Bahan UTS MAZMUR.doc

(1)

TERJADINYA KITAB MAZMUR

1.

P E N G A N TA R

Dalam beberapa dasawarsa terakhir ini studi tentang susunan dan terjadinya kitab Mazmur serta apa

teologinya banyak dilakukan serta membawa kemajuan yang cukup berarti dalam pemahatnan kita

tentang kitab ini. Persoalannya ialah apakah kitab Mazmur memiliki suatu kesatuan dan kesatuan yang

bagaimana? Bagaimana

susunannya?

Bagaimana kiranya proses terjadinya dan apa

tujuan

pembukuannya? Siapa penulisnya dan

bagi siapa

ditulis? Itulah sejumlah pertanyaan besar dan

menyeluruh yang perlu dilakukan terhadap kitab ini agar kita dapat memahaminya dengan lebih baik.

Pertanyaan-pertanyaan tersebut sama sekali tidak mudah dijawab.Dari sebab itu, untuk memudahkan

pemahamannya, maka langsung di sini kami berikan jawabannya secara singkat. Kitab Mazmur a)

sebenarnya merupakan kitab yang terdiri atas kumpulankumpulan mazmur b) yang dikumpulkan secara

bertahap dalam kurun waktu beberapa abad c) oleh sekelompok penyair dan akhirnya diterbitkan

oleh kaum bijak d) dengan tujuan untuk digunakan dalam ibadat dan untuk menjadi bahan renungan.

Penjelasannya adalah sebagai berikut.

2.

S U AT U K U M P U L A N YA N G TERDIRI ATA S

5 JILID

Redaktor membagi Kitab Mazmur atas 5 jilid (=buku) dan masing-masing jilid ditutup atau

berakhir dengan suatu doksologi yang cukup mirip satu sama lain. Kami berikan hal itu dalam suatu

bagan:

Jilid L Mzm 1- Jilid 11: Mzm 42- Jilid IIL Mzm Jilid IV: Mzm Jilid V: Mzm

41 (=41 mazmur) 72 (=31 mazmur) 73-89(=17 90-106 (=17 107-150 (=44

r mazmur) mazmur) mazmur)

41:14, Terpujilah 72:18-19, 89:53, Terpujilah 106:48, (145:21 ,, dan

TUHAN, Allah Terpujilah TUHAN Terpujilah biarlah segala

Israel TUHAN, Allah TUHAN, Allah makhluk memuji

Israel yang Israel nama-Nya yang

melakukan kudus)

perbuatan ajaib seorang diri! Dan terpujilah kiranya nama-Nya yang mulia

dari selama- selanra-lamanya :rntuk selanra- dari selama- (untuk selamalamanya sampai dan kiranya lamanya lamanya sampai lamanya dan selama-lamanya kemuliaan-Nya selanra-laman,}xr

seterusnya) memenuhi seluruh bumi.

Amin, ya anrin. Amin, ya anrin. Anrin, ya anrin. dan biarlah Tidak ada

seluruh umat

mengatakan, __

' Jilid I dan V merupakan jilid-jilid yang paling tebal.


(2)

"Arnin!" I

Haleluya!

Dapat dilihat dari bagan ini bahwa tidak ada doksologi yang persis sama, sedang jilid V tidak

memiliki doksologi seperti keempat jilid yang lain.

Unsur yang paling mendasar dari doksologi itu ialah seruan "Terpujilah TUHAN!" dan

jawaban "Amin". Menurut Mzm 106:48 jawaban ini harus diberikan oleh seluruh jemaat. Jadi

doksologi itu sendiri tidak diucapkan oleh jemaat.Merek&

hanya mengukuhkan pujian itu

dengan jawaban Amin. Pada Mzm 72 seruan "terpujilah" bahkan digunakan dua kali.

Seruan "terpujilah TUHAN/Tuhan/Allah" termasuk suatu seruan ibadat dan dijumpai khususnya dalam

kitab Mazmur( 28:6; 31:22; 66:20; 68:20,36; 119:12; 124:6; 135:21; 144:1; bdk 18:41).

Kadang-kadang disisipkan "Engkau" menjadi "terpujilah Engkau, ya TUHAN (119:12; 1 Taw 29:10).Nama

ilahi bisa pula digantikan dengan "gunung batuku" (2 Sam 22:47) atau "nama-Nya yang mulia"

(72:19). Menarik bahwa pada Mzm 66, 68 dan 135 doksologi ini dijumpai sebagai penutup

masing-mas

•i

ng mazmur.

Doksologi yang paling panjang ialah yang terdapat pada penutup jilid 11. Lalu mengapa jilid V tidak

memiliki doksologi yang serupa? Mungkin karena Mzm 146-150 sudah merupakan suatu doksologi

tersendiri dan dapat dilihat sebagai suatu doksologi akbar untuk jilid V ini dan untuk seluruh kitab

Mazmur. Kelima mazmur ini semuanya berbentuk madah atau nyanyian pujian kepada Tuhan. Di

samping itu seruan haleluya (=pujilah TUHAN, hai kamu sekalian) dijumpai pada mazmur-mazmur ini

sampai 10 kali dan seruan ini mencapai. puncaknya pada Mzm 150. Seluruh mazmur ini berbentuk

undangan untuk memuji Tuhan dan undangan itu diserukan sampai 10 kali pula. Seluruh alam semesta

harus memperdengarkan suatu simfoni pujian kepada Tuhan.

Lalu mengapa kitab Mazmur dibagi dalam lima jilid? Apakah setiap jilid mempunyai kesatuannya

sendiri-sendiri yang membedakannya dari jilid yang lain? Rupanya tidak ada alasan intern dari

pembagian ini. Pembagian ini rupanya mau mencontoh pembagian kitab Taurat. Sebagaimana Taurat

terdiri atas lima jilid, demikian pula kitab nyanyian pujian kepada Tuhan hendaknya terdiri atas lima

jilid pula. Kemiripan ini memberi kewibawaan kepadanya.

Doksologi pada akhir setiap jilid mungkin mengisyaratkan bahwa kitab Mazmur itu dibukukan

dalam bentuknya yang sekarang ini untuk digunakan dalam ibadat.

3. KITAB KUMPULAN-KUMPULAN MAZMUR

Dari mana diketahui adanya kumpulan-kumpulan mazmur dalam kitab Mazmur? Pertama, dari adanya

pengelompokan mazmur-mazmur yang sejudul seperti "mazmur Daud" dalam Mzm 3-41 dan 51-72.

Bukti yang paling jelas bahwa mazmur-mazmur Daud ini adalah suatu kumpulan ialah dari kata-kata

yang terdapat pada penutup Mzm 72:20: "Sekianlah doa-doa Daud bin Ls

•a

i " .

Kata-kata ini jelas

tidak dimaksudkan untuk menutup Mzm 72 karena mazmur ini berjudul "dari Salomo". Kata-kata ini

mesti menunjuk pada suatu kumpulan mazmur dan kumpulan itu ialah Mzm 51-70(71)

3

. Mzm 72

dengan demikian termasuk "kumpulan mazmur Daud".


(3)

Kedua,

dari adanya mazmur-mazmur yang sama dalarn kumpulan yang berbeda (mis Mzm 14=53).

Ketiga,

dari adanya pengelompokan mazmur-mazmur yang sama temanya seperti Mzm 93,95-99

yang disebut "madah TUHAN Raja" atau sama penggunaannya seperti Mzm 120-134 yang disebut

mazmur-mazmur ziarah.

Keempat,

dari adanya pengelompokan mazmur-mazmur yang menggunakan nama Yahweh atau

Elohim pada salah satu bagian. Pembagiannya dapat diperlihatkan dalam bagan berikut ini

4

:

Yahweh=TUHAN Elohim=Allah

Mzm 1-41 278x 15x

Mzm 42-83 44x 210x

Mzm 84-89 31 x 7x

Mzm 90-150_____________________339x_____________________________6x_____________________________ 4 . BAGAIMANA KIRANYA PROSES TERJADINYA KITAB MAZMUR?

Kitab Mazmur terjadi secara bertahap dalam kurun waktu beberapa abad. Bagaimana persis terjadinya

tidak dapat lagi diketahui dengan pasti.

s

Akan tetapi, dari sejumlah tanda seperti

adanya atau tidak

adanya judul mazmur, tempat jenis jenis mazmur tertentu dalam keseluruhan buku dan

perbandingan antara satu kelompok mazmur dengan kelompok yang lain

dapat diberikan gambaran

tentang proses terjadinya Mazmur itu sebagai berikut:

Yang paling pertama dikumpulkan mungkin adalah "kumpulan mazmur-mazmur Daud I" (Mzm

3-41)

6

dan "kumpulan mazmur-mazmur Daud II" (Mzm 51-72) masing-masing dengan

doksologinya sendiri-sendiri. Jadi doksologi yang terdapat pada kedua kumpulan ini aslinya

bukanlah doksologi jilid, lnelainkan doksologi dari kumpulan mazmur yang bersangkutan (Mzm

3-41, 51-72). Hal ini dapat dibuktikan dari rumusan "sekianlah doa-doa Daud bin Isai"(72:20) setelah

doksologi. Rumusan ini rupanya

baru ditambahkan

ketika kumpulan-kumpulan mazmur Asaf (Mzm

73-83) dan bani Korah (Mzm 42-49 dan 84-88) disatukan dengan kumpulan mazmur-mazmur Daud.

7

Rumusan ini i6dipakai untuk menandakan di mana kumpulan mazmur-mazmur Daud 11 berakhir dan

sekaligus mengisyaratkan bahwa ada kumpulan baru sesudalulya (bdk Ayb 31:40, "sekianlah

kata-kata Ayub"). Akan tetapi, patut dicatat bahwa doksologi yang terdapat pada 72:18-19 aslinya bisa

merupakan doksologi mazmur yang bersangkutan dan bukan doksologi kumpulan mazinur-mazmur

Daud II

8

.

Pengumpulannya mungkin dilakukan sudah dalam

periode kerajaan

dan

dikerjakan secara terpisah

oleh dua kelompok yang berbeda Hal ini dapat dibuktikan dari adanya mazmur yang sama dalam

kedua kumpulan yang berbeda ini (Mzm 14=53 dan Mzm

° Bdk David C.Mitchell, "' God will Redeem My Soul from Sheol': The Psalms of the Sons of Korah," .7SOT

30:3(2006),(365-384) 367 catatan kaki 4.

S Studi tentang proses terjadinya, susunan dan tujuan kitab Mazmur mendapat perhatian cukup besar akhirakhir ini, bdk a.l.

Ulrich Berges, "Die Knechte in Psalter. Ein Beitrag zur Kompositionsgeschichte." Bib 81:2 (2000), 153-178, yang menunjuk pula kepustakaan tentang tema ini.

6 Di tengah kumpulan mazmur-mazmur Daud I terdapat satu mazmur yang tidak berjudul yakni Mzm 33. 7 Bdk Christoph

Levin, "Die Entstehung der Biichereinteilung des Psalters," VT 54 (2004),(83-90)83-85. 8 Tentang pro-kontranya, bdk


(4)

70=40:14-18). Bagaimana persis terjadinya kumpulan ini masing-masing sulit disimpulkan dari teks.

Bagaimanapun juga dalam periode kerajaan ini kumpulan mazmur-mazmur Daud 11 ditutup dengan doa

bagi raja (Mzm 72). Judul judul mazmur yang dihubungkan dengan hidup Daud praktis seluruhnya

terdapat dalam kedua kumpulan mazmur Daud ini atau empat dalam kumpulan

mazmur-mazmur Daud I ( M z m 3,7,18,34) dan tujuh dalam kumpulan mazmur-mazmur-mazmur-mazmur Daud 11

(51,52,54,56,59,60,63).

Pada kedua kumpulan mazmur Daud ini kemudian ditambahkan "kumpulan mazmur-mazmur Asaf'

(Mzm 50,

9

73-83) dan dua "kumpulan mazmur-mazmur bani Korah" (Mzm 42-49 dan Mzm

84-85,87-88). Kumpulan-kumpulan ini masing-masing tidak mempunyai doksologi. Bagaimana

terjadinya kumpulan-kumpulan ini juga sulit ditelusuri karena perbedaan latar belakang dari

mazmur-mazmur yang terdapat di dalamnya. Memang,Asa f dan bani Korah termasuk di antara

orang-orang yangAi

Wa

1

'

Daud meniadi Denvanvi di rumah Tuhan (1 Taw 6:16-28/31-43; bdk pula

2 Taw 29:30; Neh 12:46 )

10,

tetapi Mzm 74 dan 79 yang termasuk kumpulan Asaf jelas berasal dari

periode pembuangan. Kumpulan-kumpulan ini meskipun kecil kiranya tidak sekali jadi. Menarik

bahwa di tengah kumpulan mazmur-mazmur bani Korah yang kedua diselipkan "doa Daud" (Mzm 86).

Ketika ketiga jilid pertama diterbitkan

di

zaman pembuangan, seluruh kumpulan ini diberi

bingkai rajawi yakni Mzm 2 dan 89, yang satu berbicara tentang pelantikan raja (Mzm 2), sedang

yang lain menangisi penolakannya oleh Tuhan (Mzm 89). Dengan pembingkaian ini

mazmur-mazmur yang terdapat dalam ketiga jilid pertama atau kumpulan-kumpulan ini diberi tafsiran rajawi.

Para penerbit percaya akan janji Tuhan kepada Daud dan berharap agar kerajaannya dipulihkan."

