kelompok, tetapi para anggota kelompok tidak dapat mengarahkan kegiatan- kegiatan pemimpin secara langsung, meskipun dapat juga melalui sejumlah cara
secara tidak langsung. Ketiga, selain dapat memberiakn pengarahan kepada para bawahan atau
pengikut, pemimpin dapat juga mempergunakan pengaruh. Dengan kata lain, para pemimpin tidak hanya dapat memerintah bawahan apa yang harus dilakukan
tetapi juga dapat mempengaruhi bagaimana bawahan melaksanakan perintahnya.
2.1.2 Pendekatan-Pendekatan Studi Kepemimpinan
Penelitian-penelitian dan teori-teori kepemimpinan dapat diklasifikasikan sebagai pendekatan-pendekatan kesifatan, perilaku dan situasional contingency
dalam studi tentang kepemimpinan. Pendekatan pertama memandang kepemimpinan sebagai suatu kombinasi sifat-sifat yang tampak. Seorang
pemimpin memiliki ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang menyebabkan mereka dapat memimpin para pengikutnya. Sifat-sifat ini mencakup energi, pandangan,
pengetahuan dan kecerdasan, imajinasi, kepercayaan diri, integritas, kepandaian berbicara, pengendalian dan keseimbangan mental maupun emosional, bentuk
fisik, pergaulan sosial dan persahabatan, dorongan, antusiasme, berani dan lain- lain.
Pendekatan kedua bermaksud mengidentifikasikan perilaku-perilaku behaviors pribadi yang berhubungan dengan kepemimpinan efektif. Pendekatan
ini mencoba menentukan apa yang dilakukan oleh para pemimpin efektif yaitu bagaimana mereka mendelegasikan tugas, bagaimana mereka berkomunikasi
8
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
dengan dan memotivasi bawahan mereka, bagaimana mereka menjalankan tugas- tugas, dan sebagainya.
Kedua pendekatan ini mempunyai anggapan bahwa seorang individu yang memiliki sifat-sifat tertentu atau memperagakan perilaku-perilaku tertentu akan
muncul sebagai pemimpin dalam situasi kelompok apapun di mana dia berada. Pendekatan ketiga yaitu pandangan situasional menganggap bahwa kondisi yang
menentukan efektifitas kepemimpinan bervariasi dangan situasi tugas-tugas yang dilakukan, keterampilan dan pengharapan bawahan, lingkungan organisasi,
pengalaman masa lalu pemimpin dan bawahan dan sebagainya.
2.1.3 Teori Situasional
Kepemimpinan situasional menurut Hersey dan Blanchard dalam Thoha, 2007:63 adalah didasarkan pada saling berhubungannya di antara hal-hal berikut
ini: 1. Jumlah petunjuk dan pengarahan yang diberikan oleh pimpinan.
Perilaku pengarahan dapat dirumuskan sebagai sejauh mana seorang pemimpin melibatkan dalam komunikasi satu arah. Bentuk pengarahan dalam
komunikasi satu arah ini antara lain, menetapkan peranan yang seharusnya dilakukan pengikut, memberitahukan pengikut tentang apa yang seharusnya bisa
dikerjakan, di mana melakukan hal tersebut, bagaimana melakukannya, dan melakukan pengawasan secara ketat kepada pengikutnya.
2. Jumlah dukungan sosioemosional yang diberikan oleh pimpinan. Perilaku mendukung adalah sejauh mana seorang pemimpin melibatkan
diri dalam komunikasi dua arah, misalnya mendengar, menyediakan dukungan 9
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
dan dorongan, memudahkan interaksi, dan melibatkan para pengikut dalam mengambil keputusan.
Kedua poros tersebut ditempatkan pada dua poros yang terpisah dan berbeda seperti Gambar 2.1 sehingga dengan demikian dapat diketahui empat
gaya dasar kepemimpinan. Tinggi Dukungan dan
Rendah Pengarahan G3
Tinggi Pengarahan dan Tinggi Dukungan
G2 Rendah Dukungan dan
Rendah Pengarahan G4
Tinggi Pengarahan dan Rendah Dukungan
G1
Gambar 2.1 Empat Dasar Gaya Kepemimpinan Sumber: Miftah Thoha 2007
Dalam gaya 1 G1, seorang pemimpin menunjukkan perilaku yang banyak memberikan pengarahan namun sedikit dukungan. Pemimpin ini
memberikan instruksi yang spesifik tentang peranan dan tujuan bagi para pengikutnya, dan secara ketat mengawasi pelaksanaan tugas mereka.
