Pengaruh Komunikasi Dan Motivasi Terhadap Kinerja Bisnis Pada PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Iskandar Muda Medan

(1)

SKRIPSI

PENGARUH KOMUNIKASI DAN MOTIVASI TERHADAP KINERJA BISNIS PADA PT BANK RAKYAT INDONESIA (Persero) Tbk.

CABANG ISKANDAR MUDA MEDAN

OLEH :

Triana Dewi Pakpahan 090521149

PROGRAM STUDI MANAJEMEN EKSTENSI DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Pengaruh Komunikasi Dan Motivasi Terhadap Kinerja Bisnis pada PT Bank Rakyat Indonesia (Persero). TbkCabang Iskandar Muda Medan” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, 2012

Triana Dewi Pakpahan NIM. 090521149


(3)

ABSTRAK

PENGARUH KOMUNIKASI DAN MOTIVASI TERHADAP KINERJA BISNIS PADA PT BANK RAKYAT INDONESIA (Persero). Tbk

CABANG ISKANDAR MUDA MEDAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Komunikasi dan Motivasi terhadap kinerja bisnis pada PT Bank Rakyat Indonesia (persero). Tbk cabang Iskandar Muda Medan.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kausal yang mengukur hubungan–hubungan antar variabel penelitian dan berguna untuk menganalisis bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lain. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Metode analisis data yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan menggunakan regresi linier berganda. Populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 50 responden sebagai sampel penelitian, dengan teknik penarikan sampel jenuh. Data di proses dengan menggunakan SPSS Versi 16,0 for windows.

Hasil penelitian berdasarkan analisis regresi linear berganda menunjukkan bahwa variabel komunikasi berpengaruh secara positif dan tidak signifikan namun untuk variabel motivasi berpengaruh secara positif dan siginifikan terhadap kinerja bisnis pada PT Bank Rakyat Indonesia (persero). Tbk cabang Iskandar Muda Medan.


(4)

ABSTRACT

INFLUENCE OF COMMUNICATION AND MOTIVATION ON BUSINESS PERFORMANCE IN PT BANK RAKYAT INDONESIA (Persero) Tbk.

Branch of MEDAN ISKANDAR MUDA

The purpose of this survey is to know the influence of communication and motivation on business performance in PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Branch of Medan Iskandar Muda.

This research is a causal type, is useful for analyzing how a variable affect in another variable. Data used in this research is the primary data and secondary data. Data analysis methods used is descriptive quantitative by using multiple linear regression. The population in this study were a total 50 respondents for study the sample, with saturation sampling technique. Data on the processed by using SPSS 16,0 version for windows.

The study is based on multiple linear regression analysis showed that the variable communication in a positive and not significant influence but to a variable motivation in a positive effect and significant to employee performance in PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Branch of Medan Iskandar Muda.


(5)

KATA PENGANTAR

Segala Puji Syukur peneliti ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi kemudahan, kekuatan dan penghiburan sehingga skripsi ini dapat selesai. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dari Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu peneliti akan menerima saran dan kritik yang membangun. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi peneliti sendiri dan berbagai pihak.

Untuk Ayahanda Drs. Alfred Pakpahan dan Ibunda Sartika Lumban Gaol, SPd, MPd peneliti mengucapkan terima kasih atas kasih sayang, dukungan dan motivasinya sehingga peneliti dapat menyelesaikan kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, SE., ME., selaku Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Marhayanie, M.Si., selaku Sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

4. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, SE., M.Si selaku Ketua Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Dra. Lucy Anna, MSi selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan saran dan masukan untuk kesempurnaan skripsi ini.


(6)

6. Ibu Dra. Friska Sipayung, MSi selaku Dosen Pembaca Penilai yang telah memberikan saran dan masukan untuk kesempurnaan skripsi ini.

7. Kepada keluarga besar saya, abang, kakak dan adik-adikku yang kusayangi. Untuk teman-teman seperjuangan Feranika br. Sembiring Meliala, Rommy F Bangun, Yatni Octavia, Bona, Robin, Bukti, Hendro serta seluruh teman Manajemen Ekstensi stambuk 2009. Terima kasih atas bantuan dan doa yang telah diberikan selama ini.