Mereka memiliki pengaharapan mesianis. Ketika diterbitkan, ketiga jilid ini ditutup dengan

doksologi. Doksologi pada Mzm 89:53 jelas merupakan suatu tambahan dan tidak termasuk bagian

dari mazmur itu sendiri'

2.

Pada kumpulan rajawi ini kemudian ditambahkan kumpulan-kumpulan berikut ini yakni

"mazmur-mazmur Tuhan Raja" (Mzm 93-99), ""mazmur-mazmur-"mazmur-mazmur Daud III "(Mzm 101-103

)13

dan

"mazmur-mazmur haleluya" (Mzm 104-106

14

). Kapan, bagaimana dan berapa lama terjadinya proses

penambahan ini tidak dapat ditelusuri lagi, tetapi kiranya terjadi sesudah pembuangan (bdk Mzm

106:47 yang berisi doa supaya Israel yang

tercerai berai di antara bangsa-bangsa dikumpulkan

kembali).'

s

9 Mengapa Mzm 50 ini terpisah dari kumpulannya sulit dijelaskan.

lo Baiklah diperhatikan bahwa kitab Tawarikh ditulis dalam periode sesudah pembuangan sekitar abad ke-4 SM. Ibadat yang dirayakan pada zamannya praktis dikembalikan seluruhnya pada usaha Daud.

11 Bdk Gerald H.Wilson, "The Use of Royal Psalms at the `Seams' of the Hebrew Psalter,"

JSOT

35(1986),85-94. Pengarang termasuk salah satu pakar terkemuka dalam studi tentang terjadinya kitab Mazmur.

'Z Pendapat ini ditentang oleh G.Barbiero, "Alcune osservazioni sulla conclusione del Salmo 89(vv 47

53),"Bib

88(2007),536-546, yang berpendapat bahwa tanpa ayat-ayat penutup ini pengertian mazmur itu kehilangan beberapa unsur mendasar.

13 Kumpulan ini dapat disebut kumpulan mini karena terdiri hanya atas tiga mazmur 'a Termasuk kumpulan mini pula.

15 Pendapat lain mengatakan bahwa jilid N(Mzm 90-106) terjadi menjelang akhir zaman pembuangan. Permohonan yang terdapat pada 90:13-17 berhubungan dengan yang terdapat pada 106:47 (bdk Ulrich Berges,

artcit.,

158-159, 164-170).


(5)

Lalu bagaimana dengan doksologi yang terdapat pada Mzm 106:48? Apakah ditambahkan

setelah kitab Mazmur dibagi dalam lima jilid ataukah termasuk asli dari mazmur yang bersangkutan?

Para penafsir berbeda pendapat tentang soal ini.

16

Kami cenderung melihatnya sebagai asli mazmur

ini karena fungsi mazmur ini sebagai penutup jilid ke-4 tidak mempunyai keterangan. Ketika para

redaktor mau membagi kitab Mazmur dalam lima jilid, mereka menemukan doksologi ini dan

menjadikannya doksologi jilid pula. Doksologi ini memiliki ciri yang khas yakni

mengundang

umat agar mengamini pujian itu dengan menjawab "Amin". Bahasa yang digunakan mungkin

merupakan suatu ruinusan karena mirip dengan yang terdapat dalam Ul 27:16-26.

Proses terakhir dari terjadinya kitab Mazsnur ialah penambahan kumpulan mazmurmazmur

"haleluya" (Mzm 111-118 yan~ disebut pula Halel Mesir atau Halel Paskah), mazmur-mazmur

ziarah (Mzm 120-134)

7 ,

kumpulan mazmur-mazmur Daud IV dan V (Mzm 108-110 dan 138-145)

18

dan mazmur-mazmur haleluya (Mzm 146-150). Bagaimana dan berapa lama proses penambahan ini

terjadi tidak dapat ditelusuri lagi, tetapi rupanya dilakukan dalam periode sesudah pembuangan. Pada

suatu waktu di zaman sesudah pembuangan kitab Mazmur itu pernah ditutup dengan Mzm 119. Mazmur

yang panjang ini berada

di

luar kumpulan-kumpulan itu dan kebetulan temanya sama dengan Mzm 1

yakni tentang taurat Tuhan. Kedua mazmur yang tidak berjudul ini membingkai seluruh terbitan ini dan

sekaligus memberi

SEMANGAT KEBIJAKSANAAN

kepadanya. Mazmur-mazrnur ini mau dipakai oleh

guru-guru kebijaksanaan sebagai bahan renungan dan pemhinaan untuk menjadi orang b yak.

19

Dengan penambahan mazmur-mazmur haleluya (Mzm 111-118, 135-136 dan khususnya Mzm

146-150) kitab Mazmur dijadikan kitab puji-pujian, tetapi unsur kebijaksanaannya tidak ditinggalkan karena

Mzm 1 tetap dipertahankan sebagai pembukanya.

Kitab Mazmur itu terjadi secara bertahap dan dalam kurun waktu beberapa abad. Lalu siapa yang

melakukan pengumpulan mazmur-mazmur itu? Tidak hanya oleh satu kelompok! Ada dugaan bahwa

kelompok pertama yang mengerjakan pengumpulan itu ialah para imam dan penyanyi bait suci.

Alasannya ialah karena banyak mazmur berlatar belakang ibadat. Akan tetapi, mereka bukan satu-satunya

keloinpok yang mengerjakan kitab mazmur. Kaum byak Israel pun ikut memberikan sumbangannya.

Apakah mereka juga menjadi redaktor final masih menjadi pertanyaan.

5 . SUSUNAN KITAB MAZMUR

Apakah kitab Mazmur mempunyai susunan yang `teratur' dan apakah ada teologi di balik susunan ini?

Ada susunan yang 'teratur' dan secara garis besar kitab Mazmur tersusun sebagai berikut:

16 Bdk Christoph Levin, artcit., 86-89.

1 7 Ada yang menafsirkan mazmur-mazmur ziarah ini sebagai mazmur kepulangan dari pembuangan Babel. Mzm 120 yang menjadi pembukanya menunjukkan hal itu (bdk Mzm 126). Untuk Mzm 121 judul aslinya sedikit berbeda yakni "Mazmur

untuk

ziarah". Selanjutnya, bdk tulisan saya "Zaman Baru dan Wisata

Rohani," dlm Valentinus-Yustinus (ed.), Mereguk Air Hidup (Seri Filsafat Teologi Widya Sasana vo1.19.no.seri 18; Malang: STFT Widya Sasana,2009), (63-80)73-75.

18 Judul Mzm 142:1 menghubungkan doa permohonan ini dengan Daud ketika dia berada dalam gua.

19 Tentang hubungan mazmur-mazmur yang menyanyikan Taurat Tuhan dengan mazmur-mazmur lain dan tentang kedudukannya dalam kitab Mazmur, bdk James Luther Mays, "The Place of the Torah-Psalms in the Psalter,"

JBL


(6)

Jilid I dan II(Mzm 1-41,42-72) Jilid III (Mzm 73-89) J i l i d [ V d a n V ( M z m 90 106,107-150)

Doa permohonan perseorangan Doa permohonan masih Ciri kejen:aatan mazmur dan paling menonjol. Sebagian menonjol, tetapi lebih bersifat

madah

makin kuat dan Mzm

terbesar mazmur dalam kedua

jemaat.

Semua mazmur dalam 146-150 menjadi seperti

jilid ini berjudul. jilid ini berjudul. doksologi akbarnya.

Separoh

mazmur dalam kedua jilid ini

______________________________tidak beriudul.20_____________________

Dapat dilihat dari bagan ini bahwa kitab Mazmur tersusun rupanya dengan mengikuti suatu pola yakni

dari doa permohonan ke pujian atau madah serta dari doa yang bersifat perseorangan ke doa dan

pujian yang bersifat jemaat.Susunan semacam ini bahkan terlihat pula pada jilid terakhir. Sebelum

doksologi akbar dikumandangkan (Mzm 145150), kita masih mendengar jeritan penderitaan manusia

(Mzm 140-143~

21

. Pujian bukan hanya merupakan puncak kitab Mazmur,melainkan roh dan jantungnya.

2

Kitab Mazmur pantas disebut Kitab Puji-pujian.

Di lain pihak dari tinjauan kita tentang terjadinya kitab Mazmur itu tampak bahwa mazmur-mazmur

kebijaksanaan (Mzm 1 dan 119) serta mazmur-mazmur raja (Mzm 2, 72 dan 89) menduduki tempat yang

khusus di tengah kumpulan-kumpulan yang ada. Penempatan mazmur-mazmur ini tampaknya disengaja.

Itu berarti bahwa ada teologinya

23

.Unsur-unsur keb~aksanaan dan rajawi beberapa kali bahkan

ditempatkan berdampingan (Mzm 1-2;18-21;118-119). Apakah hal ini mau menunjukkan hubungan

seorang raja dan Taurat Tuhan (bdk U1 17:14-20)? Bisa saja demikian, tetapi baiklah diperhatikan

bahwa kitab Mazmur lahir ketika kekuasaan raja pada Israel sudah tidak ada

lagi.

24

Kitab Mazmur tidak disusun berdasarkan isi meskipun kadang-kadang ditemukan mazmur-mazmur

yang berpasangan seperti Mzm 20-21,38-39, 50-51. Tema dan jenis pasangan ini berbeda-beda.

Tidak ada tema yang dikembangkan dalam masing-masing jilid. Kitab Mazmur memiliki susunan

yang cukup teratur, tetapi juga ada wama warninya. Itulah keindahannya! (Malang, 10 Februari 04;

direvisi Januari 06/September 08/Jan 2010)

20 Bdk Gerald H.Wilson, "The Use of the `Untitled' Psalms in the Hebrew Psalter,"

ZA W

97(1985),404413. 21 Bdk Philip S.Johnston, "The Psalms and Distress," dlm Philip S.Johnston-David G.Firth (eds.),

Interpreting

the Psa'lms (Leicester:Apollos,2005),(63-84)82-83.

22 Bdk James Hely Hutchinson, "The Psalms and Praise," ibid., 85-100.

23 Menurut B.Weber, "Psalm 78 als `Mitte' des Psalters?-ein Versuch," Bib 88 (2007),305-325, Mzm 78 ditinjau dari sudut pengembangan tema dan teologinya mungkin merupakan pusat dari kitab Mazmur. Studi tentang susunan dan teologi kitab Mazmur makin berkembang pada akhir-akhir ini.


(7)

5

~Ti-fz~

NAMA, TEMPAT DAN ARTI MAZMUR

DALAM KANON

5.1 Nama dan tempat Mazmur dalam kanon Ibrani

Jemaat jemaat Yahudi yang berbahasa Ibrani atau Aram menyebut Kitab Mazmur sefer tebillim, artinya kitab puji-pujian, atau singkatnya tellillim. Dalam bahasa Arab doa pujian disebut tahlil dan kata ini telah masuk dalam perbendaharaan bahasa Indonesia. Sementara umat Kristen di Indonesia menerjemahkan kata tersebut dengan "nyanyian pujian". Nama

tekllim dengan jelas menunjukkan bahwa Kitab Mazmur dipakai sebagai buku nyanyian dan doa dalam ibadat Yahudi.

Sebagai judul buku istilah "nyanyian pujian" kiranya kurang tepat karena selain pujian Kitab Mazmur terdiri atas berbagai jenis nyanyian dan doa seperti permohonan, pernyataan kepercayaan dan renungan. Judul ini dapat dipahami hanya apabila kita mengerti setiap doa dan renungan sebagai pengakuan akan keagungan Tuhan. Hal itu tampak cukup jelas dalam ibadat. Doadoa permohonan dan kepercayaan mazmur sendiri kadang-kadang ditutup dengan suatu pemyataan pujian kepada Tuhan. Mungkin itulah alasannya mengapa kitab ini disebut tehilim.

Tradisi Yahudi menggolongkan Mazmur dalam kelompok ketubim, artinya kitab-kitab (lain). Dalam kodeks-kodeks yang terkenal, Mazmur selalu menempati urutan pertama. Apakah kumpulan-kumpulan ini pernah disebut sebagai "Mazmur" (Mowinckel, 11, 198; L. Sabourin 1, 2), sangat diragukan, karena penulis-penulis Perjanjian Baru termasuk Lukas 24:44 memakai Septuaginta dan bukan Perjanjian Lama dalam bahasa Ibrani. Mazmur disebut

secara istimewa dalam Lukas 24:44 karena memang kitab ini termasuk yang paling banyak digunakan dalam gereja para rasul untuk menerangkan misteri Kristus.

5.2 Nama dan tempat Mazmur dalam kanon Kristen

Sebagaimana telah dikatakan di atas, gereja para rasul menggunakan Kitab Suci berbahasa Yunani, yakni Septuaginta. Dalam Septuaginta kitab mazmur ini disebut Psalmoi, artinya: nyanyian-nyanyian yang biasanya diiringi dengan musik, khususnya kecapi. Kata psalmos

adalah terjemahan dari kata Ibrani mizmor yang dipakai sebagai judul dalam 57 mazmur (lihat ps. 7 di bawah). Kata Indonesia mazmur berasal dari bahasa Arab. Artinya tepat sama dengan kata mizmor. Nama yang dipakai oleh Septuaginta ini kemudian diambil-alih oleh Perjanjian Baru (Luk. 20:42; 24:44; Kis. 1:20; 13:33 dsb.) dan sejak waktu itu menjadi nama yang lazim dipakai oleh orang Kristen.