Dalam gaya 2 G2, seorang pemimpin menunjukkan perilaku yang banyak mengarahkan dan banyak memberikan dukungan. Pemimpin dalam gaya
seperti ini mau menjelaskan keputusan dan kebijaksaan yang ia ambil dan mau menerima pendapat pengikutnya. Tetapi pemimpin dalam gaya ini masih tetap
harus memberikan pengawasan dan pengarahan dalam penyelesaian tugas-tugas pengikutnya.
Dalam gaya 3 G3, perilaku pemimpin menekankan pada banyak memberikan dukungan namun sedikit dalam pengarahan. Dalam gaya seperti ini
pemimpin menyusun keputusan bersama-sama dengan para pengikutnya, dan mendukung usaha-usaha mereka dalam menyeelsaikan tugas.
10
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Adapun gaya 4 G4, pemimpin memberikan sedikit dukungan dan sedikit pengarahan. Pemimpin dengan gaya seperti ini mendelegasikan keputusan-
keputusan dan tanggung jawab pelaksanaan tugas keada pengikutnya. 3. Tingkat kesiapan atau kematangan para pengikut yang ditunjukkan dalam
melaksanakan tugas khusus, fungsi atau tujuan tertentu. Kematangan dalam kepemimpinan situasional dapat dirumuskan sebagai
suatu kemampuan dan kemauan dari orang-orang untuk bertanggung jawab dalam mengarahkan perilakunya sendiri. Kemampuan yang merupakan salah satu unsur
dalam kematangan, berkaitan dengan pengetahuan atau keterampilan yang dapat diperoleh dari pendidikan, latihan dan atau pengalaman. Adapun unsur yang lain
dari kematangan bertalian dengan keyakinan diri dan motivasi seseorang. Ada empat tingkat kematangan menurut Hersey dan Blanchard dalam
Thoha, 2007:71, yang dapat dilihat pada tabel 2.2 berikut ini:
Mampu dan Mau Mampu tetapi
Tidak Mau atau kurang yakin
Tidak Mampu tetapai Mau
Tidak Mampu dan Tidak Mau atau
tidak yakin M4
M3 M2
M1
Gambar 2.2 Empat Tingkat Kematangan Sumber: Thoha 2007
Tabel 2.2 menggambarkan hubungan antara tingkat kematangan para pengikut atau bawahan dengan gaya kepemimpinan yang sesuai untuk diterapkan
ketika para pengikut bergerak dari kematangan yang sedang ke kematangan yang telah berkembang dari M1 sampai dengan M4.
Ada empat dasar perilaku pemimpin dalam pengambilan keputusan pada berbagai situasi tersebut menurut Hersey dan Blanchard dalam Thoha, 2007:67,
yaitu: 11
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
1. Instruksi. Gaya ini dicirikan dengan komunikasi satu arah. Pemimpin memberikan
batasan peranan pengikutnya dan memberitahu mereka tentang apa, bagaimana, bilamana dan di mana melaksanakan berbagai tugas. Inisiatif
pemecahan masalah dan pembuatan keputusan semata-mata dilakukan oleh pemimpin. Pemecahan masalah dan keputusan diumumkan, dan
pelaksanaannya diawasi secara ketat oleh pemimpin. 2. Konsultasi.
Pada gaya ini pemimpin masih banyak memberikan pengarahan dan masih membuat hampir sama dengan keputusan, tetapi hal ini diikuti dengan
meningkatkan banyaknya komunikasi dua arah dan perilaku mendukung, dengan berusaha mendengar perasaan pengikut tentang keputusan yang
dibuat, serta ide-ide dan saran-saran mereka. Meskipun dukungan ditingkatkan, pengendalian atas pengambilan keputusan tetap pada
pemimpin. 3. Partisipasi.
Dengan gaya ini, pemimpin dan pengikut saling tukar menukar ide dalam pemecahan masalah dan pembuatan keputusan. Komunikasi dua arah
ditingkatkan, dan peranan pemimpin adalah aktif mendengar. Tanggung jawab pemecahan masalah dan pembuatan keputusan sebagian besar
berada ada pihak pengikut. Hal ini sudah sewajarnya karena pengikut mempunyai kemampuan melaksanakan tugas.
12
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
4. Delegasi. Pada gaya ini bawahanlah yang memiliki kontrol untuk memutuskan
tentang bagaimana cara pelaksanaan tugas. Pemimpin memberikan kesempatan yang luas bagi bawahan untuk melaksanakan pertunjukan
mereka sendiri karena mereka memiliki kemampuan dan keyakinan untuk memikul tanggung jawab dalam pengarahan perilaku mereka sendiri.
2.1.4 Kinerja Karyawan