8. Kepada Rekan-rekan kerja/ sahabat di Radio 88 Lafemme Medan untuk segala dukungannya selama ini.

9. Dan semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Semoga skripsi ini dapat memberi manfaat kepada siapa saja yang membaca dan mempelajarinya khususnya bagi diri peneliti.

Medan, Juli 2012 Peneliti


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 8

1.3. Tujuan Penelitian ... 9

1.4. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi Komunikasi ... 10

2.1.1. Pengertian Komunikasi dalam Organisasi ... 10

2.1.2. Proses Komunikasi ... 14

2.1.3. Saluran Komunikasi dalam Organisasi ... 17

2.1.4. Fungsi Komunikasi ... 19

2.1.5. Hambatan-Hambatan Komunikasi dalam Organisasi 22 2.2. Motivasi... 28

2.2.1. Pengertian Motivasi... 28

2.2.2. Teori Motivasi ... 29

2.3. Konsep Kinerja ... 35

2.3.1. Pengertian Kinerja ... 35

2.3.2. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Kinerja ... 36

2.3.3. Prinsip Dasar Manajemen Kinerja ... 37

2.3.4. Indikator Kinerja Karyawan... 38

2.4. Penelitian Terdahulu ... 39

2.5. Kerangka Konseptual ... 40

2.6. Hipotesis Penelitian ... 42

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 43

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 43

3.3. Batasan Operasional ... 44


(8)

3.5. Skala Pengukuran Variabel... 46

3.6. Populasi dan Sampel ... 47

3.7. Jenis Data ... 48

3.8. Metode Pengumpulan Data ... 49

3.9. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 50

3.10. Teknik Analisis Data... 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan ... 55

4.1.1. Sejarah Perusahaan ... 55

4.1.2. Visi dan Misi Perusahaan ... 56

4.1.3. Struktur Organisasi ... 57

4.1.4. Jenis-Jenis kompensasi yang diberikan ... 64

4.1.5. Pengembangan Karir ... 66

4.2. Hasil Penelitian ... 68

4.2.1. Hasil Penelitian Uji Validitas dan Reabilitas ... 68

4.2.2. Analisis Deskriptif Variabel ... 70

4.2.2.3. Responden menurut Pendidikan Terakhir . 73

4.2.2.4. Responden menurut Lama Bekerja ... 73

4.2.3. Analisis Deskriptif Variabel ... 63

4.2.3.1. Jawaban Responden Variabel Komunikasi... 74

4.2.3.2. Jawaban Responden Variabel Motivasi... 79

4.2.3.3. Jawaban Responden Variabel Kinerja Bisnis 83

4.2.4. Metode Analisis Data ... 87

4.2.4.1. Uji Normalitas ... 88

4.2.4.2. Uji Heteroskedastisitas ... 89

4.2.5. Analisis Regresi Linear Berganda ... 90

4.2.6. Koefisien Determinan (R2) ... 92

4.2.7. Uji Signifikansi Simultan (Uji-F) ... 93

4.2.8. Uji Signifikansi Parsial (Uji-t)... 94

4.3. Hasil Pembahasan ... 99

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 100

5.2. Saran ... 101

DAFTAR PUSTAKA ... 102


(9)

ABSTRAK

PENGARUH KOMUNIKASI DAN MOTIVASI TERHADAP KINERJA BISNIS PADA PT BANK RAKYAT INDONESIA (Persero). Tbk

CABANG ISKANDAR MUDA MEDAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Komunikasi dan Motivasi terhadap kinerja bisnis pada PT Bank Rakyat Indonesia (persero). Tbk cabang Iskandar Muda Medan.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kausal yang mengukur hubungan–hubungan antar variabel penelitian dan berguna untuk menganalisis bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lain. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Metode analisis data yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan menggunakan regresi linier berganda. Populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 50 responden sebagai sampel penelitian, dengan teknik penarikan sampel jenuh. Data di proses dengan menggunakan SPSS Versi 16,0 for windows.