Di samping "mazmur", Al-Quran juga menggunakan istilah zabur yang berarti kitab (dari akar kata zbr, artinya: menyalin suatu buku). Jelas bahwa istilah zabur ini kurang tepat. Dalam tradisi Kristen, Mazmur digolongkan dalam kelompok "kitab-kitab kebijaksanaan dan nyanyian". Dalam urutan kelompok tempatnya sesudah Kitab Ayub.

5.3 Mazmur dan Perjanjian Baru

Dari kitab-kitab Perjanjian Lama, Mazmur termasuk yang paling banyak dikutip oleh pengarang-pengarang Perjanjian Baru, baik secara langsung maupun tidak. Paling tidak ada sekitar 360 kutipan Perjanjian Lama. Sejumlah 112 diambil dari Mazmur (L. Sabourin I, 169-175 menyusun daftar tentang hal itu). Kutipan-kutipan yang palu}g banyak terdapat dalam surat-surat St. Paulus, surat kepada orang Ibrani, keempat Injil, Kisah Para Rasul dan Wahyu. Dalam surat-surat St. Paulus, kutipan-kutipan itu diambil untuk menjelaskan berbagai aspek dari hidup Kristen, sedang dalam surat kepada orang Ibrani, keempat Injil, Kisah Para Rasul dan Wahyu kutipan-kutipan tersebut dipakai untuk menerangkan misteri Kristus. Kutipan-kutipan ini dan artinya akan kita lihat kemudian dalam refleksi teologis dari mazmur-mazmur yang


(8)

bersangkutan. Kutipan-kutipan itu jelas menunjukkan bahwa Mazmur banyak digunakan dalam katekese.

Kepada jemaat-jemaat di Efesus dan Kolose St. Paulus mengajak mereka bukan hanya mengucap syukur kepada Allah dengan menyanyikan maztnur (Ef. 5:19; Kol. 3:16), tetapi juga supaya "berkata-kata seorang kepada yang lain dalam mazmur, kidung puji-pujian dan nyanyian rohani" (Ef. 5:19). Katakata mazmur dapat meneguhkan iman dan mengajar (bnd. selanjutnya ps. 12 hlm. 80-88).

6

TERJADINYA KITAB MAZMUR 6.1 Pembagian dalam panca jilid

Kitab Mazmur tidak dikarang oleh satu orang saja dan proses terjadinya adalah panjang dan rumit. Hampir tidak mungkin menerangkan seluruh proses terbentuknya secara pasti, namun suatu garis besar dapat diberikan di sini. Kita akan mulai dengan bagian yang paling jelas sampai kepada yang kurang jelas.

Hal yang pertama tampak ialah bahwa kitab ini terbagi atas lima jilid atau buku. Pembagiannya adalah sebagai berikut:

jilid L Mzm. 1-41; jilid 11: Mzm. 42-72; jilid III: Mzm. 73-89; jilid IV: Mzm. 90-106;

jilid• V: Mzm. 107-150. .

Apa dasar pembagian dalam panca jilid ini? Apa tujuannya? Apakah ada prinsip kesatuan dalam masing-masing jilid? Pertanyaan-pertanyaan ini kita ajukan untuk mengerti kitab ini dengan lebih baik. Harus diakui bahwa sukar ditemukan prinsip kesatuan dalam masing-masing jilid. Yang dapat dicatat hanyalah satu dua kenyataan literer seperti berikut.

Pertama, setiap jilid diakhiri dengan suatu doksologi, masing-masing terdapat pada Mzm. 41:14; 72:18-19; 89:53; 106:48 dan dalam seluruh Mzm. 150. Harus diakui bahwa doksologi dalam jilid V ini berbeda sifatnya dengan doksologi-doksologi yang lain.


(9)

Kedua, doksologi jilid 11 (Mzm. 72:18-19) dan IV (Mzm. 106:43)

mungkin bukanlah doksologi jilid, melainkan masing-masing dari

mazmur yang bersangkutan. Hal ini dapat dibuktikan dari

kenyataan-kenyataan berikut (dan masih ada alasan-alasan lain yang akan kita lihat

kemudian).

Setelah doksologi dalam jilid II, masih terdapat kata-kata ini:

"Sekianlah doa-doa Daud bin Isai" (Mzm. 72:20). Kata-kata ini jelas

merupakan kesimpulan asli dari suatu kumpulan doa. Kumpulan mana

yang dimaksud akan kita lihat di bawah. Selanjutnya dari

perbandingan dengan 1 Tawarikh 16:34-36 temyata bahwa doksologi

yang terdapat dalam Mzm. 106:48 termasuk asli dari mazmur yang

bersangkutan dan bukan tambahan kemudian oleh penerbit. Doksologi

yang serupa terdapat pula dalam 1-45:21.

Dari hal-hal yang disebutkan di atas jelaslah bahwa pembagian dalam

panca jilid ini tidak mempunyai siiatu dasar intern. Pembagian ini

mungkin hanya merupakan suatu tiruan atas Pentateukh. Pembagian

dalam panca jilid ini merupakan tahap terakhir dari suatu proses

pembentukan yang panjang dan rumit. Hal ini akan segera kita lihat.

6.2 Kitab Mazmur terbentuk dari kumpulan-kumpulan

yang lebih kecil

Adanya kumpulan-kumpulan yang lebih kecil ini dapat disimpulkan dari

ter

dapatnya mazmur-mazmur yang sama dalam jilid yang berbeda

kesatuan

pemakaian nama untuk Allah, susulan mazmur-mazmur yang "sejudul"

(me

ngenai apa yang dimaksud dengan "judul", lihat ps. 7 di bawah) dan

kesatuan

susunan mazmur-mazmur yang sejenis dan sama temanya.

a) Dalam Mazmur terdapat beberapa mazmur

sejajar,

yakni 14 = 53;

70 = 40:14-18; 108 = 57:8-12 + 60:7-14. Dapatlah ditanyakan apakah

144:1-11 bukanlah merupakan suatu gubahan kembali dari 18:1-51.

Bagaimanapun juga adanya mazmur-mazmur sejajar itu menunjukkan

bahwa mereka tidak mungkin dikumpulkan oleh tangan yang sama

dan dimasukkan dalam kumpulan yang sama. Hal itu akan

menjadi lebih jelas, apabila kita melihat hal-hal berikut.

b) . Mengenai nama yang dipakai untuk Allah terdapat tiga

Apakah ketiga kelompok ini masing-masing pernah berdiri sendiri

sebagai kumpulan, dapat ditentukan dengan menyelidiki ciri-ciri

literernya.

c) Dalam kelompok pertama semua mazmur, kecuali Mz.m. 2 dan 33

yang memang tidak berjudul, memuat nama Daud dalam judulnya.

Dalam terjemahan Septuaginta, Mzm. 33 juga diberi judul "untuk

Daud". Kelompok Mzm. 3-41 biasanya disebut "kumpulan mazmur

Daud yang pertama". Mzm. 2 berada di luar kumpulan ini dan

merupakan suatu tambahan kemudian. Ditambahkan di sini

mungkin karena mazmur ini berbicara tentang raja dari dinasti

Daud di Yerusalem.

Dalam kumpulan mazmur Daud yang pertama ini tidak

diketemukan adanya suatu prinsip susunan. Rupanya kumpulan ini

terjadi begitu saja dan mungkin secara bertahap. Di dalamnya

diketemukan segala jenis nyanyian, namun terutama doa

permohonan, kepercayaan dan ucapan syukur perseorangan. Apakah

kumpulan ini aslinya dimaksudkan untuk menyertai ibadat, sukar

dipastikan.

d) Kelompok kedua, yakni 42-83, sebenarnya terdiri dari tiga

kumpulan dengan susunan sebagai berikut:

Mzm. 42-49: kumpulan bani Korah;

Mzm. 50:

mazmur Asaf;

Mzm. 51-72: kumpulan mazmur Daud yang kedua (kecuali Mzm.

66

dan 67 yang meskipun berjudul, tidak memuat

nama

Daud; Mzm. 71 tidak berjudul dan Mzm. 72

berjudul

"dari Salomo");

140.

Mzm. 73-83: kumpulan Asaf.

Dari susunan di atas timbul pertanyaan mengapa Mzm. 50

dipisahkan dari kumpulannya, yakni Mzm. 73-83. Mazmur ini telah

dilepaskan dari kumpulannya, mungkin karena isinya yang erat

berhubungan dengan Mzm. 51 (Mowinckel 11, 194).

Susunan mazmur-mazmur "ktunpulan bani Korah" cukup teratur

sekurangkurangnya dilihat dari sudut judul: Mzm. 42-45, "nyanyian

pengajaran"; Mzm. 46 "nyanyian"; Mzm. 47-49 mazmur. Demikian

pula dalam ar6 tertentu dengan "kumpulan mazmur Daud yang

kedua": Mzm. 52-55, "nyanyian pengajaran"; Mzm. 56-60, "miktan";

Mzm. 62-65. Mzm. 67-68, "Mazmur"; Mzm. 69-70, "dari Daud".


(10)

Seperti "kumpulan mazmur Daud yang pertama", demikian pula "kumpulan mazmur Daud yang kedua" ini memuat lebih dari separuh jenis doa permohonan. Mengapa kedua kumpulan mazmur Daud ini terpisah satu sama lain, sukar diterangkan.

e) Kelompok ketiga, yakni Mzm. 84-150, terdiri atas lebih banyak kumpulan lagi. Susunannya dapat diberikan sebagai berikut:

Mzm. 84-85, 87-88: kumpulan bani Korah. Mzm. 86 adalah "doa Daud";

Mzm. 93, 95-99: kumpulan mazmur "Tuxa,N Raja"; 94: suatu doa permohonan;

Mzm. 104-106: kumpulan mazmur Haleluya; Mzm. 108-110: kumpulan mazmur Daud; Mzm. 111-118: kumpulan mazmur Haleluya; Mzm. 120-134: kumpulan mazmur ziarah; Mzm. 138-145: kumpulan mazmur Daud; Mzm. 146-150: kumpulan mazmur Haleluya.

Melihat susunan ini, jelaslah bahwa tidak mudah kita mengikuti proses per kembangan bagian ketiga ini dan menerangkan susunannya. Baiklah kita mencatat beberapa hal mengenai kumpulan-kumpulan ini.

Kumpulan bani Korah yang kedua menggunakan nama TUHAN dan bukan Allah seperti kumpulan pertama. Sukar diketahui mengapa kumpulan ini di pisahkan dari yang pertama. Tidak jelas mengapa Mzm. 86 diberi judul "doa Daud" dan disisipkan di sini. Pertanyaan yang serupa berlaku pula untuk Mzm. 94 dalam kumpulan mazmur "Tu x n N Raja."

Mengapa ketiga kumpulan mazmur Haleluya itu dipisahkan satu sama lain, tidaklah jelas. Ada yang melihatnya sebagai penutup setiap kumpulan, dengan menghitung Mzm. 135-136 sebagai kumpulan mazmur Haleluya dan kumpulan bani Korah yang kedua sebagai tambahan bagian kedua, yakni Mzm. 42-83 (Eissfeldt,

The

OT. an

Introduction

449-450; bnd. G. Fohrer,

Introduction to the OT,

294). Kebanyakan mazmur Haleluya termasuk jenis madah.

Juga tidak jelas mengapa kedua kumpulan mazmur Daud dalam bagian ini terdapat terpisah. Hampir separuh dari mazmur-mazmur ini termasuk jenis permohonan perseorangan (Mzm. 109; 140; 141; 142; 143).

Perlu dicatat secara istimewa di sini mengenai apa yang disebut "mazmur mazmur ziarah". Arti istilah aslinya, yakni

sir hamma'alot

masih dipersoalkan para ahli. Kebanyakan menafsirkannya sebagai buku nyanyian para peziarah

dalam perjalanannya ke Yerusalem dan/atau dalam upacara perarakan sebelum para peziarah memasuki Bait Suci. Hal ini terasa hanya dalam Mzm. 121-122 dan 132,. tetapi tidak dalam mazmur lainnya. Kumpulan ini terdiri dari aneka ragam jenis nyanyian. Kecuali Mzm. 132 yang cukup panjang, kumpulan ini terdiri dari mazmur-mazrnur yang cukup pendek. Puisinya cukup indah dan menyegarkan. Mzm. 122; 124; 131 dan 133 mendapat judul tambahan "Daud", sedang Mzm. 127 "Salomo".

Berbeda dengan bagian pertama dan kedua, bagian ketiga Kitab Mazmur ini hampir tidak mempunyai catatan pengantar liturgis dan musik (mengenai catatan pengantar, lihat ps. 7 di bawah).

Seperti bagian pertama dan kedua, juga di sini terdapat mazmur-mazmur sisipan atau yang ditambahkan kemudian, yakni Mzm. 86; 94; 100; 101 ("mazmur Daud"), 107; 119; 135; 136 dan 137.

6.3 geauks" M(K6uVUav1

Di atas, kita telah mencatat bahwa Kitab Mazmur terdiri dari kumpulan-kumpulan yang lebih kecil. Kita belum menanyakan siapa-siapakah yang membuat kumpulan itu, kapan, bagaimana terjadinya masing-masing kumpulan dan bagaimana terjadinya pembukuannya sampai selesai. Sayang sekali, hampir semua pertanyaan ini terbukti terlalu besar untuk dapat dijawab dengan pasti. Ada dua hal pokok yang menyulitkan kita: 1) kebanyakan mazmur tidak dapat ditentukan dengan pasti latar belakang sejarahnya. Dalam sejarah penafsiran, muncul dua kutub pendapat: sebagian sarjana beranggapan bahwa sebagian besar mazmur berasal dari zaman sesudah pembuangan dan yang lain sebelumnya; 2) tidak semua mazmur yang termasuk dalam satu kumpulan, berasal dari periode yang sama. Sebagai contoh kita ambil Mzm. 42-49, yakni dari "kumpulan bani Korah yang pertama". Kebanyakan mazmur dari kumpulan ini kemungkinan besar berasal dari periode kerajaan, namun Mzm. 49 agaknya dari zaman sesudah pembuangan. Mengenai arti mazmur yang mempu -nyai judul dengan nama orang, akan kita lihat di bawah (ps. 7).

