lihat keterangan pada ps. 6.4.
:•
Nyanyian untuk hari Sabat aslinya
syir leyom hassabat:
terdapat pada Mzm. 92. Tidak dapat disimpulkan bahwa nyanyian ini aslinya dikarang untuk hari sabat.
Dalam Septuaginta judul dengan nama hari masih diberikan pada beberapa mazmur lain: Mzm. 24, untuk hari Minggu; 48, untuk hari Senin; 94, untuk hari Selasa dan 93, untuk hari Jumat.
7 .6 Ketera nga n tenta ng  la tar bela ka ng mazmur
Dalam 14 mazmur Mzm. 3; 7; 18; 34; 51; 52; 53; 54; 56; 57; 59; 60; 63; 102  dan 142 kita   menjumpai   keterangan   yang   cukup   panjang   tentang   latar   belakang   dari   mazmur-
mazmur   yang   bersangkutan.   Kecuali   Mzm.   102   ketiga  belas   mazmur   yang   lain dihubungkan   dengan   Daud   dan   ditafsirkan   sebagai  karangan   Daud   atau   bisa   juga
digunakan sebagai doa oleh Daud. Mazmur-mazmur ini dihubungkan dengan salah satu peristiwa   dalam   hidup   Daud  seperti   yang   dapat   dibaca   dalam   Kitab   Samuel.   Mzm.   38
dihubungkan dengan suatu perbuatan kultis Raja Daud yang dapat terjadi berulangkali.
Apabila   kita   membandingkan   keterangan   sejarah   pada   judul   mazmur   dengan  mazmur yang bersangkutan, maka pada hampir semua mazmur sukar  sekali disimpulkan dari kata-
katanya kejadian yang disebutkan dalam judul itu. Bahkan ada mazmur yang menyebut Bait   Suci   yang   belum   ada   pada   zaman   pemerintahan   Daud   Mzm.   18:7;   52:10;   bnd.
51:16-19. Dapat ditanyakan apakah Mzm. 60 yang menyebut penderitaan hebat yang dialami   Israel  kekalahan   di   Edom?   mungkin   berasal   dari   zaman   Daud.   Dari
kenyataankenyataan ini dapatlah disimpulkan bahwa judul
ledawid
pada mazmur-mazmur ini tidaklah boleh ditafsirkan sebagai menunjukkan pengarang dalam arti modern.
7.7 Istilah-istilah musik dalam tubuh mazmur
Meskipun tidak termasuk judul, baiklah di sini dibicarakan dua istilah yang,  walaupun terdapat   dalam   tubuh   mazmur,   mempunyai   fungsi   yang   serupa  dengan  judul. Kedua
istilah itu ialah sela aslinya
sela
dan
higayon
aslinya
higgayon.
diapsalma
artinya  selingan   musik. Tafsiran-tafsiran modern mengartikannya dengan: 1 perhentian untuk menaikkan nada lagu
ta s,~r a;  a.  perhe ian untuk meng  angkat mata dan mengulang kembali~  ~  ~
1
aba-ala bag~  umat agar membungkuk dan menyentuh tanah dengan dahinya sebagai tanda hormat,
penyembahan dan ketaatan kepada Tuhan. Sela dapat dibandingkan t dengan
rak_at-daimrr
salat dalam agama Islam.
Higayon
terdapat hanya  dalam Mzm.  9:17  dan  bersamaan  dengan   sela.  Akar katanya ialah
haga
dan   dapat   berarti   1   menggeram   Yes.   31:4;   2   menciap-ciap   Yes. 38:14; 3 mengeluh dan mengaduh Yes. 16:7; 4 mendaras dengan suara halus Mzm.
1:2.  Kata
Haga
dapat pula berarti merenungkan dan
higgayon;
renungan Mzm. 19:15;
Rat. 3:62. Dalam  Mzm.  92:4  kata
higgayon
dihubungkan dengan kecapi, sehingga harus diterjemahkan  dengan   iringan   kecapi.   Melihat   semuanya   itu   istilah
higgayon
dalam Mzm. 9:17 mungkin berarti: saat istirahat untuk renungan dan diiringi dengan kecapi.
