Formulasi Mikropartikel Perolehan Kembali

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tabel 4.4. Distribusi Ukuran Mikropartikel F2 Rentang Ukuran µm Diameter Rata- Rata µm Jumlah Mikropartikel buah Jumlah Partikel Volume Mikropartikel µm 3 Volume Mikropartikel 1 1 12 3,2 6,28 0,00 1-5 3 299 79,5 4224,87 0,25 6-10 8 29 7,7 7770,45 0,46 11-15 13 6 1,6 6898,58 0,41 16-20 18 7 1,9 21364,56 1,28 21-25 23 5 1,3 31836,98 1,90 26-30 28 0,00 0,00 31-35 33 1 00,3 18807,03 1,12 36-40 38 1 00,3 28716,35 1,72 41-45 43 2 00,5 83217,33 4,97 46-50 48 1 00,3 57876,48 3,46 51-55 53 1 00,3 77912,30 4,66 56-60 58 2 00,5 204217,23 12,20 60 60 10 2,7 1130400,00 67,56 Gambar 4.2 .Diagram Distribusi Frekuensi Mikropartikel F2 Persen volume menunjukan efisiensi metode untuk menghasilkan mikropartikel dengan ukuran sesuai target yang ingin dicapai. Persen volume mikropartikel dengan ukuran 1-10 µm pada F1 dan F2 berturut-turut adalah 0,14 dan 0,71. Hal ini menunjukan bahwa nilai persen volume untuk ukuran mikropartikel dengan ukuran 1-10 µm cukup kecil, dengan kata lain bahan baku UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang digunakan dalam pembuatan mikropartikel menggunakan metode ini lebih banyak menghasilkan mikropartikel dengan ukuran lebih dari 10 µm.

4.4. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum dan Kurva Kalibrasi

Panjang gelombang diltiazem hidroklorida diukur menggunakan spektrofotometer UV Vis. Panjang gelombang yang didapatkan adalah 236,4 nm. Standar panjang gelombang maksimum diltiazem hidroklorida adalah 240 nm British Pharmacopoiea, 2009 Gambar 4.3. Kurva Kalibrasi Diltiazem Hidroklorida dalam Dapar Fosfat pH 7,4

4.5. Kadar Obat dan Efisiensi Penjerapan

Evaluasi kadar obat dan efisiensi penjerapan dilakukan untuk mengamati efisiensi metode dalam enkapsulasi zat aktif. Efisiensi penjerapan menunjukan efisiensi metode dalam mengenkapsulasi zat aktif sedangkan kadar obat menunjukan jumlah kadar obat yang terkandung dalam mikropartikel yang terbentuk. Kadar obat pada F1 dan F2 berturut-turut adalah 3,51±0,02 dan 3,91±0,01 . Nilai kadar pada kedua formula ini mirip akan tetapi kadar obat pada F2 lebih besar dari F1. Pada proses pembentukan mikropartikel, mikropartikel dengan ukuran lebih besar F1 memerlukan waktu pengerasan lebih lama sehingga obat akan cenderung berdifusi menuju fase kontinyu dan menyebabkan penurunan nilai kadar obat Chella, N., K,K Yada., R, Vempati., 2010.