, A., Naik, J. 2013, didapatkan hasil bahwa pada dua formula dengan
variasi pada konsentrasi surfaktan, mikropartikel yang mengandung konsentrasi surfaktan lebih tinggi memiliki nilai perolehan kembali yang lebih kecil.
Pada proses pembuatan mikropartikel dengan konsentrasi surfaktan lebih besar memiliki nilai perolehan kembali yang lebih kecil karena saat proses
homogenisasi terjadi peningkatan jumlah partikel yang menempel pada dinding
36