7.8 Nilai judul dan keterangan lain untuk pengertian mazmur
Dari tinjauan di atas dapatlah dilihat bahwa judul judul yang terdapat pada kepala  mazmur bukanlah   suatu   pengantar   kepada   isi   mazmur.  Antara   judul   dan  isi   tidak   ada   hubungan
pengertian tentang isi. Walaupun demikian, judul dan keterangan yang lain yang terdapat dalam mazmur memberikan kita suatu pengertian yang lebih mendalam tentang Kitab
Mazmur,   yakni   1   tentang  terjadinya   kitab   ini   lihat   ps.   6.2   dan  6.3;  2   tentang hubungannya dengan liturgi Israel; dan 3 tentang bagaimana mazmur-mazmur itu dahulu
agaknya dibawakan. Meskipun ada banyak pertanyaan yang belum terjawab, namun beberapa judul, terutama
yang   menyebut   nama   seseorang,   menunjukkan   bahwa   Kitab  Mazmur   terbentuk   dari kumpulan-kumpulan yang lebih kecil. Hal ini diakui
Bagaimana   mazmur-mazmur   itu   harus   dibawakan?   Dari   judul   judul   itu   je las   bahwa mazmur   dan   musik,   mazmur   dan   nyanyian,   tidak   dapat   dipisahkan.  Sayang,   mengenai
bagaimana mazmur-mazmur itu dahulu dinyanyikan, tidak dapat diketahui lagi. Sela dan higayon menunjukkan bahwa ada unsur istirahat dalam membawakan mazmur: atau
untuk meresapkan dan merenungkan ayat-ayat pokok  atau untuk bersujud dan menyembah Tuhan.
PUISI MAZMUR 8 .1 Apakah puisi itu?
Mazmur berbentuk puisi. Namun apakah puisi itu? Pertanyaan ini tidak mudah dijawab. Karena   tidak   ada   satu   definisi   pun   yang   dapat   memuaskan   semua  orang   dan
mengungkapkan secara tepat keanekaragaman fenomena puisi itu  dari segala zaman dan tempat, maka di bawah ini kami mencoba menjelaskannya dalam beberapa kalimat.
Puisi adalah suatu fenomena bahasa. Puisi adalah bahasa dalam bahasa, kata dalam kata. Dia bukan saja bekerja dengan kata, tetapi menciptakan kata. Dalam puisi, bahasa bukan saja
sarana   pengungkapan,   tetapi   juga   isi   pengungkapan.   Seorang   penyair   berjuang   dengan kata-kata   untuk   mengungkapkan  pengalaman   dan   pengamatannya.  Apa   yang   dikatakan
seorang   penyair   selalu  mengandung   bekas   dari   apa   yang   tak   dikatakan.   Dia   ingin mendekati kenyataan yang dialaminya secara penuh, namun selalu terhalang oleh kata-kata.
Persoalan puisi ialah berhasil mengatakan apa yang ia katakan dengan cara yang  demikian rupa, sehingga dalam waktu yang sama ia menyampaikan apa yang tidak dapat dikatakan
Jean Claude Renard. Puisi dapat dikatakan seni bahasa dari ungkapan hati manusia. Kita kerap  menggunakan
kata-kata seru dalam aneka ragam pengalaman kita. Seorang penyair mengembangkan kata- kata seru itu dengan puisi. Pengalaman itu bukan saja membuat dia berseru tetapi bersuara,
berkata   dan   menjawab.   Dalam  puisinya   itu   dia   ingin   menggerakkan   pendengar   atau pembacanya untuk ikut serta dalam pengalaman dan pengamatannya.
Mazmur   adalah   suatu   buku   kumpulan   puisi-puisi.   Pengarangnya   banyak.  Tidaklah mengherankan bahwa mutu puisi-puisinya sangat berbeda-beda; ada yang tinggi, ada yang
sedang dan ada pula yang dikatakan rendah. Kesempurnaan bukanlah sesuatu yang insani.
