Wanua Beberapa Jenis Sistem Pemerintahan Lokal di Indonesia

ini digambarkan bahwa golongan Walian wanita yang berkuasa untuk menjalankan pemerintahan “Makarua Siouw”, yaitu sama dengan Dewan dengan 18 orang leluhur dari tiga Pakasa’an. Tetapi pada abad ke-7 telah terjadi perubahan pemerintahan, pemerintahan Walian wanita beralih ke pemerintahan golongan Tona’as Pria dengan menjalankan pemerintahan “ Makatelu Pitu” yaitu Dewan dengan 21 orang leluhur laki-laki. Sebelum adanya pemerintahan kolonial Belanda, Tomohon berbentuk sebuah wilayah sub etnis yang disebut Pakasa’an Toumbulu yang dipimpin seorang Tona’as. Dibawah Pakasaan terdapat beberapa Walak yang dikepalai oleh Kepala Walak. Walak membawahi beberapa Wanua, dan Wanua tediri dari beberapa Lukar yang dikepalai oleh seorang Kolano. Lukar dipimpin oleh seseorang yang didebut dengan Pahendon Tua dan dipilih langsung oleh warganya. Sistem pemerintahan masyarakat adat ini mengalami perubahan setelah Hindia Belanda menguasai Nusantara. Pakasaan disebut Distrik, Walak disebut Onderdistrik, Wanua diganti Negeri dan Lukar menjadi Jaga. Setelah kemerdekaan Republik Indonesia, wilayah Onderdistrik berubah menjadi wilayah Kecamatan, sementara Negeri diganti dengan Desa, dan Jaga menjadi Dusun. Setiap sub etnis Minahasa mempunyai panglima perangnya sendiri tapi panglima perang tertinggi adalah raja karena dilantik dan dapat diganti oleh dewan tua yang disebut Potuosan.

1.6.5.3 Wanua

Kemunculan desa di Bali bila dilacak dari awal, dapat dilihat jejaknya sejak zaman Bali Kuna yaitu sebelum kedatangan raja-raja turunan Majapahit ke Bali. Pada masa itu, antara abad ke-9 samapai abad ke-14, masyarakat Bali telah mengenal Universitas Sumatera Utara masyarakat desa yang disebut Kraman. Untuk menunjuk desa digunakan istilah Wanua atau Banua seperti yang tercatat dalam prasasti desa Trunyan abad ke-10. 34 Selain di Bali, hampir semua kerajaan atau sistem pemerintahan di Bugis dan Makassar terbangun dari adanya perjanjian politik antara kelompok atau Anang dalam wilayah Wanua untuk mengangkat To Manurung sebagai pemimpin atau raja untuk membangun sebuah negara dengan sistem hukum dan sistem sosial budaya yang disepakati bersama dalam mempersatukan dan menjaga masyarakat Wanua menjadi masyarakat yang makmur dan sejahtera. Wujud desa pada masa ini lebih merupakan kelompok keturunan pendiri pemukiman yang sejak awal telah mendiami daerah tersebut. Meskipun ada yang disebut raja, namun kekuasaannya tidak masuk mencampuri keadaan di desa. Pada masa ini desa-desa mempunyai kekuasaan penuh, mandiri, dan otonom. Walaupun dari segi sistem organisasi dan kepercayaan, wanua-wanua tersebut mendapatkan pengaruh dari Empu Kuturan, seorang Wiku Mumpuni dari Jawa Timur, namun hal ini bukanlah hubungan hierarkhi struktural. Pasca Otonomi Daerah sejumlah konsesi ekonomi telah diberikan oleh Pemerintahan Provinsi dan Kabupaten kepada Wanua sebagai desa adat. Disamping itu Wanua mulai diikusertakan dalam proses pengambilan kebijakan dan penyelenggaraan pemerintahan seharai-hari di tingkat desa. Misalnya, izin investasi harus mendapatkan persetujuan dari Wanua. 35 34 www.peradahindonesia.go.id . Diakses tanggal 1 Februari 2008 35 Ahmat Yani. Prilaku Politik Orang Bugis dalam Dinamika Politik Lokal. Sulawesi. Cseas. Kyoto- u.ac.jplib Universitas Sumatera Utara 1.7 METODOLOGI PENELITIAN 1.7.1 Jenis Penelitian Metode penelitian yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Penelitian deskriptif dimaksudkan untuk melakukan pemahaman yang cermat terhadap fenomena sosial berdasarkan gejala-gejalanya. Menurut Hadari Nawawi, metode penelitian deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian seseorang, lembaga, maupun masyarakat pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak sebagaimana adanya. 36 Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Metode penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan prilaku yang diamati. Penelitian deskriptif melakukan analisis dan menyajikan data-data serta fakta-fakta secara sistematis sehingga dapat lebih mudah dipahami dan disimpulkan. 37 Adapun lokasi yang dipilih dalam penelitian ini yaitu di Nagari Guguak VIII Koto Kabupaten Lima Puluh Kota Sumatera Barat. Dengan demikian untuk memperoleh data, peneliti turun ke lapangan untuk melakukan wawancara terhadap aktivitas dari objek yang diteliti serta dari dokumentasi-dokumentasi yang ada sebagai pelangkap data yang dibutuhkan. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengungkapkan bagaimana Sistem Pemerintahan Nagari yang diterapkan di wilayah Minangkabau, terutama pada Nagari Guguak VIII Koto Kabupaten Lima Puluh Kota Sumatera Barat.

1.7.2 Lokasi Penelitian

36 Hadari Nawawi. Metodologi Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta : Gajah Mada University Press. 1987. hal. 63 37 Lexy J. Moleong. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya. 2000. hal. 5 Universitas Sumatera Utara