Kapan Kitab Mazmur selesai dibukukanjapat ditentukan dengan agak pasti. Yesus bin Eleazar yang mengarang Kitab Sirakh mungkin antara tahun 190-180 sM sudah mengenal pembagian Perjanjian Lama dalam tiga bagian (bnd. kata pengantar penerjemah dan Sir. 39:1-3). Pasti Kitab Mazmur ditempatkan sebagai kitab yang pertama dalam kelompok "kitab-kitab yang lain"


(11)

(Ketuvim). Jadi Ki

bt

1Vlazmur mungkin telah dibukukan sebelum permulaan abad ke-2 sM. Kapan ~ ersis tAhunnya tidak dapat dipastikan.

Siapa(-siapakah) yang mengerjakan pembukuan ini? Mungkin oleh kelompok "orang bijak". Hal ini dapat disimpulkan dari adanya sejumlah mazmur kebijaksanaan dalam kitab ini. Bahkan mereka menempatkan salah satu dari puisi kebijaksanaannya sebagai pembukwn kitab Puji-pujian ini (Mzan. 1).

6.4 Tujuan

Mengapa kumpulan-kumpulan mazmur ini dibukukan? Apa latar belakangnya? Apa tujuannya? Pertanyaan-pertanyaan ini tidak mudah dijawab mengingat tidak jelasnya sifat dan tujuan sejumlah kumpulan. "Kumpulan bani Korah yang pertama" (Mzm. 42-49), misalnya terdiri dari aneka ragam nyanyian yang mempunyai latar belakang yang berbeda-beda. Mzm. 42-43; 45 dan 49 jelas dikarang tidak dengan tujuan untuk dipakai dalam ibadah seperti halnya Mzm. 46; 47 dan 48. Jadi kita tidak dapat mengatakan bahwa kumpulan aslinya dibuat untuk dipakai dalam ibadah. Arti asli judul "Untuk pemimpin biduan" (Mzm. 42; 45; 49),Inasih belum jelas bagi para ahli. Juga kumpulan-kumpulan mazmur Daud

(Mzm. 3-41; 51-72; 108-110; 138-145); kumpulan Asaf (Mzm. 73-83), kumpulan bani Korah yang kedua (Mzm. 84-85; 87-88) dan kumpulan mazmur ziarah (Mzm. 120-134) tidak jelas tujuan aslinya, karena masing-masing memuat baik mazmur-mazmur yang berlatar belakang ibadat maupun yang bukan. Lain halnya dengan kumpulan mazmur "TUHAN Raja" (Mzm. 93, 95-99) dan kumpulan-kumpulan mazmur "Haleluya" (Mzm. 104-106; 111-118 dan 146-150). Latar belakang ibadat cukup terasa dalam kumpulan-kumpulan ini, baik karena isinya maupun karena seruan-seruannya, terutama "Haleluya".

Mengingat adanya dua kelompok sifat dan tujuan kumpulan-kumpulan ini, maka orang tidak dapat mengatakan bahwa alasan dan tujuan pertama dari pembukuan ini ialah supaya jemaah Yahudi sesudah pembuangan mempunyai suatu buku nyanyian untuk ibadat dalam Bait Suci di Yerusalem. Sekiranya itu tujuan utamanya,maka para pera penyusun tidak akan memasukkan puisi-puisi kebijaksanaan tersebut ke dalam buku ini dan bahkan salah satu puisi itu dipakai sebagai pembukaan Kitab Mazmur. Buku ini diberi judul

tehillim

mungkin untuk mengatakan bahwa mulai sekarang setiap nyanyian yang dipakai untuk menyertai ibadat, harus diambil dari buku ini (bnd. ps. 5. 1). Hal

ini terbukti misalnya dari Mzm. 30. Aslinya mazmur ini adalah suatu nyanyian syukur perseorangan. Dalam zaman Makabe (1 Mak. 4:52-59) nyanyian ini dipakai "untuk penahbisan Bait Suci" (Mzm. 30:1). Lalu apakah gerangan alasan dan tujuan pertama pembukuan ini? Pembukuan kumpulan-kumpulan mazmur itu adalah suatu proses yang terjadi dengan sendirinya. Adanya cukup banyak unsur madah dan doa dalam kitab-kitab kebijaksanaan seperti Ayub, dan Sirakh membuktikan bahwa dalam "sekolah kebijaksanaan" kumpulankumpulan mazrnur itu mendapat tempat yang cukup penting sebagai bahan studi dan meditasi (bnd. Sir. 39:1-6). Dalam keadaan seperti ini tentulah pro-ses pembukuan mazmur-mazmur sangat dibutuhkan. Karena pembukuan terjadi dalam konteks sekolah maka dengan sendirinya tujuan pertamanya bukanlah supaya a~da suatu buku nyanyian untuk ibadat. Pembukuan diadakan supaya kitab

4llim

menjadi salah satu sumber hikmat "sekolah kebijaksanaan".

6.5 Penomoran Mazmur

Ada dua tradisi penomoran Mazmur, yang satu menurut Kitab Suci Ibrani dan yang lain menurut terjemahan Septuaginta yang kemudian diikuti oleh Vulgata. Kita perlu mengetahui kedua tradisi penomoran ini, karena sampai sekarang masih terdapat dalam terjemahan-terjemahan modem. Ada yang mengikuti tradisi Ibrani dan ada pula yang menuruti tradisi Septuaginta dengan menyertakan penomoran Ibrani dalam knrung. Perbedaan penomoran tersebut dapat dilihat dalam hal berikut:

Ibrani (LAZ ) Septuaginta/Vulgata

Mzm.l-8 ~ Mzm.l-8

Mzm. 9 dan 10 Mzm. 9 (A dan B)

7

M z m . l l - 11 3 Mzm.10-112 Mzm. 114 dan 115 -fiMzm. 113 (A dan B)

Mzm. 116 ~ Mzm. 114 dan 115 Mzm. 117-146 S Mzm. 116-145

~ a

Mzm. 147 ~ Mzm. 146 dan 147 ~ Mzm. 148-150 Mzm. 148-150

Di samping itu Septuaginta masih menambahkan satu mazmur lagi, yakni Mzm. 151 yang digubah secara bebas berdasarkan 1 Samuel 16-17. Mazmur ini tidak kanonik.


(12)

Dari pembagian di atas tampak bahwa perbedaan terjadi mulai dengan Mzm. 9. Septuaginta secara tepat memasukkan Mzm. 9 dan 10 sebagai satu mazmur, karena dalam aslinya kedua mazmur ini tersusun menurut abjad Ibrani (lihat ps. 8.6) dan mempunyai perbendaharaan dan gaya bahasa yang sama (lihat tafsiran). Sebaliknya sama sekali tidak tepat menggabungkan Mzm. 114 dan 115 menjadi satu mazmur. Juga agaknya tidak tepat membagi Mzm. 116 menjadi 2 mazmur. Apakah Mamzur 147 dapat dibagi menjadi dua mazmur, hal itu sulit ditentukan.

Lalu berapa jumlah mazmur sebenarnya? Sukar ditentukan. Mzm. 42-43 jelas merupakan satu mazmur. Hal itu dapat dilihat dari refrein (lihat ps. 8.5) dan isinya. Mengapa kedua tradisi ini tidak menghitungnya sebagai satu mazmur, tidak diketahui. Di samping itu masih dipersoalkan apakah beberapa mazmur (mis. 19; 22; 27)a;ang masing-masing dihitung sebagai satu mazmur, sebenarnya tidak terdiri

Zi

dua mazmur. Perlu diingat pula adanya beberapa mazmur ganda yang telah dilihat di atas (ps. 6.2).

Dalam tafsiran ini kita mengikuti penomoran Ibrani. .

%

JUDUL-JUDUL MAZMUR

7.1 Pengantar

Istilah-istilah atau keterangan-keterangan lain yang terdapat pada kepala mazmur biasanya disebut "judul". Judul ini terdapat pada 116 mazmur. Ada yang pendek, ada yang cukup panjang.

Dalam banyak hal arti judul judul tersebut tidak pasti. Terjemahannya kebanyakan merupakan perkiraan belaka. Hal itu sudah tampak pada terjemahan-terjemahan yang paling tua, seperti Septuaginta dan Targum. Kitab-kitab ini pun memiliki tafsiran dan istilah-istilah yang berbeda. Hal itu membuktikan bahwa ada judul yang sudah sangat tua. Namun ada judul seperti keterangan-keterangan tentang alat musik dan lagu yang harus digunakan, agaknya berasal dari zaman sesudah pembuangan, barangkali dari lingkungan kaum Lewi yang bertugas sebagai penyanyi-penyanyi dalam ibadat di Bait Suci (bnd. 1 Taw. 23:30; 25:1-2).

Judul judul mazmur selalu mengikuti tata susunan atau urutan. yang berikut: a) untuk pemimpin biduan;

b) istilah atau keterangan mengenai penggunaan alat musik dan lagu; c) istilah-istilah yang menunjukkan semacam "jenis" mazmur dan judul de

ngan nama orang;

d) istilah atau keterangan yang menunjukkan penggunaan liturgis mazmur; e) keterangan tentang latar belakang mazmur.

Tidak ada judul yang mengandung kelima unsur yang kami kelompokkan di atas. Paling-paling hanya ada empat unsur (Mzm. 54; 56-67; 59-60).


(13)

7.2 Untuk pemimpin biduan

• Aslinya lamnasseakh terdapat sebagai judul pada 55 mazmur. Kecuali dalam Mzm. 88 judul "untuk pemimpin biduan" terdapat sebagai yang pertama. Maksud asli dari kata Ibrani tersebut masih diperdebatkan oleh para ahli. Usul terjemahan yang lain: "supaya dibawakan dengan musik". Terjemahan LAI merupakan terjemahan yang lazim dipakai, namun perlu diingat bahwa Septuaginta dan Vulgata tidak memakai terjemahan tersebut Kedua kitab ini menerjemahkannya masing-masing dengan eis to telos dan ad finem artinya sampai akhir. Tetapi apa maksudnya?

Adalah menarik bahwa semua judul yang menunjukkan penggunaan alat musik dan lagu selalu dijumpai bersama dengan judul "untuk pemimpin biduan". Sebaliknya judul ini dapat berdiri sendiri. Ini mungkin berarti bahwa judul judul musik dan lagu merupakan keterangan-keterangan lebih lanjut atas lamnasseakh. Usul terjemahan "supaya dibawakan dengan musik" tampaknya lebih tepat.

7.3 Istilah atau keterangan mengenai penggunaan musik dan lagu

• Dengan permainan kecapi (aslinya binginot) terdapat pada Mzm. 4; 6; 54; 55; 61; 67; 76. Kata neginot mungkin adalah suatu istilah umum untuk alat-alat musik petik yang terdiri dari kecapi (Ibraninya kinnor) dan gambus (Ibraninya nebel). Dalam Mazmur kedua alat musik petik ini kerap disebut bersama-sama (mis. Mzm. 33:2; 57:9; 92:4). Kecapi adalah suatu alat musik yang dapat dibawa dan dimainkan sambil berjalan. Alat musik ini dimainkan pada berbagai kesempatan, seperti mengantarkan tamu atau keluarga yang berangkat (Kej. 31:27), pada perjamuan (Yes. 5:12), untuk memasukkan nabi dalam ekstase (1 Sam. 10:5; 2 Raj. 3:15), menghibur (1 Sam. 16:16; 18:10), dalam perarakan (2 Sam. 6:5) dan nyanyian syukur (Yes. 38:20). Akan tetapi kecapi tidak digunakan di saat berkabung (bnd. Mzm. 137:2).

• Dengan permainan suling (aslinya 'el hannekhilot) terdapat hanya pada Mzm. 5:1. Namun arti istilah aslinya masih sukar ditentukan. Bahasa Ibrani untuk suling adalah halil

dan 'ugab.

• Menurut lagu: Gitit (Mzm. 8; 81; 84); yang kedelapan (Mzm. 6; 12); Rusa di kala fajar (Mzm. 22); Mutlaben (Mzm. 9); Mahalat (Mzm. 53; 88); merpati di tempat (atau: di pohon-pohon tarbantin) yang jauh (Mzm. 56);

bunga bakung (Mzm. 45; 69); bunga bakung kesaksian (Mzm. 60; 80); jangan memusnahkan (Mzm. 57; 58; 59; 75); dengan lagu: Alamot (Mzm. 46); menurut Yedutun (Mzm. 62; 77). Semua terjemahan kesebelas judul ini tidak pasti. Pada umumnya ditafsirkan sebagai keterangan yang menunjukkan lagu dan cara menyanyikan mazmur-mazmur yang bersangkutan, yakni menurut lagulagu rakyat yang terkenal. Gejala yang serupa terlihat dan muncul kembali dalam sementara nyanyian gerejani.

Judul yang menunjukkan penggunaan alat musik selalu disebut lebih dahulu dari judul yang menunjukkan lagu. Keduanya selalu menyusul judul

untuk pemimpin biduan".

