Nama dan tempat Mazmur dalam kanon Ibrani Nama dan tempat Mazmur dalam kanon Kristen Mazmur dan Perjanjian Baru

~Ti- fz~ NAMA, TEMPAT DAN ARTI MAZMUR DALAM KANON

5.1 Nama dan tempat Mazmur dalam kanon Ibrani

Jemaat jemaat Yahudi yang berbahasa Ibrani atau Aram menyebut Kitab Mazmur sefer tebillim, artinya kitab puji-pujian, atau singkatnya tellillim. Dalam bahasa Arab doa pujian disebut tahlil dan kata ini telah masuk dalam perbendaharaan bahasa Indonesia. Sementara umat Kristen di Indonesia menerjemahkan kata tersebut dengan nyanyian pujian. Nama tekllim dengan jelas menunjukkan bahwa Kitab Mazmur dipakai sebagai buku nyanyian dan doa dalam ibadat Yahudi. Sebagai judul buku istilah nyanyian pujian kiranya kurang tepat karena selain pujian Kitab Mazmur terdiri atas berbagai jenis nyanyian dan doa seperti permohonan, pernyataan kepercayaan dan renungan. Judul ini dapat dipahami hanya apabila kita mengerti setiap doa dan renungan sebagai pengakuan akan keagungan Tuhan. Hal itu tampak cukup jelas dalam ibadat. Doadoa permohonan dan kepercayaan mazmur sendiri kadang-kadang ditutup dengan suatu pemyataan pujian kepada Tuhan. Mungkin itulah alasannya mengapa kitab ini disebut tehilim. Tradisi Yahudi menggolongkan Mazmur dalam kelompok ketubim, artinya kitab-kitab lain. Dalam kodeks-kodeks yang terkenal, Mazmur selalu menempati urutan pertama. Apakah kumpulan-kumpulan ini pernah disebut sebagai Mazmur Mowinckel, 11, 198; L. Sabourin 1, 2, sangat diragukan, karena penulis-penulis Perjanjian Baru termasuk Lukas 24:44 memakai Septuaginta dan bukan Perjanjian Lama dalam bahasa Ibrani. Mazmur disebut

5.2 Nama dan tempat Mazmur dalam kanon Kristen

Sebagaimana telah dikatakan di atas, gereja para rasul menggunakan Kitab Suci berbahasa Yunani, yakni Septuaginta. Dalam Septuaginta kitab mazmur ini disebut Psalmoi, artinya: nyanyian-nyanyian yang biasanya diiringi dengan musik, khususnya kecapi. Kata psalmos adalah terjemahan dari kata Ibrani mizmor yang dipakai sebagai judul dalam 57 mazmur lihat ps. 7 di bawah. Kata Indonesia mazmur berasal dari bahasa Arab. Artinya tepat sama dengan kata mizmor. Nama yang dipakai oleh Septuaginta ini kemudian diambil-alih oleh Perjanjian Baru Luk. 20:42; 24:44; Kis. 1:20; 13:33 dsb. dan sejak waktu itu menjadi nama yang lazim dipakai oleh orang Kristen. Di samping mazmur, Al-Quran juga menggunakan istilah zabur yang berarti kitab dari akar kata zbr, artinya: menyalin suatu buku. Jelas bahwa istilah zabur ini kurang tepat. Dalam tradisi Kristen, Mazmur digolongkan dalam kelompok kitab-kitab kebijaksanaan dan nyanyian. Dalam urutan kelompok tempatnya sesudah Kitab Ayub.

5.3 Mazmur dan Perjanjian Baru

Dari kitab-kitab Perjanjian Lama, Mazmur termasuk yang paling banyak dikutip oleh pengarang-pengarang Perjanjian Baru, baik secara langsung maupun tidak. Paling tidak ada sekitar 360 kutipan Perjanjian Lama. Sejumlah 112 diambil dari Mazmur L. Sabourin I, 169-175 menyusun daftar tentang hal itu. Kutipan-kutipan yang palu}g banyak terdapat dalam surat-surat St. Paulus, surat kepada orang Ibrani, keempat Injil, Kisah Para Rasul dan Wahyu. Dalam surat-surat St. Paulus, kutipan-kutipan itu diambil untuk menjelaskan berbagai aspek dari hidup Kristen, sedang dalam surat kepada orang Ibrani, keempat Injil, Kisah Para Rasul dan Wahyu kutipan-kutipan tersebut dipakai untuk menerangkan misteri Kristus. Kutipan-kutipan ini dan artinya akan kita lihat kemudian dalam refleksi teologis dari mazmur-mazmur yang TERJADINYA KITAB MAZMUR 6.1 Pembagian dalam panca jilid Kitab Mazmur tidak dikarang oleh satu orang saja dan proses terjadinya adalah panjang dan rumit. Hampir tidak mungkin menerangkan seluruh proses terbentuknya secara pasti, namun suatu garis besar dapat diberikan di sini. Kita akan mulai dengan bagian yang paling jelas sampai kepada yang kurang jelas. Hal yang pertama tampak ialah bahwa kitab ini terbagi atas lima jilid atau buku. Pembagiannya adalah sebagai berikut: jilid L Mzm. 1-41; jilid 11: Mzm. 42-72; jilid III: Mzm. 73-89; jilid IV: Mzm. 90-106; jilid• V: Mzm. 107-150. . Apa dasar pembagian dalam panca jilid ini? Apa tujuannya? Apakah ada prinsip kesatuan dalam masing-masing jilid? Pertanyaan-pertanyaan ini kita ajukan untuk mengerti kitab ini dengan lebih baik. Harus diakui bahwa sukar ditemukan prinsip kesatuan dalam masing- masing jilid. Yang dapat dicatat hanyalah satu dua kenyataan literer seperti berikut. Pertama, setiap jilid diakhiri dengan suatu doksologi, masing-masing terdapat pada Mzm. 41:14; 72:18-19; 89:53; 106:48 dan dalam seluruh Mzm. 150. Harus diakui bahwa doksologi dalam jilid V ini berbeda sifatnya dengan doksologi-doksologi yang lain.

6.2 Kitab Mazmur terbentuk dari kumpulan-kumpulan yang lebih kecil