1.6.2 Bentuk-bentuk Negara
C.F Strong telah mengemukakan beberapa kriteria dalam melihat bentuk negara, yaitu :
10
a. Melihat negara dalam bagaimana bangunannya, apakah Negara Kesatuan atau
Negara Serikat, b.
Melihat bagaimana konstitusinya, c.
Melihat badan eksekutif, apakah bertanggung jawab kepada Parlemen atau tidak, dan badan eksekutif yang telah ditentukan jangka waktunya,
d. Melihat badan perwakilannya, bagaimana penyusunannya dan siapa yang
berhak duduk disitu, serta e.
Bagaimana hukum yang berlaku.
Untuk itu ada beberapa pandangan para ahli dalam menentukan bentuk suatu negara. Plato mengemukakan lima bentuk pemerintahan negara, yaitu :
11
1 Aristokrasi, yaitu pemerintahan yang dipegang oleh kaum cendikiawan yang
dilaksanakan sesuai dengan keadilan, 2
Timokrasi, yaitu pemerintahan dipegang oleh orang-orang yang ingin mencapai kemasyhuran dan kehormatan,
3 Oligarkhi, yaitu pemerintahan yang dipegang oleh golongan hartawan,
4 Tirani, yaitu pemerintahan yang dipegang oleh seorang tiran sewenang-
wenang sehingga jauh dari cita-cita keadilan.
Setelah Plato, Aristoteles membedakan bentuk pemerintahan menurut jumlah orang yang memerintah dan menurut kualitas pemerintahannya, yaitu :
12
10
Abu Daud Busroh. Ilmu Negara. Jakarta : Bumi Aksara. 1993. hal.61
11
Murtimus. Tata Negara. Payakumbuh : SMUN 1 Guguk Press. 2003. hal.27
Universitas Sumatera Utara
1 Monarkhi, yaitu pemerintahan yang dipegang oleh satu orang dan demi
kepentingan umum, 2
Tirani, yaitu pemerintahan yang dipegang oleh seseorang demi kepentingan pribadi,
3 Aristigrasi, yaitu pemerintahan yang dipegang oleh sekelompok cendekiawan
demi kepentingan kelompoknya, 4
Demokrasi, yaitu pemerintahan yang dipegang oleh seluruh rakyat demi kepentingan umum.
Teori bentuk-bentuk negara ini menjadi patokan peneliti dalam melihat bagaimana sebenarnya yang menjadi bentuk dari Sistem Pemerintahan Nagari yang
diterapkan di wilayah Minangkabau, khususnya pada Nagari Guguak VIII Koto.
1.6.3 Sistem Pemerintahan Desa
Semenjak tanggal 1 Agustus 1983, di Indonesia telah diterapkan Undang- undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa.
13
Pemerintahan Desa yang berasal dari budaya Jawa dipimpin oleh seorang Kepala Desa. Pada Pemerintahan
Desa, desa atau kelurahan adalah bagian dari wilayah Kecamatan. Dalam menjalankan hak, wewenang dan kewajiban pimpinan pemerintahan desa, Kepala
Desa bertanggung jawab kepada pejabat yang berwenang mengangkat melalui Camat, dan memberikan keterangan pertanggungjawaban tersebut kepada Lembaga
Musyawarah Desa LMD.
14
12
Murtimus. Ibid
13
LKAAM. Op. Cit. hal.28
14
Jurnal Analisa Politik. Op. Cit. hal.54
Universitas Sumatera Utara
1.6.4 Sistem Pemerintahan Nagari 1.6.4.1 Nagari