Mazmur-mazmur yang mendapat tambahan judul musik dan lagu terdapat terutama dalam jilid 1-111. Hal ini dapat dimengerti karena doa-doa permohonan perseqrdngan terdapat terutama dalam jilid jilid ini.

7/4

Istilah-istilah yang menunjukkan "jenis" mazmur dan judul dengan nama orang

• Nyanyian (aslinya syir): digunakan baik untuk nyanyian rohani maupun profan. Dapat diandaikan bahwa dalam membawakannya juga diiringi dengan musik. Sebagai judul istilah ini biasanya ditemukan bersama istilah mazmur, langsung di depan (Mzm. 48; 66; 83; 88; 108), di belakang (Mzm. 67; 68; 87) atau terpisah oleh keterangan lain (Mzm. 65; 75; 76). Hanya dua kali istilah ini ditemukan tersendiri (Mzm. 18 dan 46). Dari kenyataan ini jelaslah bahwa sukar ditentukan perbedaan antara kedua istilah ini.

• Mazmur (aslinya mizmor): istilah ini ditemukan 57 kali (44 kali tersendiri dan 13 kali bersama "nyanyian"). Adalah menarik bahwa kata "mazmur" digunakan di luar Kitab Mazmur hanya dalam Sirakh 49: 1: "Kenangkenangan akan Yosia adalah laksana dupa campuran ... Di setiap mulut kenang-kenangannya adalah manis' seperti madu dan laksana mazmur ( T B : musik) dalam pesta anggur". Kata kerja bermazmur selalu dipakai dalam hubungan dengan Tuhan. Melihat kenyataan ini kita dapat berkata bahwa kata mazmur mungkin digunakan terutama untuk nyanyian rohani.

• Miktam: terdapat sebagai judul pada Mzm. 16 dan 56-60. Ada berbagai usul terjemahan untuk istilah ini: "syair keemasan", "doa yang penuh rahasia", "doa yang memperingatkan suatu peristiwa yang patut dikenang" (Septuaginta).


(14)

•:• Nyanyian pengajaran (aslinya

maskil):

sebagai judul terdapat pada Mzm. 32, 42, 44-45, 52-55, 74, 78, 88, 142 dan pada 47:8. Usul terjemahan LAI memberi kesan bahwa mazmur-mazmur ini mengandung unsur pengajaran. Namun hal ini sama sekali tidak tampak kecuali pada Mzm. 32 dan 78. Ada yang mengusulkan terjemahan: "nyanyian yang tersusun indah dan

dengan bijak".

• Nyanyian ratapan (aslinya

syiggayon);

terdapat hanya pada Mzm. 7. Terjemahan ini diterima oleh kebanyakan ahli berdasarkan persamaannya dengan kata

segu

dalam bahasa Akadis.

• Puji-pujian (aslinya

tehillah);

istilah ini yang menjadi judul Kitab Mazmur Ibrani terdapat hanya pada Mzm. 145.

• Doa (aslinya

tefilla):

istilah ini terdapat sebagai judul pada Mzm. 17, 86; 90, 102, 142 dan 72:20 (penutup kumpulan mazmur Daud yang kedua). Istilah aslinya mungkin berarti doa yang dipanjatkan dalam kesusahan dan kesesakan. Kerap dijumpai dalam tubuh mazmur (30 kali).

• Nyanyian ziarah (aslinya

syir hamma'alot):

lihat keterangan pada pasa16.2. Itulah judul judul yang menunjukkan "jenis" mazmur. Dari catatan di atas jelaslah bahwa istilah jenis tidak boleh dimengerti dalam arti kata modem (lihat ps. 9). Tidak jelas misalnya mengapa Mzm. 88 mendapat tiga "jenis" judul ("nyanyian", "mazmur" dan "nyanyian pengajaran"); Mzm. 142 dua judul ("nyanyian pengajaran", "doa"). Tidak jelas pula mengapa istilah doa tidak digunakan pada semua doa permohonan yang dipanjatkan dalam kesu

sahan dan kesesakan.

+ Judul dengan nama orang: dibicarakan bersama dengan judul-judul

"jenis" karena keduanya sebap&gian besar terdapat bersama-sama. Apabila disebut bersama-sama, maka hampir selalu jenisnya disebut lebih dahulu, kecuali dalam Mzm. 32, 44, 45, 46, 47 dan 49 yang pengarangnya lebih dahulu. Kadang-kadang keduanya disebut terpisah seperti dalam Mzm. 30, 46, 88 dan 142. Judul "jenis" dan judul dengan nama orang selalu d,isti~'>~~gan judul n yang n~ u~a ~u~>~lekan penggunaan alat musik dan lagu kecuali dalam Mzm. 46 dan 88.

Ada 102 mazmur yang dalam judulnya memuat nama orang. Perinciannya adalah sebagai berikut: 73 menyebut nama Daud, 12 Asaf, 11 bani Korah (mengenai mazmur-mazmur yang menyebut ketiga nama ini masing-masing, lihat ps. 6.2), 2 Salomo (Mzm. 72 dan 127), 1 Musa (Mzm. 90), 1, Heman

(Mzm. 88), 1 Etam (Mzm. 89) dan 1 Yedutun (Mzm. 39). Judul dengan nama orang ini terdapat terutama dalam Mzm. 1-89 atau jilid 1-111. Hanya ada 8 mazmur yang tidak mempunyai judul itu (Mzm. 1; 2; 10; 33; 43; 66; 67; 71).

Sebaliknya 42 mazmur dari 61 mazmur yang terdapat dalam Mzm. 90 -150 atau dalam jilid IV dan V tidak mempunyai judul dengan nama orang.

Penyebutan nama-nama ini dalam bahasa Ibraninya selalu didahului oleh kata depan

le

yang dapat diterjemahkan dengan 'dari', 'kepada', 'untuk' dan

'tentang'. Bagaimana kata depan

le

ini harus diterjemahkan? Apakah kata depan itu mau menunjukkan pengarangnya ataukah harus diartikan lain? Kita mulai dengan mazmur-mazmur yang menyebut nama Daud, karena selain jumlahnya terbesar juga telah menduduki tempat yang cukup menonjol dalam sejarah penafsiran mazmur.

Daud terkenal sebagai penyanyi (Am. 6:5; Sir. 47:8), penyair (2 Sam. 1:17, 19 2Z;_3:3~4) dan pemain musik (1 Sam. 16:16-23; 18:10). Di sam ping itu dia adalah pendorong dan pencinta perayaan ibadat secara meriah (bnd. 1 Taw. 15-16). Dalam hal yang terakhir ini perlu diingat bahwa sang ahli tarikh, yang mengarang kitab-kitab Tawarikh, Ezra dan Nehemia, mengidealisir Daud dan zamannya. Mengingat semuanya ini tidaklah mengherankan bahwa sejumlah besar mazmur menyebut nama Daud dalam judulnya. Daud dilihat sebagai bapak rohani penyair-penyair mazmur. Kemungkinan besar kumpulan-kumpulan pertama terjadi di bawah pengaruhnya. Judul aslinya

ledawid

mungkin berarti 'untuk (menghormati) Daud' atau 'kepada Daud (sebagai kenangan atasnya)'. Setelah zaman pembuangan, kata depan

le

ini ditafsirkan sebagai 'karangan (Daud)', tetapi dalam arti rohani yang lebih dalam. Daud adalah bapak rohani setiap jiwa yang berseru kepada Tuhan. Dalam menggunakan mazmur-mazmur yang bersangkutan sebagai doa, orang teringat kepada peristiwa-peristiwa yang dialami Daud dalam hidupnya. Dalam kejadian-kejadian itu Daud pasti akan mengambil mazmur-mazmur ini untuk doanya (lihat selanjutnya di bawah ps. 7.6). Dalam perjalanan sejarah kenangan akan Daud ini cenderung menjadi lebih kuat. Dalam Septuaginta ada 83 mazmur Daud dan ada banyak tambahan keterangan yang dihubungkan dengan peristiwa hidup Daud, misalnya "ketika orang mengejar dia" (Mzm. 142) dan "terhadap Goliat" (Mzm. 143).

Ada pendapat yang mengatakan bahwa Mzm. 18 dan 51 digubah berda sarkan peristiwa-peristiwa dari hidup Daud. Pendapat ini didukung oleh Mzm. 151 yang tidak kanonik dan satu mazmur Daud dalam Paeudo-Filo. Namun


(15)

argumen-argumen yang disimpulkan dari kedua mazmur itu tidak terlalu meyakinkan. Mzm. 18:7 bahkan menyebut Bait Suci.

Tafsiran ledawid yang diberikan di atas tidak bertentangan dengan semangat atau mengurangi kekuatan argumen beberapa pemyataan Perjanjian Baru yang secara eksplisit menyebut Daud sebagai pengarang Mazmur (Mrk. 12:36 dan paralel; Kis. 1:16; 2:25, 34; 4:25; Rm. 4:6). Yesus dan para rasul mengikuti pandangan zamannya bahwa mazmur-mazmur tersebut adalah karangan Daud dan bersifat mesianis. Para pendengar zaman itu telah menangkap pesannya. Itulah yang pokok dan yang kita terima dalam iman.

Bagaimana kata- depan le harus ditafsirkan dalam hubungannya dengan nama-nama lain? Nama Asaf disebut dalam Kitab Tawarikh (1 Taw. 6:39; 16:5; 25: 1) sebagai salah satu pemimpin penyanyi yang ditugaskan oleh Daud untuk melayani Tuhan dengan nyanyian-nyanyian syukur dan puji-pujian. Sesudah zaman pembuangan anak-anaknya kembali menjadi penyanyi di Bait Suci di Yerusalem (Ezr. 2:41). Asaf yang disebut dalam judul judul mazmur (Mzm. 50; 73-83) agaknya adalah Asaf penyanyi ini. Meskipun latar bela

kang sejarah mazmur sukar ditentukan, namun Asaf kiranya bukanlah penyair Mzm. 74 dan 79 yang kemungkinan besar mengandaikan keruntuhan Yerusalem (586 sM). Dengan demikian judul "Mazmur AsaP' haruslah ditafsirkan sebagai mazmur yang dikarang oleh salah seorang anggota keluarga keturunan Asaf atau yang termasuk dalam kumpulan nyanyian dari keluarga penyanyi ini. Hal yang sama haruslah dikatakan mengenai judul "mazmur bani Korah" (Mzm. 42-49; 84-85; 87-88). Bani Korah bertugas pertama sebagai penjaga pintu (1 Taw. 9:19; 26:1, 19), lalu kemudian sebagai penyanyi (2 Taw. 20:19). Mereka mungkin bahkan berjuang untuk masuk dalam jabatan imam (Bil. 16:1a, 2b-11, 16-24, 27a, 35).

Mzm. 88 dan 89 disebut masing-masing sebagai nyanyian pengajaran Heman dan Etan, kedua-duanya orang Ezrahi. Dalam 1 Raja-raja 5:11 (LAI 4:3 1) kedua orang ini disebut sebagai orang bijak. Mereka bukan orang Israel, melainkan orang Kanaan. Dalam 1 Tawarikh 6:33, 44, 15:19 kedua nama ini muncul kembali bersama Asaf sebagai pemimpin penyanyi. Dalam 1 Tawa

rikh 25:1 nama Etan tidak disebut; sebagai gantinya muncul nama Yedutun (Mzm. 39). Dalam 2 Tawarikh 5:12 Asaf, Heman dan Yedutun disebut kembali bersama-sama sebagai penyanyi-penyanyi Salomo. Masuknya kedua orang bijak Kanaan ini, yakni Heman dan Etan ke dalam kelompok penyanyi Daud dan Salomo mungkin termasuk salah satu unsur politik keagamaan Daud

setelah ia merebut Yerusalem dari orang Yebusy. Bagaimanapun juga kenangan akan kedua orang ini tidak terlupakan sampai mereka disebut sebagai pengarang kehormatan kedua mazmur itu. Mzm. 88 kemudian diambil oleh keluarga penyanyi Korah ke dalam kumpulannya. Sebaliknya Mzm. 39 yang mengenang Yedutun dimasukkan dalam kumpulan mazmur Daud.

Kata depan le di muka nama Musa dalam judul Mzm. 90 haruslah ditafsirkan sebagai penunjukan nama pengarang. Namun semua ahli sepakat bahwa Mzm. 90 tidak mungkin berasal dari zaman Musa. Mazmur ini adalah doa seorang yang telah berpengalaman dalam hidup dan yang telah mengalami sendiri pahit getimya hidup. Mungkin karena itu dia ditempatkan dalam mulut Musa.

Akhimya kata depan le di muka nama Salomo pada Mzm. 72 dan 127 juga haruslah ditafsirkan sebagai menunjukkan pengarangnya. Pada Mzm. 72 judul ini, yang tidakAerdapat pada beberapa manuskrip, pastilah merupakan suatu tambahan dan agaknya berdasarkan ayat 1, 8, 10 dan 15. Judul pada Mzm. 127 juga pasti merupakan suatu tambahan. Kata "rumah" pada ayat 1 ditafsirkan sebagai "Bait Suci".

7.5 Istilah-istilah yang menunjukkan penggunaan liturgis mazmur

Untuk korban syukur (aslinya letoda): terdapat pada Mzm. 100. Keterangan ini diberikan berdasarkan ayat 4. Korban syukur yang dimaksud di sini agaknya bukan yang bersifat perseorangan (bnd. Im. 7:12-15), melainkan jemaah (bnd. 2 Taw. 29:31).