Hasil penelitian berdasarkan analisis regresi linear berganda menunjukkan bahwa variabel komunikasi berpengaruh secara positif dan tidak signifikan namun untuk variabel motivasi berpengaruh secara positif dan siginifikan terhadap kinerja bisnis pada PT Bank Rakyat Indonesia (persero). Tbk cabang Iskandar Muda Medan.


(10)

ABSTRACT

INFLUENCE OF COMMUNICATION AND MOTIVATION ON BUSINESS PERFORMANCE IN PT BANK RAKYAT INDONESIA (Persero) Tbk.

Branch of MEDAN ISKANDAR MUDA

The purpose of this survey is to know the influence of communication and motivation on business performance in PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Branch of Medan Iskandar Muda.

This research is a causal type, is useful for analyzing how a variable affect in another variable. Data used in this research is the primary data and secondary data. Data analysis methods used is descriptive quantitative by using multiple linear regression. The population in this study were a total 50 respondents for study the sample, with saturation sampling technique. Data on the processed by using SPSS 16,0 version for windows.

The study is based on multiple linear regression analysis showed that the variable communication in a positive and not significant influence but to a variable motivation in a positive effect and significant to employee performance in PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Branch of Medan Iskandar Muda.


(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Komunikasi merupakan dasar bagi tindakan dan kerja sama untuk sebuah pencapaian. Komunikasi bagimanusia tidak dapat dipungkuri, begitu juga halnya bagi suatu organisasi atauperusahaan Dalam pertumbuhan perekonomian sekarang ini, keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai tujuannya tidak terlepas dari bagaimana perusahaan tersebut berusaha memeberikan pelayanan yang baik dan berkualitas kepada para pelanggan. Perusahaan dituntut untuk selalu melakukan perbaikan dan penyesuaian terhadap mutu pelayanan dari jasa yang ditawarkan, sehingga apa yang menjadi harapan dan kebutuhan para pelanggan dapat terpenuhi. Dalam kinerja bisnis, perusahaan pasti menghadapi persaingan yang ketat, baik dalam faktor pelayanan, ketepatan waktu dan keamanan. Hal-hal tersebut merupakan beberapa faktor penentu keberhasilan. Persaingan antar perusahaan yang begitu ketat menyebabkan perusahaan harus mempertahankan kualitas produk dan jasanya guna memenangkan persaingan tersebut. Untuk menghasilkan barang dan jasa yang berkualitas prima dan dijadikan sebagai prioritas utama konsumen tidak lepas dari peran penting kinerja sumber daya manusianya, komunikasi organisasi dan pemberian motivasi merupakan salah satu cara yang dapat memberikan solusi untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.


(12)

Salah satu sumber yang terpenting dalam perusahaan terkait dalam kinerja bisnis adalah sumber daya manusia yaitu para karyawan tim marketing yang memiliki kemampuan dan keterampilan yang sesuai dengan pekerjaan yang ditekuni dalam menjalankan kinerja bisnis. Sumber daya manusia sangat punya peranan penting dalam pencapaian tujuan perusahaan. Oleh sebab itu beberapa perusahaan melakukan pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan karyawan marketing demi tercapainya kinerja bisnis yang diharapkan. Dengan kinerja karyawan marketing yang tinggi akan dapat memberi sumbangan yang sangat berarti bagi kinerja dan kemajuan perusahaan, terutama dalam kaitannya berhubungan langsung dengan para pelanggan, untuk itulah para karyawan marketing harus mampu sebagai penyambung antara bisnis yang dilakukan perusahaan dengan pasar.

Menurut Mangkunegara, kinerja itu sendiri adalah hasil secara kualitas dan kuantitas yang dicapai seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya yang sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya (Kwelju, 2004).

Pentingnya komunikasi bagi manusia tidaklah dapat dipungkiri begitu juga halnya bagi suatu organisasi. Dengan adanya kamunikasi yang baik, suatu organisasi dapat berjalan lancar dan berhasil. Tapi sebaliknya, kurangnya atau bahkan tidak adanya komunikasi akan menghambat kinerja organisasi.