8 .2  Ira ma   puisi  Ibra ni
a Puisi terdiri dari  baris-baris  nama lain  untuk  baris ialah  larik, kolon  atau   stikhus. Setiap ayat puisi Ibrani pada umumnya terdiri dari dua baris atau  bikolase, tetapi kadang-
kadang juga tiga baris atau trikolase. Apabila dalam   satu ayat ada empat baris, maka hal itu menunjukkan bahwa ayat itu terdiri dari dua bikolase atau mungkin juga trikolase serta
baris terakhir membentuk  bikolase dengan baris pertama dari ayat yang berikut. Dalam Alkitab   baris  kedua   dicetak   sedikit   lebih   ke   dalam,   sedang   apabila   ada   trikolase   baris
ketiga dicetak sejajar dengan baris kedua. Puisi Ibrani mengenal dua macam irama, yakni irama tekanan suku kata dan irama arti. Para
ahli yang meneliti teks aslinya mengalami banyak persoalan dalam menentukan bentuk irama tekanan kata dalam puisi Ibrani, terutama dalam mazmur. Hal itu disebabkan karena
tidak  diketahui lagi ucapan   asli   kata-kata   Ibraninya.  Tradisi   ucapan   yang   sekarang   kita miliki berasal dari abad ke-10 M, pada saat bahasa Ibrani sudah menjadi bahasa mati. Dan
apakah gerangan ada ucapan asli dari suatu kumpulan puisi yang mewakili suatu kurun waktu yang berabad-abad? Alasan lain yang menyebabkan kesukaran menentukan irama tekanan
kata ialah bahwa teks Ibrani yang kita miliki sekarang ini banyak yang rusak. Karena rusak para penyalin kadangkadang tidak segan menyelipkan keterangan tambahan.
Meskipun   ada   persoalan-persoalan   tersebut,   para   ahli   pada   umumnya   sepakat   dan mengakui adanya irama tekanan kata dalam puisi Ibrani. Setiap  baris dapat terdiri dari 2,
3 atau 4 tekanan suku kata, sehingga apabila ada bikolase bentuknya dapat menjadi sebagai berikut: 2 + 2, 3 + 3, 4 + 4,4 + 3, 3 + 4, 3 + 2. Hal di atas
b Hal yang lebih penting dalam usaha mengerti mazmur ialah mengenal ira ma artinya. Hal   ini   dapat   dialihkan   dalam   suatu   terjemahan,   sehingga   kita   da pat   menikmati
keindahannya. Yang dimaksud dengan irama arti ialah kesejajaran atau perimbangan gagasan atau
pikiran antar-baris. Istilah yang lebih terkenal ialah paralelisme
atau parallelismus membrorum. Paralelisme ini termasuk ciri khas bukan saja   dari puisi Ibrani,  tetapi puisi Semit pada  umumnya.  Paralelisme  ini  tampak  dalam empat macam
bentuk. 1 Paralelisme yang sinonim = searti, artinya gagasan dalam baris pertama  disebut
pula
_
k9lsma diperdalam dalam baris kedua disebut pula kolon  b dengarrkata-kata lain.
Marilah kita memutuskan belenggu-belenggu mereka, dan membuang tali-tali mereka dari kita 2:3
Gunung-gunung melompat-lompat seperti domba jantan dan bukit-bukit seperti anak domba 114:4.
2 Paralelisme yz antitesis, artinya baris kedua menegaskan gagasan dari baris pertama dari sudut yang berlawanan:
Mereka rebah dan jatuh, tetapi kita bangun berdiri dan tetap tegak 20:9
Sesungguhnya, orang-orang yang diberkati-Nya akan mewarisi negeri, tetapi orang-orang yang dikutuk-Nya akan dilenyapkan 37:22.