:• Untuk mempersembahkan korban peringatan (aslinya lehazkir): terdapat pada Mzm. 38 dan 70. Secara harfiah istilah aslinya dapat diterjemahkan sebagai berikut: "untuk mengingatkan". Namun yang dimaksud di sini mungkin korban sajian yang harus dibakar habis di atas mezbah "sebagai peringatan" (Im. 2:2). Maksud kata-kata ini tidaklah terlalu jelas. Mungkin sebagai tanda untuk mengingatkan orang kepada Tuhan dan sebagai jaminan bahwa persembahan itu sungguh-sungguh penuh. Kedua mazmur yang mendapat judul ini termasuk jenis doa permohonan. Baiklah diperhatikan bahwa katakata terakhir Mzm. 38 kurang lebih sama dengan kata-kata pembukaan dan penutup Mzm. 70 (bnd. Mzm. 38:23 dengan 70:2, 6).


(16)

•:• Nyanyian untuk penahbisan Bait Suci (aslinya syir hanukkat); terdapat pada Mzm. 30 (lihat keterangan pada ps. 6.4).

:• Nyanyian untuk hari Sabat (aslinya syir leyom hassabat): terdapat pada Mzm. 92. Tidak dapat disimpulkan bahwa nyanyian ini aslinya dikarang untuk hari sabat.

Dalam Septuaginta judul dengan nama hari masih diberikan pada beberapa mazmur lain: Mzm. 24, untuk hari Minggu; 48, untuk hari Senin; 94, untuk hari Selasa dan 93, untuk hari Jumat.

7 .6 Ketera nga n tenta ng la tar bela ka ng mazmur

Dalam 14 mazmur (Mzm. 3; 7; 18; 34; 51; 52; 53; 54; 56; 57; 59; 60; 63; 102 dan 142) kita menjumpai keterangan yang cukup panjang tentang latar belakang dari mazmur-mazmur yang bersangkutan. Kecuali Mzm. 102 ketiga belas mazmur-mazmur yang lain dihubungkan dengan Daud dan ditafsirkan sebagai "karangan Daud" atau bisa juga "digunakan sebagai doa oleh Daud". Mazmur-mazmur ini dihubungkan dengan salah satu peristiwa dalam hidup Daud seperti yang dapat dibaca dalam Kitab Samuel. Mzm. 38 dihubungkan dengan suatu perbuatan kultis Raja Daud yang dapat terjadi berulangkali.

Apabila kita membandingkan keterangan sejarah pada judul mazmur dengan mazmur yang bersangkutan, maka pada hampir semua mazmur sukar sekali disimpulkan dari kata-katanya kejadian yang disebutkan dalam judul itu. Bahkan ada mazmur yang menyebut Bait Suci yang belum ada pada zaman pemerintahan Daud (Mzm. 18:7; 52:10; bnd. 51:16-19). Dapat ditanyakan apakah Mzm. 60 yang menyebut penderitaan hebat yang dialami Israel (kekalahan di Edom?) mungkin berasal dari zaman Daud. Dari kenyataankenyataan ini dapatlah disimpulkan bahwa judul ledawid pada mazmur-mazmur ini tidaklah boleh ditafsirkan sebagai menunjukkan pengarang dalam arti modern.

7.7 Istilah-istilah musik dalam tubuh mazmur

Meskipun tidak termasuk judul, baiklah di sini dibicarakan dua istilah yang, walaupun terdapat dalam tubuh mazmur, mempunyai fungsi yang serupa dengan judul. Kedua istilah itu ialah sela (aslinya sela) dan higayon (aslinya higgayon).

Sela dijumpai dalam 39 mazmur dan seluruhnya berjumlah 71 kali. Ke cuali pada Mzm. 140 dan 143 seluruhnya terdapat pada mazmur-mazmur dalam jilid 1-111. Di luar mazmur terdapat hanya pada Habakuk 3:3, 9, 13. Pada beberapa mazmur istilah ini dijumpai pula sampai 3 kali (Mzm. 3; 32; 46; 66; 68; 77) dan pada Mzm. 89 bahkan sampai 4 kali.

Berbagai tafsiran telah diberikan kepada istilah ini, terutama karena tidak jelas akar katanya. Septuaginta menerjemahkannya dengan diapsalma artinya 'selingan musik'. Tafsiran-tafsiran modern mengartikannya dengan: 1) perhentian untuk menaikkan nada lagu ta s,~r a; a.) perhe ian untuk meng angkat mata dan mengulang kembali~ ~ ) ~ 1aba-ala bag~ umat agar membungkuk dan menyentuh tanah dengan dahinya sebagai tanda hormat, penyembahan dan ketaatan kepada Tuhan. Sela dapat dibandingkan

t dengan rak_'at-daimrr salat dalam agama Islam.

Higayon terdapat hanya dalam Mzm. 9:17 dan bersamaan dengan sela. Akar katanya ialah haga dan dapat berarti 1) menggeram (Yes. 31:4); 2) menciap-ciap (Yes. 38:14); 3) mengeluh dan mengaduh (Yes. 16:7); 4) mendaras dengan suara halus (Mzm. 1:2). Kata Haga dapat pula berarti merenungkan dan higgayon; renungan (Mzm. 19:15; Rat. 3:62). Dalam Mzm. 92:4 kata higgayon dihubungkan dengan kecapi, sehingga harus diterjemahkan "dengan iringan kecapi". Melihat semuanya itu istilah higgayon dalam Mzm. 9:17 mungkin berarti: saat istirahat untuk renungan dan diiringi dengan kecapi.

7.8 Nilai judul dan keterangan lain untuk pengertian mazmur

Dari tinjauan di atas dapatlah dilihat bahwa judul judul yang terdapat pada kepala mazmur bukanlah suatu pengantar kepada isi mazmur. Antara judul dan isi tidak ada hubungan pengertian tentang isi. Walaupun demikian, judul dan keterangan yang lain yang terdapat dalam mazmur memberikan kita suatu pengertian yang lebih mendalam tentang Kitab Mazmur, yakni 1) tentang terjadinya kitab ini (lihat ps. 6.2 dan 6.3); 2) tentang hubungannya dengan liturgi Israel; dan 3) tentang bagaimana mazmur-mazmur itu dahulu agaknya dibawakan.

Meskipun ada banyak pertanyaan yang belum terjawab, namun beberapa judul, terutama yang menyebut nama seseorang, menunjukkan bahwa Kitab Mazmur terbentuk dari kumpulan-kumpulan yang lebih kecil. Hal ini diakui


(17)

bahkan oleh orang yang mengatakan bahwa nama-nama itu ditambahkan pada tahap terakhir redaksi sebagai penafsiran yang bersifat midrasy.

Hubungan antara mazmur dan liturgi adalah jelas dengan sendirinya dari judul judul liturgis. Sebaliknya judul judul musik dan lagu belum tentu me nunjukkan hubungan suatu mazmur dengan liturgi. Namun dari perbandingan dengan Kitab Tawarikh, kita dapat menyimpulkan bahwa judul judul ini ditambahkan dalam hubungan dengan penggunaan liturgisnya. Tawarikh secara jelas menyebutkan alat-alat musik manakah yang harus digunakan dalam liturgi (bnd. 1 Taw. 15:19-21; 2 Taw. 7:6) dan mazmur kerap disebut dalam hubungan ini (bnd. 1 Taw. 16:41;42; 2 Taw. 5:11-14; 7:6). Jadi judul judul musik dan lagu ini ditambahkan ketika mazmur-mazmur itu secara resmi diterima dalam liturgi. Hal ini diperkuat lagi oleh kenyataan bahwa judul-judul tersebut dengan satu-dua kekecualian (yakni Mzm. 109; 139; 140) terdapat hanya dalam ketiga jilid yang pertama (Mzm. 3-89). Mzm. 90-150 tidak membutuhkan tambahan ini karena penggunaannya dalam liturgi cukup jelas.

Bagaimana mazmur-mazmur itu harus dibawakan? Dari judul judul itu je las bahwa mazmur dan musik, mazmur dan nyanyian, tidak dapat dipisahkan. Sayang, mengenai bagaimana mazmur-mazmur itu dahulu dinyanyikan, tidak dapat diketahui lagi.

Sela dan higayon menunjukkan bahwa ada unsur istirahat dalam membawakan mazmur: atau untuk meresapkan dan merenungkan ayat-ayat pokok atau untuk bersujud dan menyembah Tuhan.

8 "

PUISI MAZMUR 8 .1 Apakah puisi itu?

Mazmur berbentuk puisi. Namun apakah puisi itu? Pertanyaan ini tidak mudah dijawab. Karena tidak ada satu definisi pun yang dapat memuaskan semua orang dan mengungkapkan secara tepat keanekaragaman fenomena puisi itu dari segala zaman dan tempat, maka di bawah ini kami mencoba menjelaskannya dalam beberapa kalimat. Puisi adalah suatu fenomena bahasa. Puisi adalah bahasa dalam bahasa, kata dalam kata. Dia bukan saja bekerja dengan kata, tetapi menciptakan kata. Dalam puisi, bahasa bukan saja sarana pengungkapan, tetapi juga isi pengungkapan. Seorang penyair berjuang dengan kata-kata untuk mengungkapkan pengalaman dan pengamatannya. Apa yang dikatakan seorang penyair selalu mengandung bekas dari apa yang tak dikatakan. Dia ingin mendekati kenyataan yang dialaminya secara penuh, namun selalu terhalang oleh kata-kata. Persoalan puisi ialah "berhasil mengatakan apa yang ia katakan dengan cara yang demikian rupa, sehingga dalam waktu yang sama ia menyampaikan apa yang tidak dapat dikatakan" (Jean Claude Renard).

Puisi dapat dikatakan seni bahasa dari ungkapan hati manusia. Kita kerap menggunakan kata seru dalam aneka ragam pengalaman kita. Seorang penyair mengembangkan kata-kata seru itu dengan puisi. Pengalaman itu bukan saja membuat dia berseru tetapi bersuara, berkata dan menjawab. Dalam puisinya itu dia ingin menggerakkan pendengar atau pembacanya untuk ikut serta dalam pengalaman dan pengamatannya.


(1)

Ay. 4 Lain halnya dengan orang fasik. Dengan tandas dan tegas pemazmur berkata bahwa hidup orang fasik tidak akan menghasilkan buah dan akan layu karena "mereka seperti sekam yang ditiupkan angin" (tentang gambaran ini, bnd. 35:5; Ayb. 21:18; Yestm- 17:13; 29:5; Hos. 13:3; Zef. 2:2. Kata Ibrani yang sama diterjemahkan oleh LAI dengan "sekam", "dedak", "debu jerami"). Hidup mereka sebenamya kosong dan tidak bernilai.

Ay. 5 Maksud ayat ini tidak terlalu jelas. Pengadilan mana gerangan yang dimaksud? Pengadilan pada hari Tuhan (bnd. mis. Mal. 4:1 [Ibr. 3:19]: "Bahwa sesungguhnya hari itu datang ... maka ... setiap orang yang berbuat fasik menjadi seperti jerami ...") ataukah hukuman yang sekarang akan dialami di dunia ini dan dalam hidup ini? Bagaimanapun juga orang fasik akan dikucilkan dari "perkumpulan orang benar". Pada pengadilan ini keadaannya akan terbalik: "orang fasik yang sekarang mengalami kesukaan persaudaraan da lam kefasikan (ay. 1) akan mengalami kesepian. Mereka akan dicerai-beraikan seperti sekam yang diterbangkan anging (ay. 4); sebaliknya orang yang sekarang mengalami "kesepian" merenungkan Taurata Tuhan akan membentuk suatu jemaah orang benar.

Ay. 6 Ayat ini memberikan pendasaran teologis sebagai kesimpulan dari

segala sesuatu yang telah dikatakan. Buah yang pasti, mei x dan sec~ar~ teratur r, _ ~

dihasilkan oleh orang yang selalu merenungkan Taurat Tuhan

karEna "Tuhan mengenal jalannya", artinya mencintainya. Barangsiapa yang mencA TPan untuk mendengarkan ~al~da-Nya (ay. 2), dia dicintai Tuhan (ay. 6a) Taurat Tuhan adalah tandaYl~`ali'yang mencintai manusia karena sabda-Nya adalah sabda cinta. Berbahagialah orang yang kesukaannya ialah Taurat Tuhan! ~ ,

Sebaliknya'orang fasik, kafena hidup tanpa Tuhan tanpa tanda kehadiran,6, T-tdhan, dengan sendirinya akan mengalami kebinasaan (ay. 6b). Di sini tidak dikatakan bahwa Tuhanlah yang menimpakan 'kebinasaan tersebut (bnd. 73:27; 146:9).

D . R e n u n g a n

Mazmur pertama ini menyanjung puji orang "yang kesukaan~n~~ ~a ialah Taurat Tuhan dan yang merenungkan Taurat itu siang dWmalarr~":"Berbahagialah

orang itu karena dia menemukan dan memperoleh kehidupan. Dia berakar

dalam air kehidupan karena Tuhanlah sumbernya. "Sesungguhnya Tuhan mengenal jalan" itu.