Di dalam suatu perusahaan, atasan dan bawahan penting untuk menjalin hubungan emosional yang dapat dilakuakan dengan memperkuat komunikasi dan pemberian motivasi. Hal ini menjadi sangat penting mengingat melalui


(13)

komunikasi dari pimpinan kepada karyawan marketing diharapkan dapat memperoleh pengetahuan, pengertian-pengertian dan kebijakan-kebijakan pimpinan yang berkaitan erat dengan pencapaian program, serta mampu melaksanakannya, lebih jauh lagi dapat untuk menjaga konsistensi dan kontiniutas pelaksanaan dan pencapaian target bisnis.

Disamping berkaitan erat kemampuan komunikasi pimpinan Perusahaan juga tak kalah pentingnya ialah kemampuan memotivasi karyawan marketing agar dengan kecakapan (ability) yang mereka miliki untuk terus bekerja dengan semangat yang tinggi sehingga mampu mengoptimalkan pencapaian tujuan perusahaan. Kertonegoro (1994:225) menyatakan bahwa “dalam mencapai tujuannya, organisasi sangat dipengaruhi oleh keberhasilan upaya yang dilakukan oleh anggotanya. Upaya tersebut tercermin dalam tugas yang diberikan kepadanya maupun upaya-upaya yang berasal dari dalam dirinya yang memiliki dorongan kuat untuk memberhasilkan tercpainya tujuan organisasi tersebut “.

Dengan terciptanya komunikasi dan motivasi dari pimpinan Perusahaan kepada para karyawan marketing, tentu saja akan memberikan dampak yang positif terhadap kinerja bisnis dalam menjalankan tugas mereka sehari-hari.

Komunikasi organisasi adalah suatu proses komunikasi yang menggunakan media yaitu bahasa atau simbol-simbol yang biasa digunakan untuk mentransfer pesan-pesan dari pemberi pesan ke penerima pesan melalui proses komunikasi agar diperoleh suatu hasil yang sangat berarti bagi suatu organisasi (Purwanto, 20: 2003). Komunikasi penting bagi organisasi karena komunikasi


(14)

merupakan alat utama bagi anggota organisasi untuk dapat bekerja sama dalam melakukan aktifitas manajemen demi mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. Dalam perusahaan terdapat beberapa proses komunikasi diantaranya adalah komunikasi internal dan eksternal. Komunikasi internal adalah pertukaran gagasan diantara para adminisator dan karyawan dalam suatu perusahaan, dalam struktur lengkap yang khas disertai pertukaran gagasan secara horizontal dan vertikal di dalam perusahaan, sehingga pekerjaan berjalan (operasi dan manajemen). Komunikasi internal terbagi ke dalam tiga kegiatan, yaitu : komunikasi vertikal yaitu komunikasi secara timbal balik dari atas ke bawah (Upper comunication/ downward comunication) ataupun komunikasi dari bawah ke atas (Down up Comunication/ Upward Comunication). Pada proses komunikasi vertikal dari atas ke bawah ini berupa kondisi dimana pimpinan memberikan instruksi, petunjuk, pengarahan, informasi, penjelasan, teguran, dan lain-lain pada bawahan. Pada proses vertikal secara komunikasi dari bawah ke atas, dimana para karyawan memberikan laporan, gagasan, atau saran, usul/saran, kepada pemimpin.

Komunikasi timbal balik seperti ini sangat berperan penting dalam kemajuan perusahaan, karna pimpinan juga perlu mengetahui kondisi lapangan yang dihadapi bawahannya, supaya dapat dijadikan petunjuk apakah kebijakan yang ditetapkan itu sudah optimal atau belum optimal. Oleh karena itu komunikasi yang dilakukan sebuah perusahaan hanya satu arah saja yaitu dari pimpinan ke bawahan maka, proses manajemen dan organisasi kemungkinan besar tidak akan berjalan dengan baik sebagaimana yang diharapkan.