3 Paralelisme yang sintetis, artinya baris kedua melanjutkan atau melengkapi gagasan dalam baris pertama:
Akulah yang telah mglantik raja-Ku, i Sio gunung-Ku yang kudus 2:6
. Ketika
TuHa.tv memulihkan keadaan Sion,
keadaan kita seperti orang-orang yang bermimpi 126: 1. 4 Paralelisme perbandingan, artinya baris yang satu memperjelas gagasan
dalam baris yang lain melalui suatu perbandingan: - ~Zd?c Ln„ye
uAA-
Seperti rusa yang merindukan sungai yang berair,
- l -   O V  L L i      1 demikianlah jiwaku merindukan Engkau, ya Allah 42:2.
Contoh-contoh di atas diambil melulu dari bikolase, namun paralelisme itu, terutama sinonim, tampak pvla dalam trikolase:
dan melahirkan dusta 7:15. Bersorak-soraklah bagi TuxnN, hai seluruh bumi
Beribadahlah kepada
TtrtuN
dengan sukacita, datanglah ke hadapan-Nya dengan sorak-sorai 100:1b-2
Dari kedua contoh di atas, kita
•d
apat melihat bahwa di sini bukan saja terdapat paralelisme yang sinonim, tetapi juga ada perkembangan pikiran dari
baris yang satu ke baris yang lain. Dalam menciptakan paralelisme itu para pengarang mazmur tidak jarang
memperhatikan pula unsur keindahan dan ingatan seperti misalnya dalam bentuk khiasme =   menyilang,   seperti   dalam   tanda   kali   x   artinya:   bagian   pertama  baris pertama bersilang
dengan bagian kedua baris kedua dan sebaliknya: Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu,
menurut rahmat-Mu yang besar hapuskanlah pelanggaranku TB hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmat-Mu yang besar. Bersihkanlah aku seluruhnya
dari kesalahanku dan dari dosaku tahirkanlah aku 51:3-4
TB dan tahirkanlah aku dari dosaku. Janganlah percaya kepada pemerasan,
kepada perampasan janganlah menaruh harap yang sia-sia; TB janganlah menaruh harap yang sia-sia kepada perampasan
Apabila harta makin bertambah, janganlah hatimu melekat padanya 62:11. Sayang bentuk khiasme ini tidak selalu dapat dialihkan dalam suatu terje
mahan seperti dalam terjemahan baru Alkitab LAI. Di samping keindahan, para pengarang mazmur juga dapat menciptakan
semacam   rasa   ketegangan  suspense  pada   kita   dengan   suatu   paralelisme   sinonim   yang disebut   paralelisme   yang   menanjak;   objeknya   disebutkan   pada   baris  kedua   dan   semakin
diperjelas lagi pada baris ketiga. Sungai-sungai telah mengangkat, ya
TuHaN,
sungai-sungai telah mengangkat suaranya, sungai-sungai telah mengangkat bunyi hempasannya 93:3
Kadang-kadang   paralelisme   itu   terdapat   antar   dua   bikolase   atau   bahkan   lebih.   Gagasan yang sama diulang atau diperdalam dalam bikolase-bikolase yang  berikut dengan kata-
kata lain: Bersyukurlah kepada
Tui-ia,N,
serukanlah nama-Nya, perkenalkanlah perbuatan-Nya di antara bangsa-bangsa Bemyanyilah bagi-Nya,
bermazmurlah bagi-Nya, perc. apkanlah segala perbuatan-Nya yang ajaib
Ue _
•• •. .. di dalam nama-Nya yang kudus, `
biarlah bersuka hati orang-orang yang mencari TuFtnN
105:1-3; bnd. selanjutnya 19:8-9; 29:1-2; 33:14-15; 40:17; 118:8-9; 124:1-5;, 127:1; 130:1-2.
c   Perlu   dicatat   di   sini   bahwa   ada   baris   uisi   mazmur   yang   berdiri   sendiri   atau tidak   paralel   dengan   baris   yang   ~=xUWa.   Hal   ini   tampak   secara   menyolok   pada
Mzm. 111 dan 112 dalam hampir semua ayatnya. Namun  dalam bahasa aslinya kedua mazmur ini mempunyai bentuk seni yang lain, yakni setiap baris dimulai dengan huruf
baru menurut urutan abjad lihat di bawah ad. 6.
8.3 Bahasa gambaran