Inti pemyataan Mzm. 1 ini sangat dekat dengan gagasan-gagasan yang diungkapkan dalam Sir. 24:23-29, 30-34; 39:1-11 dan Bar. 3:9-4:4. Yesus bin Sirakh mengidentifikasikan kebijaksanaan yang terbit "dari mulut Yang Mahatinggi" (24:1) dengan Kitab Perjanjian atau Taurat Musa. Kekayaan kebijaksanaan yang terkandung dalam Taurat ini dibandingkan dengan aliranaliran sungai yang mengairi~F~Iden (24:25-29) bnd. Kej. 2:11-14). Metafor Mzm. 1:3 mengingatkan kita kepada gambaran ini. Apabila dalam 24:30-34 Yesus bin Sirakh membandingkan dirinya dengan selokan yang bermuara di taman Taurat dan yang mengalirkan kebijaksanaannya dan apabiia,dalam 39:1-11 dia menyanyikan kebahagiaannya sebagai "orang yang menyeraYdcan dirinya ... kepada Taurat dari Yang Mahatinggi dan merenungkan serta mempelajarinya" (39:1), maka Mzm. 1 adalah seruan kebahagiaannya. giaannya. Yesus bin Sirakh dapat kita katakan suatu bukti alkitabiah yang hidup dari kebenaran pemyataan Mzm. 1. Bar 3:9-4:4 adalah suatu seruan kepada Israel di zaman sesudah pembuangan untuk kembali kepada sumber kebijaksanaan yang juga di sini seperti dalam Sirakh diidentifikasikan dengan hukum Taurat (4:1). Barangsiapa yang berpegang pada Taurat, dia memperoleh kehidupan. Berbahagialah Israel karena telah dinyatakan kepadanya apa yang berkenan kepada Tuhan (4:4).

Barangkali untuk mengerti pemyataan Mzm. 1 dengan lebih bail, perlu kita lihat apa yang dikatakan para redaktur masing-masing tentang Kitab Hosea dan Sirakh. Mengenai Hosea para redaktur berkata:

Siapa yang bijaksana, biarlah ia memahami semuanya ini, siapa yang paham, biarlah ia mengetahuinya;

sebab jalan-jalan Tuhan adalah lurus,

dan orang benar berjalan di dalamnya, tetapi pemberontak tergelincir di situ (14: 10)

Dengan kata-kata ini para redaktur mau mengundang siapa saja yang bijak untuk membaca dan merenungkan Kitab Hosea yang sukar ini, karena kitab ini merupakan suatu kesaksian tentang jalan jalan Tuhan, artinya rencana (bnd. Yes. 55:8-9) dan perintah-Nya (bnd. mis. Ul. 5:33; 8:6; 11:28). Orang benar mengikuti jalan ini. Dia tidak berjalan di jalan orang fasik (Mzm. 1:1V. Hal yang serupa dikatakan pula tentang merenungkan kitab Sirakh: "Berbahagialah orang yang menyibukkan diri dengannya (bnd. Mzm. 1:2) dan


(2)

dengan menaruhnya di dalam hatinya menjadi bijaksana. Jika dilaksanakan nya, ia menjadi kuat dalam segala-segalanya (bnd. Mzm. 1:3), sebab cahaya Tuhanlah yang menjadi jalannya "(bnd. Mzm. 1:6a; Sir. 50:28-29).

Teks-teks Hosea dan Sirakh menunjukkan bahwa sumber kebijaksanaan dan hidup tidak hanya terdapat dalam taurat Musa karena kitab-kitab yang lain pun menyatakan "jalan jalan Tuhan". "Taurat Tuhan" dalam Mzm. 1 haruslah diartikan lebih luas dari 'Taurat Musa. Taurat ialah "segala yang keluar dari mulut Tu,han" (Ul. 8:3). Kitab Suci adalah tandanya yang hidup.

Seruan kebahagiaan Mzm. 1 mengingatkan kita kepada kata-kata Kristus: "Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan fi.wan Allah dan yang memeliharanya". (Luk. 11:28; bnd. Yak. 1:19-25. Why. 1:3: "Berbahagialah ia yang membacakan dan mereka yang mendengarkan kata-kata nubuat ini dan yan menuruti apa yang tertulis di dalamnya, sebab waktunya sudah dekat". Luk. 8:15 dan paralel; Mat. 7:21, •26; Rm. 2:13; 1 Yoh. 3:18). Maria, ibu Yesus, adalah teladan utama orang yang mendengarkan sabda Allah dan melaksanakannya (bnd. Luk. 1:45; 2:19, 51). Apabila kita melaksanakan sabda Allah, kita membentuk suatu keluarga baru, yakni keluarga Kristus (Luk. 8:21; Mat. 12:50; Mrk. 3:35). Tuhan sendiri akan datang dan berse -mayam di dalam hati kita (Yoh. 14:23-24). Kita menjadi bait kediaman Allah. Di dalam Dia yang bersemayam dalam hati kita, kita dapat mempersembahkan ibadah yang sejati (Rm. 12:1). "Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu bagaimana sebenamya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan" (Rm. 8:26). Mzm. 1 adalah pengantar doa Kristen yang sejati.

MAZMUR 2

0

f,iTC&

HAI PEMIMPIN-PEMIMPIN DUNIA, ABDILAH TUHAN

.

M2.tvL

1 Mengapa rusuh bangsa-bangsa,

mengapa suku-suku bangsa mereka-reka perkara yang sia-sia?

` 2 Raja-raja dunia bersiaD sia . '

t~er

dan para pembesar hra!~g~bersama-sam.a heRck°"JW melawan TutmN dan yang diurapi-Nya:

'c.._.3 "Marilah kita memutuskan belenggu-belenggu mereka f - dan membuang tali-tali mereka dari }ada-kita!"

4 Dia, yang bersemayam di sorga, tertawa; J K i ~,,

Tuhan mengolok-olok mereka.

5 Maka berkatal~ I~kepada mereka dalam murka-Nya dan r~en"Vjutkan mereka dalam kehangatan amarah-Nya:

6"Akulah yang telah melantik raja-Ku di Sion, gunun ,ang kudus!" 7Aku mau w1`' I C~'~~ ~ k t a an~ N;

Ia berkata kepadaku:

zau! ,

prhrwFLA-1 y~ 4e s° ks , an Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini.)a-E u tiiKRwr. • ,

8 Mintalah kepada-Ku,

maka bangsa-bangsa akan Kuberikan kepadamu menjadi milik pusakamu, dan ujung bumi menjadi kepunyaanmu.

9 Engkau akan meremukkan mereka dengan gada besi

memecahkan mereka seperti tembikar tukang periuk." ~ SY;a 10 Oleh sebab itu, hai raja-raja, bertindaklah bijaksana,

terimalah pengajaran, hai para hakim dunia!

11 Be~,bad., 1. ead a TUHntv dengan takut datf ' . .. . • ~ dengan gemetar, 12 supaya Ia jangan murka dan kamu binasa di jalan, sebab mudah

sekali murka-Nya menyala. Berbahagialah semua orang yang berlindung pada-Nya!


(3)

A. N a s k a h

Ayat 2

"melawan Tuhan dan yang diurapi-Nya" mungkin merupakan suatu tambahan untuk menerangkan tujuan permufakatan tersebut dan siapakah "mereka" dalam ayat 3 (H.J. Kraus, 11).

Ayat 6

Menurut Septuaginta: "Tetapi aku telah dilantik menjadi raja-Nya". Bacaan ini diikuti oleh sementara penafsir, namun tidak dapat dibenarkan. Sesuai dengan bentuk dan "jenis" mazmur ini maka bacaan teks Ibrani haruslah diikuti.

Ayat I1 b-12a

kedua baris ini menimbulkan banyak kesulitan. Ayat 11 b "ber-sukacitalah dengan gemetar", menurut naskah Ibrani bagi cukup banyak penafsir, menimbulkan kesulitan karena kesukaan tidak dapat disesuaikan dengan ketakutan terhadap murka Tuhan. Namun lihat eksegese. Juga

TOB

dan

La Bibbia

tetap mempertahankan bacaan ini.

Ayat 12

"ciumlah putera" rasanya sukar diterangkan; kata "putera" yang digunakan dalam naskah Ibrani adalah kata Aram bar dan bukan kata Ibrani ben seperti pada ay. 7. Terjemahan Alkitab mengikuti usul "perbaikan" teks dari Bertholet. Usul ini sekarang cukup banyak diterima. Namun pada hemat kami, "perbaikan" ini rasanya agak sewenang-wenang karena mengandaikan petpindahan kata-kata yang cukup besar. Barangkali kata-kata "ciumlah putera" merupakan suatu tambahan untuk "melengkapi" gagasan pada ayat 11 dengan penghormatan' kepada "putera Tuhan" pula.

B. Bentuk, jenis dan latar belakang

Nyanyian ini terdiri dari empat bait dan setiap bait terdiri dari tiga ayat: ayat 1-3, lukisan (keheranan raja) tentang permufakatan bangsa-bangsa melawan Tuhan dan yang diurapi-Nya; ayat 4-6, pernyataan tentang reaksi Tuhan atas permufakatan tersebut; ayat 7-9, pernyataan raja tentang kekuasaan yang diberikan Tuhan kepadanya; ayat 10-12, peringatan raja kepada pemimpin dunia untuk bertindak bijaksana.

Beberapa manuskrip Yunani dari Kis. 13:33 menyebut Mzm. 2 ini sebagai Mzm. 1. Dahulu tradisi Yahudi melihat kedua mazmur ini sebagai satu mazmur. Harus diakui bahwa baris ketiga dari 2:12 membentuk semacam inklusi dengan 1:1. Di samping itu masih ada kontak perbendaharaan kata (bnd. mis.

2:12 dengan 1:6a). Meskipun rasanya 119:23-24 menguatkan tradisi Yahudi ini, namun tidak dapat diterima pendapat yang mengatakan bahwa kedua mazmur ini merupakan satu m ur atau disatukan untuk digunakan dalam liturgi penobatan raja. Tem ~~ . 2 berbeda dengan Mzm. 1.

Nyanyian ini termasuk "jenis" mazmur raja. Penyanyinya jelas raja. Namun kapan nyanyian ini dibawakan? Mungkin pada hari pemahkotaan raja. Hal ini didukung oleh ayat 1-3. Biasanya apabila ada pergantian takhta rajaraja taklukan mengadakan permufakatan untuk memberontak. Namun mungkin pula pada hari ulang tahun pemahkotaan tersebut. Hal ini diisyaratkan oleh ayat 7 yang rupanya menunjuk kepada apa yang telah terjadi.

Kapan mazmur ini dikarang sukar dipastikan. Berdasarkan satu dua kata -bahasa_ram yang terdapat dalam mazmur ini ada yang berpendapat bahwa nyanyian ini berasal dari zaman sesudah pembuangan. Namun di lain pihak, tidak ada argumen yang cukup kuat untuk menentang pendapat sebagian besar penafsir yang melihat nyanyian ini sebagai berasal dari zaman kerajaan. Pengarangnya adalah seorang penyair yang cukup berbakat.

C. Ta fs ira n

Ay.

1-3 Nyanyian ini dibuka dengan suatu pertanyaan keheranan sang raja melihat kegaduhan bangsa-bangsa tetangga yang berada di bawah taklukannya (ay. 1). Raja-raja atau para pemukanya (bnd. Hak. 5:3; Ams. 8:15; 31:4; Hab. 1:10 di mana kedua kata itu dipakai sejajar) bangkit berkumpul dan mengadakan suatu permufakatan (ay. 2). untuk membebaskan diri dari kungkungan hidup sebagai oran~ taklukan (ay. 3). Raja heran melihat permufakatan pemberontakan ini, karena hal itu tidak lain daripada suatu tindakan yang'sia-sia;`-~F~' yang pasti akan gagal. Permufakatan itu tidak lain dari 5'suatu kegaduhan (ay. 1). Mengapa? Karena tepat seperti yang dikatakan oleh penafsir mazmur ini perbuatan itu tidak lain daripada "melawan Tuhan dan yang diurapi-Nya" (ay. 2). Raja ialah "yang diurapi Tuhan" (lihat Pengantar

S.

8; Saul: 1 Sam. 24:7, 11; 26:9, 23 dikatakan bahwa "yang diurapi Tuhan" tidak dapat dijamah: "Jangan musnahkan dia, sebab siapakah yang dapat menjamah yang diurapi Tuhan, dan bebas dari hukuman?" (1 Sam. 26:9); dalam 1 Sam. 16:13 dikatakan bahwa Daud, sesudah pengurapan oleh Samuel, dikuasai oleh Roh Tuhan).


(4)

Pernyataan ayat 1-3 menimbulkan pertanyaan, manakah kiranya latar belakang sejarah dari kekuasaan raja Israel atas raja-raja dunia? Apakah ini suatu kenyataan atau suatu cita-cita? Sejarah membuktikan bahwa hanya di bawah pemerintahan Daud dan Salomo Israel tampil sebagai suatu kemaharajaan dengan menundukkan banyak kerajaan sekitarnya. Apakah nyanyian ini berasal dari tahun pergantian takbta Salomo? Mungkin. Tetapi masih ada keterangan lain. Israel melihat rajanya sebagai "putera/anak Allah" (ay. 7). Dia adalah raja yang dilantik Tuhan (ay. 6). Sebagai putera/anak Allah" (bnd. 2 Sam. 7:14) dia mendudukikakhta kerajaan Tuhan di dunia ini" (lihat versi ahli tarikh dari firman Tuhan yang harus disampaikan Nabi Natan kepada Daud: "Dan Aku akan menegakkan dia dalam rumah-Ku dan dalam kerajaanKu untuk selama-lamanya dan takhtanya akan kokoh untuk selama-lamanya" (1 Taw. 17:14 dan bnd. 2 Sam. 7:16). Karena dia menduduki takhta kerajaan Tuhan) maka kekuasaan Tuhan atas bangsa-bangsa dan raja-raja dunia diberikan kepadanya

(lihat 2:8). Dari sebab itu ayat 1-3 dapat bersifat pernyataan iman melulu, suatu pernyataan yang dapat diucapkan oleh setiap raja Israel pada hari pemahkotaannya. Pernyataan ini bukan tanpa dasar sejarah, yakni kerajaan Raja Daud dan Salomo.

