Semprot Kering Spray Drying

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Gambar 2.2. Skema Empat Prinsip Proses Dalam Pembuatan Mikrosfer Menggunakan Penguapan Pelarut MinyakAir sumber : Muhamin, 2013 Sebagian besar sistem emulsi minyak dalam air digunakan untuk pembuatan mikropartikel yang mengandung fase organik yang terdiri dari pelarut mudah menguap dengan polimer terlarut dan obat yang terenkapsulasi kemudian diemulsifikasi dalam fase encer yang mengandung surfaktan terlarut gambar 2.3. Surfaktan dimasukan pada fase kontinyu untuk mencegah koalesen droplet organik ketika terbentuk droplet Muhamimin, 2013. Gambar 2.3. Enkapsulasi Menggunakan Teknik Emulsi Minyak Dalam Air sumber : Birnbaum and Peppas, 2004 Larutan polimer-pelarut-obat diemulsifikasi dengan kecepatan dan suhu tertentu untuk menghasilkan emulsi minyakair. Emulsi ini terbentuk dengan menggunakan baling-baling atau bar magnetic untuk mencampur fase organik dan fase kontinyu. Seperti yang terlihat pada gambar 3, surfaktan digunakan untuk menstabilkan pembentukan droplet fase dispersi selama proses emulsifikasi dan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mencegah terjadinya koalesen. Surfaktan besifat ampifatik di alam dan akan mengelilingi permukaan droplet untuk menstabilkan pembentukan droplet melalui pengurangan energi bebas pada interfase diantara dua fase. Surfaktan juga menyebabkan resistensi untuk terjadinya koalesen dan flokulasi mikrosfer. PVA adalah salah satu surfaktan yang banyak digunakan untuk memproduksi mikropartikel polimer biodegradabel dan non biodegradabel. Ketika emulsi terbentuk, kemudian dilakukan penghilangan pelarut melalui penguapan dan ekstraksi untuk memadatkan droplet polimer. Pada proses penghilangan pelarut melalui penguapan, emulsi dijaga pada tekanan rendah atau tekanan asmosfer dan kecepatan pengadukan dikurangi sehingga pelarut volatil dapat menguap Muhaimin, 2013. Pelarut organik larut dari droplet menuju fase kontinyu eksternal sebelum menguap pada interfase air-udara. Pada proses ekstraksi, emulsi berpindah menuju air dalam jumlah besar atau medium lain, dimana pelarut dapat dikeluarkan dari droplet minyak. Kecepatan penghilangan pelarut melalui ekstraksi tergantung pada suhu medium, rasio volume emulsi dengan medium dan sifat kelarutan polimer, pelarut, dan medium dispersi. Hasil ekstraksi yang tinggi akan menyebabkan pembentukan partikel dengan porositas yang tinggi sehingga dapat menimbulkan profil pelepasan obat yang tidak dikehendaki Arshady, 1991; Jeyanthi, 1996 dalam Muhaimin, 2013. Metode penghilangan pelarut melalui ekstraksi lebih cepat terjadi umumnya kurang dari 30 menit daripada proses penguapan dan hasil mikrosfer yang terbentuk dengan metode ekstraksi sering lebih berpori daripada menggunakan metode penguapan pelarut. Salah satu kekurangan proses emulsi minyakair adalah efisiensi enkapsulasi yang rendah pada obat dengan kelarutan sedang dalam air. Obat berdifusi atau memisah dari fase terdispersi minyak menuju fase kontinyu dan fragmen mikrokristalin obat hidrofilik terdeposit pada permukaan mikrosfer Cavalier et al., 1986 Muhaimin, 2013 serta terdispersi dalam matriks polimer. Hal ini menyebakan rendahnya penjerapan obat hidrofilik dan pelepasan awal obat yang cepat efek ledakanburst effect Jalil and Nixon, 1990b; Jones et al., 1995 Muhaimin, 2013. Proses emulsifikasi minyakair banyak digunakan untuk enkapsulasi obat larut lemak. Untuk meningkatkan efisiensi enkapsulasi obat larut air, digunakan metode emulsi