Teori Sistem KERANGKA TEORI

untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antara konsep. 7

1.6.1 Teori Sistem

Untuk itu diperlukan teori-teori yang mendukung penelitian ini. Dalam pembahasan ini kita akan menggunakan teori Sistem yang dikembangkan oleh David Easton dimana Paine dan Naumes telah menawarkan suatu model proses pembuatan kebijakan yang merujuk pada teori sistem tersebut. 8 Teori ini merupakan model deskriptif karena lebih berusaha menggambarkan apa yang terjadi di dalam pembuatan kebijakan. Konsep ini menunjuk pada seperangkat lembaga dan kegiatan yang dapat diidentifikasi dalam masyarakat yang berfungsi mengubah tuntutan-tuntutan demands menjadi keputusan-keputuan yang otoritatif. Konsep ini juga menunjukkan adanya saling hubungan antara elemen-elemen yang membangun sistem politik serta mempunyai kemampuan dalam menaggapi kekuatan-kekuatan dalam lingkungannya. Masukan-masukan diterima oleh sistem politik dalam bentuk tuntutan dan dukungan. Teori ini disusun dari sudut pandang para pembuat kebijakan. Dalam hal ini, para pembuat kebijakan dilihat perannya dalam perencanaan dan pengkoordinasian untuk menemukan pemecahan masalah yang akan menghitung kesempatan dan meraih atau menggunakan dukungan internal dan eksternal, memuaskan permintaan lingkungan serta secara khusus memuaskan keinginan atau kepentingan para pembuat kebijakan itu sendiri. 7 Koentjaraningrat. Metode-metode Panelitian Masyaraka. Jakarta : Gramedia. 1999. hal. 65 8 Budi Winarno. Teori dan Proses Kebijakan Publik. Yogyakarta : Media Pressindo. 2004. hal. 70-74 Universitas Sumatera Utara Tabel 1 Kerangka kerja Sistem Politik yang dikembangkan David Easton : Publik Inters Geografis Publik policy Dengan merujuk pada pendekatan sistem yang ditawarkan oleh Easton, Paine dan Naumes menggambarkan model pembuatan kebijakan sebagai interaksi yang terjadi antara lingkungan dengan para pembuat kebijakan, dalam suatu proses yang dinamis. Model ini mengasumsikan bahwa dalam pembuatan kebijakan dengan lingkungannnya. Interaksi yang terjadi dalam bentuk keluaran dan masukan inputs and outputs. Outputs yang dihasilkan pada akhirnya akan menjadi bagian lingkungan yang seterusnya akan tetap berinteraksi dengan lembaga atau para pembuat kebijakan. Paine dan Naumes memodifikasi pendekatan ini dengan menerapkan langsung pada proses pembuatan kebijakan. Menurut teori sistem, kebijakan politik dipandang sebagai tanggapan dari suatu sistem politik terhadap tuntutan-tuntutan yang timbul. Untuk mengubah tuntutan menjadi hasil kebijakan, suatu sistem harus mampu mengatur penyelesaian pertentangan atau konflik dan memberlakukan penyelesaian ini pada pihak yang I N P U T O U T P U T K O N V E R S I FEEDBACK Demand Desicion Making Policy Support Energi Informasi Bahan mentah Legistatif Eksekutif Yudikatif Envirunment International Envirunment Sumber : Budi Winarno. Teori dan Proses Kebijakan Publik. Yogyakarta : Media Pressindo. 2004. hal. 74 Universitas Sumatera Utara bersangkutan. Oleh karena suatu sistem dibangun berdasarkan elemen-elemen yang mendukung sistem tersebut dan hal ini bergantung pada interaksi antar berbagai subsistem, maka suatu sistem akan melindungi dirinya melalui tiga hal, yakni : 1 Menghasilkan outputs yang secara layak memuaskan, 2 Menyandarkan diri pada ikatan-ikatan yang berakar dalam sistem itu sendiri, 3 Menggunakan atau mengancam untuk menggunakan kekuatan otoritas. Dengan penjelasan yang demikian, maka teori ini memberikan manfaat dalam membantu mengorganisasikan penyelidikan terhadap pembentukan kebijakan. Selain itu, teori ini juga menyadarkan mengenai beberapa aspek penting dari proses perumusan kebijakan. Kebijakan pemerintah daerah Kabupaten Lima Puluh Kota dalam bentuk Peraturan Daerah PERDA tentang Sistem Pemerintahan Nagari dikeluarkan atas dasar pengimplementasian dari Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 dan tuntutan “kembali ke nagari” di kawasan Minangkabau, khususnya pada Kabupaten Lima Puluh Kota. Tuntutan kembali ke nagari tersebut berasal dari tokoh-tokoh adat, alim ulama dan para cerdik pandai yang dikenal dengan tungku tigo sajarangan yang kemudian ditanggapi oleh para perumus kebijakan di Kabupaten Lima Puluh Kota dengan dikeluarkannya PERDA Nomor 01 Tahun 2001 tentang Sistem Pemerintahan Nagari. Mulai saat itu maka berlakulah penerapan Sistem Pemerintahan Nagari di seluruh wilayah Kabupaten Lima Puluh Kota yang mana Nagari Guguak VIII Koto tergabung di dalamnya. 9 9 Wawancara dengan Chandrawita anggota Komisi A DPRD Kabupaten Lima Puluh Kota, pada tanggal 9 Oktober 2007 di kantor DPRD Kabupaten Lima Puluh Kota Sumatera Barat Universitas Sumatera Utara

1.6.2 Bentuk-bentuk Negara