Ay.

4-6

Karena permufakatan raja-raja dunia melawan "yang diurapi Tuhan" itu akhirnya dan pertama-tama melawan Tuhan sendiri, maka dalam bait kedua pemazmur membawa mata iman kita ke surga, kepada Sang Raja yang mengatasi segala kekuasaan di dunia ini. Tuhan, sang Raja, bukanlah Allah yang tidak memperhatikan usaha pemberontakan raja-raja dunia ini. Dia menertawakan mereka (ay. 4; mengenai gambaran ini, bnd. 37:13; 59:9). Dia bukan saja menertawakan mereka jauh di surga sana, tetapi akan menyatakan kekuasaan-Nya (ay. 5) dengan memberitahukan kepada mereka siapakah sebenarnya raja Israel itu (ay. 6). Bukan manusia yang melantik raja Israel, tetapi Tuhan sendiri. Tuhan menyebutnya "raja-Ku", artinya: yang Kurajakan. Bukan di sembarang tempat raja Israel dil ti~tapi di Sion, gunung-Ku yang kudus". Sion (mungkin berarti kering~ashnya ialah kota orang Yebus yang direbut Daud (2 Sam. 5:7: "Tetapi Daud merebut kubu pertahanan Sion (yaitu kota Daud)"; lihat selanjutnya ayat 9). "Kubu pertahanan Sion" ini terletak di atas bukit. Daud memindahkan tabut perjanjian ke bukit ini (2 Sam. 6:12-13), namun Bait Suci didirikan oleh Salomo ke aralf sebelah utara bukit Sion ini. Nama Sion kerap digunakan untuk menunjukkan Yerusalem sebagai kota Allah, tempat Allah bersemayam di bait-Nya yang suci. Sion disebut

"gunung-Ku yang kudus" karena bait Allah yang terdapat di sana (bnd. Mi. 3:12; "gunung Bait Suci"; Yes. 2:2 = Mi. 4:1; "gunung rumah Tuhan"; Yes. 2:3 = Mi. 4:2; Yes. 30:29; Za. 8:3; Mzm. 24:3: "gunung-gunung Tuhan").

Menarik bahwa di sini secara tandas raja Israel dihubungkan dengan Sion sebagai kota kediaman Allah. Kita baru mengerti pernyataan ayat 6 itu secara mendalam, apabila kita merenungkannya dalam hubungan dengan "nyanyiannyanyian Sion". Sion adalah "kota Raja Besar" (48:3). Dari Sion Dia merajai, "Dia yang dahsyat bagi raja-raja di bumi" (76:13).

Ay. 7-9 Setelah mengangkat mata iman para pendengar ke surga, raja dalam bait ketiga

membacakan suatu keputusan Tuhan. Bait ini mungkin ber

' arkan salah satu bagian dari upacara pemahkotaan di mana kepada raja disampa firman Tuhan ini: "Putera-Ku/Anak-Kulah engkau, pada hari ini Aku telah memperanakkan Engkau" (ay. 7). Raja adalah putera Tuhan dan Tiahan adalah Bapanya (2 Sam. 7:14/ 1 Taw. 17:13; 22:10; 28:6; Mzm.

,$9:27). Gagasan raja sebagai putera dewa terdapat terutama di Mesir. Raja dilahirkan dari persenggamaan dewa dengan permaisuri raja. Namun gagasan , kelahiran biologis dan mitis ini tidak terdapat di Israel. Raja Israel menjadi putera Tuhan "~ada hari~ni'', artinya pada hari permahkotaan (tentang istilah "hari ini", bnd. Ul. 5:3; 26:16-18; 30:19). Hal itu disampaikan kepadanya. Ada yang menafsirkan pemyataan itu sebagai suatu "pengangkatan" (adopsi) oleh Tuhan, namun menurut sementara sarjana istilah ini kurang tepat karena gagasan "adopsi" tidak dikenal di Israel. Lebih baik dikatakan "suatu unsur mitis telah dialihkan ke dunia metafor" (H. Donner).

Berdasarkan finnan pengangkatannya menjadi putera Allah tersebut raja mempunyai hak dan kewajiban istimewa. Hal itu mungkin terkandung dalam istilah "keputusan" yang mungkin berarti "perjanjian" (bnd. 105:10-11; Yes. 24:5 di mana kata "keputusan" terdapat sejajar dengan "perjanjiaii"). Perjanjian ini mempunyai ciri-ciri suatu hubungan antara bapak dan anak

(bnd. 2 Sam. 7:14-15). Dari pihak Tuhan ada janji dan kesetiaan, sedang dari raja ada hak yang diberikan dan kewajiban yang dituntut. Manakah hak raja itu? Dia dapat memohon dari Tuhan, Bapanya, kekuasaan atas raja-raja di seluruh bumi (ay. 8; bnd. 18:44-48; 72:8-11; 89: f~. Tuhanlah yang "memi

c~uxo~k p a

liki segala bangsa" (82:8), maka kepada putera angsa-bangsa itu diberikan sebagai milik pusaka dengan menaklukkan mereka (ay. 9). Raja adalah gembala (mengenai Daud: 78:71-72; mengenai raja yang dinantikan: Yer. 23:4; Yeh. 34:23-24; 37:24; Mi. 5:30). Tongkat adalah lambang kekuasaannya


(5)

(45:7) dan besi adalah lambang kekerasan (bnd. Ul. 28:48). Peremukan tem bikar yang telah ditulisi nama musuh-musuh beserta kata-kata kutukan adalah lambang penghancuran mereka. Perbuatan simbolis ini mungkin dilakukan pula pada upacara pemahkotaan raja.

Ay. 10-12

Setelah menerangkan siapakah dia sebenarnya dalam hubungannya dengan Tuhan, raja dalam bait terakhir seperti menarik suatu kesimpulan dan memberikan suatu peringatan dan ajakan kepada raja-raja yang di sini disebut "para hakim dunia" (148:11; Ams. 8:16; Yes. 40:23). Mereka diperingatkan untuk bertindak bijaksana, artinya: membiarkan dirinya ditegur dan diajar. Apa isi teguran tersebut? Isinya ialah supaya mereka mengabdi Tuhan dengan takut. "Mengabdi" berarti mengakui Tuhan sebagai Allah. Alternatif mengabdi pada Tuhan ialah mengabdi pada allah-allah lain. Raja raja diajak untuk mengabdi pada Tuhan "dengan takut" (bnd. 100:2 di mana seluruh bumi diserukan untuk mengabdi pada Tuhan "dengan sukacita") artinya dengan menyadari keagungan T a&. 1~eaksi pertama manusia di hadapan keagungan kehadiran Tuhan ialahakut (bnd. 5:8: "Tetapi aku ... sujud menyembah ke arah bait-Mu yang kudus dengan takut akan Engkau"). Dalam , baris kedua, mereka diajak untuk "bersukacita dengan gemetar". Kata "ber sukacita" (giO dipakai hampir melulu dalam Mazmur dan teks-teks kenabian yang bernada mazmur. Kata ini biasanya terdapat dalam konteks reaksi manusia atas suatu perbuatan keselamatan yang dikerjakan Tuhan (9:15; 35:9). Sebaliknya "gemetar" digunakan dalam konteks reaksi orang berdosa yang berada dekat kehadiran Allah (Yes. 33:14), orang-orang kafir menyaksikan keagungan Sion (48:7), penduduk Kanaan mendengar karya-karya agung yang dikerjakan Tuhan (Kel. 15:15), Elifas karena penglihatannya di waktu malam (khayal malam, Ayb. 4:13) dan seorang yang ditindas karena kengerian maut yang mendekat (Mzm. 55:5). Seruan "bersukacitalah dengan gemetar" mau mengungkapkan sekaligus kegembiraan seorang yang mengabdi kepada Tuhan, Allah Israel, dan kegentaran seorang yang menolak-Nya (bnd. Yes. 33:14). Raja-raja dunia diserukan untuk mengabdi kepada Tuhan

t/n!uk

dengan menghentikan segala rencana dan usaha merekarmelawan, supaya mereka tidak binasa oleh murka-Nya yang "mudah sekali menyala" (bnd. 86:15; 103:8; 145:8 di mana dikatakan bahwa Tuhaiyitu "panjang sabar"). Kemerdekaan yang u~diperoleh bukan terletak dalam pemberontakan melawan Tuhan, tetap mencari perlindungan pada-Nya: "Berbahagialah semua orang yang berlindung pada-Nya" (bnd. 34:9; 31:20; 118:8-9).

D . R e n u n g a n

Mzm. 2 adalah nyanyian raja pada hari pemahkotaannya atau hari ulang tahun t;pernahkotaan tersebut. Inti pernyataan mazm.ur, iW .ialah mengenai hubungan aapra--raja-raja dunia dengan kekuasaan Tuhan dan yang diurapi-Nya.`~ ' Permufakatan melawan dan untuk membebaskan diri dari kekuasaan raja Israel secara langsung adalah suatu pemberontakan melawan Tuhan karena raja Israel telah ditetapkan menjadi putera Tuhan sendiri. Dia dilantik oleh Tuhan dan tempat kekuasaannya ialah di Sion dan dari Sion, kota tempat kediaman Tuhan. Dia diberi kekuasaan untu~ menjadikgn bangsa-bangsa milik

_Jpusakanya. Kekuasaan raja Israel tidak dapat dimengerti lepas dari kekuasaan Tuhan. Tujuan mazmur ini dapat lebih tepat dikatakan pengakuan akan Tuhan sebagai Allah yang mengurapi dan melantik raja-Nya di Sion. Gagasan ini menguasai seluruh mazmur dan mencapai puncaknya pada bait keempat. Pada ,bait terakhir ini raja sama sekali tidak disebut. Penyanyi utama dan pertama mazmur ini dalam Perjanjian Baru ialah Kristus sendiri. Iman Kristen sejak gereja para rasul telah melihat bahwa apa yang diungkapkan dalam mazmur ir~i terpenuhi secara sempurna dalam diri

prt~- b~ on ~.

Tuhannya, Yesus Kristus. Yesus~an Nazaret diberi kekuasaan untuk menduduki takhta kerajaan Daud, bapak leluhur-Nya. Dia disebut "Putera/Anak Yang Mahatinggi" (Luk. 1:32). Pada hari kebangkitan-Nya Allah bersabda kepada-Nyw "Puteraku/Anak-Ku Engkau! Aku telah memperanakkan Engkau pada hari ini!" (Kis. 13:33; Ibr. 1:5). Pada hari kebangkitan-Nya Dia "ditetapkan, menurut Roh kekudusan, menjadi putera/Anak Allah yang berkuasa karems-~-ke>angkitwr-3,lya- dari_ antara--erang--xaati-, Yesus Kristus Tuhan kita". (Rm. 1:4; bnd. Flp. 2:6-11 dan Kis. 2:36: "Jadi seluruh kaum di Israel harus tahu dengan pasti bahwa Allah telah membuat Yesus, yang kamu salibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus"). Pada hari itu diberikan kepada-Nya "segala kuasa di surga dan di bumi" (Mat. 28:18).

Tindakan kekuasaan-Nya yang pertama ialah mengutus murid-murid-Nya ke seluruh bumi untuk menjadikan semua bangsa murid-Nya dengan memasukkan semua orang yang percaya ke dalam persekutuan kehidupan Allah melalui sakramen baptisan serta mengajar mereka melaksanakan segala ajaran-Nya (Mat. 28:19-20). Kerajaan-Nya "bukan dari dunia ini" (Yoh. 18:36). Kerajaan-Nya adalah kerajaan cinta kasih (Mat. 25:31-46). KerajaanNya diwujudkan apabila kita menerima Dia sebagai pernyataan cinta kasih


(6)

Allah kepada manusia (Yoh. 3:16; 18:37). "Bapa mengasihi Putera/Anak dan telah menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya. Barangsiapa percaya kepada i PuteralAnak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa tidak taat kepada Putera/Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di

atasnya" (Yoh. 3:35-36). Apabila kita menyanyikan mazmur ini, kita dapat memohon supaya kera

jaan Allah datang di atas bumi seperti yang diajarkan oleh Tuhan Yesus sendiri: "Bapa, dikuduskanlah nama-Mu, datanglah kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu i sepel ' di sorga"~Luk 11:2; Mat. 6:9-10). Memang kerajaan Allah-b~'kala'. 4'3^eg-4~erdasarkanVlcekuasaan dan kekerasan, namun kerajaan ini terus-menerus mendapat perlawanan. Hal ini sudah dialami oleh gereja para rasul dan mereka mengingat mazmur ini (Kis. 4:23-31). Pemberontakan terhadap raja-raja d¢p dinasti Daud adalah kiasan dari perlawanan yang dilakukan Herodes, Pontius Pilatus dan bangsa-bangsa terhadap Yesus. Sekarang umat dilarang dan diancam dengan hukuman untuk memberitakan Yesus. Ancaman ini tidak mengendorkan semangat mereka. Mereka sebaliknya ber doa agar diberi keberanian untuk memberitakan fuman Allah tanpa gentar. Tuhan mendengarkan doa mereka. Seluruh jemaah yang berdoa lalu dipenuhi dengan Roh Kudus dan mereka "memberitakan firman Allah dengan berani" (Kis. 4:31).