3.1.2 Pemerintahan Nagari Setelah Diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Otonomi Daerah
Seiring dengan bergulirnya zaman Reformasi yang menuntut diberlakukan Otonomi Daerah dengan dikeluarkannya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999
tentang Otonomi Daerah yang kemudian diundangkan dalam Lembaran Negara Nomor 60 Tahun 1999. Maka di Propinsi Smatera Barat disikapi dengan merespon
keinginan masyarakat terutama dari pemuka adat untuk kembali ke Sistem Pemerintahan Nagari. Berbagai tantangan telah dihadapi dalam pelaksanaannya
karena sudah 22 dua puluh dua tahun dari tahun 1979 sampai tahun 2001 masyarakat Sumatera Barat kehilangan jati diri nagari sebagai pusat pemerintahan
terendah.
3.2 MEKANISME PEREKRUTAN LEMBAGA-LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI NAGARI
Proses pemilihan Badan Perwakilan Anak Nagari BPAN dan Wali Nagari hampir sama prosesnya dengan Pemilihan Umum pada suatu negara demokrasi.
Sistem Pemerintahan Nagari menerapkan sistem demokrasi langsung yaitu pemilihan langsung Wali Nagari oleh masyarakat melalui pemungutan suara. Pemilihan tersebut
terdiri dari dua tahap, yaitu tahap pencalonan dan tahap pemilihan yang melibatkan partisipasi dari seluruh komponen yang ada dalam nagari.
Sebelum pemilihan Wali Nagari, maka diadakan dulu memilihan BPAN sebagai lembaga legislatif nagari yang dicalonkan dari unsur Ninik Mamak Kepala
Suku, Alim Ulama, Cerdik Pandai tokoh-tokoh intelektual atau cendikiawan, Bundo Kanduang wakil dari tokoh-tokoh perempuan, utusan Jorong, serta utusan
golongan yang ada dalam nagari. Jumlah anggota BPAN minimal 19 sembilanbelas
Universitas Sumatera Utara
orang dan maksimal 25 dua puluh lima orang yang ditentukan berdasarkan jumlah penduduk nagari yang bersangkutan.
Setelah BPAN terbentuk, selanjutnya diadakan pemilihan Wali Nagari dengan tahap yang sama seperti pemilihan BPAN, yaitu tahap pencalonan dan pemilihan.
Untuk pemilihan Wali Nagari ini, BPAN membentuk panitia pemilihan yang terdiri dari para anggota BPAN dan perangkat nagari yang diketuai langsung oleh Ketua
BPAN. Selanjutnya panitia pemilihan melakukan penjaringan bakal calon Wali Nagari
sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan. Kemudian dilakukan penyeleksian bakal calon untuk ditetapkan menjadi calon sekurang-kurangnya dua calon, yang
ditetapkan melalui Rapat Paripurna BPAN. Tahap berikutnya adalah pemungutan suara pada tempat-tempat yang telah
ditetapkan setelah terlebih dahulu panitia pemilihan memberitahukan kepada masyarakat siapa yang berhak memilih untuk menggunakan hak pilihnya. Setelah
pemungutan suara berlangsung, panitia pemilihan umum melakukan penghitungan suara secara terbuka. Calon yang berhak dipilih adalah yang memperoleh suara
terbanyak dan sekurang-kurangnya memperoleh suara 23 dua pertiga dari jumlah pemilih yang menggunakan hak pilihnya.
Seandainya tidak ada satu orang pun calon yang memperoleh suara terbanyak, maka pemilihan ulang dapat dilakukan pada calon dengan perolehan suara terbanyak
pertama dan kedua, selambat-lambatnya 30 tiga puluh hari setelah penandatanganan berita acara pemilihan. Seandainya pada pemilihan ulang tetap tidak ada seorang pun
kandidat yang memperoleh suara minimal 23 dua pertiga dari jumlah pemilih yang menggunakan hak pilihnya, maka calon yang memperoleh suara terbanyak pertama
langsung menjadi Wali Nagari terpilih.
Universitas Sumatera Utara
Penetapan, pengukuhan dan pelantikan Wali Nagari dilakukan oleh Bupati, setelah terlebih dahulu ditetapkan dengan keputusan BPAN berdasarkan laporan
Berita Acara Hasil Pemilihan dari Panitia Pemilihan Wali Nagari. Pemilihan Wali Nagari dilakukan selambat-lambatnya satu bulan sebelum masa jabatan Wali Nagari
berakhir, secara langsung, umum, bebas, dan rahasia.
45
Dalam melaksanakan tugasnya, Pemerintahan Nagari Wali Nagari tidak memiliki hubungan yang bersifat hirarkhi dengan Kecamatan, namun Wali Nagari
menyampaikan laporan pelaksanaan tugasnya kepada Bupati melalui Camat. Dalam hal ini, Camat hanya bertindak sebagai perantara atau perpanjangan tangan Bupati di
wilayah Kecamatan, yang berkewajiban melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap nagari serta mengkoordinasikan penyelenggaraan kegiatan lintas nagari
dalam wilahnya. Tetapi secara umum Wali Nagari tetap bertanggung jawab kepada rakyat melalui BPAN.
3.3 HUBUNGAN KERJA ANTARA PEMERINTAHAN KABUPATEN, KECAMATAN, PEMERINTAHAN NAGARI DAN LEMBAGA-