(15)

Komunikasi horizontal adalah komunikasi secara mendatar diantara pegawai dalam suatu unit atau antara anggota staf dengan anggota staf lainnya. Kalau komunikasi vertikal lebih bersiat formal, maka Komunikasi seperti ini dapat dikatakan komunikasi tidak formal dimana kondisinya sering tampak saat-saat santai dan tempat dan waktu yang tidak tertentu, misalnya saat-saat dalam perjalanan, saat istirahat atau waktu mengadakan gala dinner, dan sebagainya, komunikasi ini juga lebih mengarah kepada pembicaraan yang menyangkut pekerjaan dan tindakan pimpinan.

Komunikasi diagonal atau komunikasi silang (cross comunication) adalah komunikasi antara seseorang dengan yang lainnya yang satu sama lain berbeda kedudukan unitnya. Komunikasi yang satu ini tidak sekuat komunikasi vertikal ataupun tidak seakrab komunikasi horizontal. Dan kelemahan sistem kounikasi seperti ini adalah mampu sebagai pemicu adanya miss comunication apabila seorang pegawai suatu unit mengeluhkan masalah pekerjaan ataupun pimpinannya kepada kepala unit lain, dan jika sampai dikethui oleh pimpinan unitnya maka akan mungkin terjadi benturan psikologis.

Komunikasi eksternal adalah komunikasi antara pimpinan perusahaan dan khalayak di luar organisasi. Komunikasi yang efektif memungkinkan terciptanya hubungan kerja yang harmonis antara sesama anggota organisasi dan pelanggan yang bisa dijadikan tolak ukur semangat kerja, sehingga kerjasama yang erat didukung dengan rasa pengertian dan keterbukaan akan meningkatkan semangat kerja yang tinggi. Beberapa proses komunikasi yang lazim digunakan :


(16)

komunikasi verbal, komunikasi non verbal, komunikasi dari atas ke bawah, komunikasi dari bawah ke atas, komunikasi leteral atau horizontal, komunikasi diagonal.

Motivasi merupakan kegiatan yang mengakibatkan, menyalurkan, dan memelihara prilaku manusia. Motivasi merupakan subyek yang penting bagi seorang manajer, karena menurut definisi manajer harus bekerja dengan dan melalui orang lain. Manajer perlu memahami orang-orang berperilaku tertentu agar dapat mempengaruhinya untuk dapat bekerja sesuai dengan yang di inginkan organisasi.

Motivasi yang ada pada seseorang merupakan kekuatan pendorong yang akan mewujudkan suatu perilaku untuk mencapai tujuan dan kepuasan diri. Dan motivasi merupakan masalah yang kompleks dalam organisasi, karena motif tidak dapat diamati atau diukur secara langsung, tetapi harus disimpulkan dari perilaku yng tampak/ kelihatan.

Dan Motivasi juga berkaitan dengan bagaimana sistem komunikasi yang ada di sebuah perusahaan, dalam komunikasi tak jarang terselip bagian untuk memotivasi seorang karyawan agar lebih maksimal dalam meningkatkan kinerjanya.

PT. Bank Rakyat Indonesia ( Persero) Tbk. Cabang Iskandar Muda Medan adalah salah satu lembaga yang memenuhi kebutuhan komunikasi dalam rangka meningkatkan semangat kinerja bisnis agar terciptanya karyawan yang berhasil


(17)

dalam mencapai tujuan perusahaan. Berdasarkan data pendahuluan yang diperoleh dari bagian pemasaran, Kinerja bisnis Bank Rakyat Indonesia (BRI) Kantor Cabang (Kanca) Medan Iskandarmuda dari Januari 2011 hingga Desember 2011 adalah sebagai berikut:

Tabel 1.1

Target dan Realisasi Penghimpunan Dana Periode Januari – Desember 2011

(Rp.000.000,-) Bulan Target (Rp.) Realisasi (Rp.) Persen Realisasi (%)

Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember 1.290.582 1.572.200 1.650.524 1.954.250 2.028.567 2.241.458 2.432.550 2.669.680 2.868.450 3.052.069 3.287.150 3.450.800 1.875.722 2.038.765 2.006.980 2.299.731 1.982.678 2.183.450 2.534.158 2.540.750 2.630.365 2.745.300 2.982.576 3.132.245 146.60 135.45 120.73 117.32 96.86 98.77 104.46 96.89 93.91 89.67 89.71 89.52

Sumber : Bagian Pemasaran PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang IskandarMuda Medan (2012)

Dengan demikian dari Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa target PT. Bank Rakyat Indonesia ( Persero) Tbk. Cabang Iskandar Muda Medan di bulan Januari sampai dengan bulan April terus mengalami pertumbuhan, memenuhi target


(18)

bahkan melebihinya, dibandingkan bulan Mei sampai Agustus, target hanya dicapai di bulan Juli, meskipun realisasinya juga hampir mendekati target. Dan jika dilihat pada bulan September sampai Desember 2011 mengalami penurunan bahkan tidak mencapai target. Berdasarkan data yang ada di bulan Januari sampai April berarti ada kepercayaan lebih yang diberikan nasabah kepada Bank Rakyat Indonesia (BRI) dibanding dengan bulan berikutnya, dan ini sangat berkaitan dengan pelayanan terbaik yang juga ditingatkan para karyawan kepada nasabah. Sehubungan dengan pelayanan tersebut, hubungan komunikasi dengan nasabah harus diperhatikan karena hal ini berpengaruh pada pencapaian target dalam kinerja bisnis

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dalam sebuah skripsi yang berjudul “Pengaruh Komunikasi dan Motivasi Terhadap Kinerja Bisnis PT. BRI (Persero) Tbk. Cabang Iskandar Muda Medan”.

1.2 Perumusan Masalah

Mengacu pada latar belakang masalah, maka perumusan masalah yang menjadi dasar dalam penelitian ini adalah : “Apakah Komunikasi dan Motivasi berpengaruh terhadap Kinerja Bisnis pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Iskandar Muda Medan”?


(19)

Sesuai dengan pokok permasalahan yang telah diuraikan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh komunikasi dan motivasi terhadap kinerja bisnis pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Iskandar Muda Medan.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

a. Bagi perusahaan, sebagai bahan masukan dalm membuat kebijakan, terutama mengenai sistem komunikasi dan motivasi terhadap kinerja bisnis di PT. BRI (Persero) Tbk, Cabang Iskandar Muda.

b. Bagi penulis, yaitu menambah pengetahuan penulis dalam bidang yang diteliti secara teoritis maupun aplikasi.

c. Bagi pihak lain, yaitu memberikan sumbangan pemikiran atau referensi bagi pihak-pihak yang berkepentingan terutama bagi mahasiswa yang akan melakukan penelitian selanjutnya.


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Defenisi Komunikasi

2.1.1 Pengertian Komunikasi Dalam Organisasi

Komunikasi adalah proses pemindahan pengertian dalam bentuk gagasan atau komunikasi dari seseorang ke orang lain. Perpindahan pengertian tersebut melibatkan lebih dari sekedar kata-kata yang digunakan dalam percakapan, tetapi juga ekspresi wajah, intonasi, titik putus vokal dan sebagainya. Dan perpindahan yang efektif memerlukan tidak hanya transmisi data, tetapi bahwa seseorang mengirimkan berita dan menerimanya sangat tergantung pada ketrampilan-ketrampilan tertentu (membaca, menulis, mendengar, berbicara, dan lain-lain) untuk membuat sukses pertukaran informasi.

Menurut pendapat Effendy (2000:13) ” Komunikasi adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang-lambang yang bermakna bagi kedua pihak, dalam situasi yang tertentu komunikasi menggunakan media tertentu untuk merubah sikap atau tingkah laku seorang atau sejumlah orang sehingga ada efek tertentu yang diharapkan.

Menurut pendapat Arni Muhammad (2005: 4-5) “ Komunikasi adalah pertukaran pesan verbal maupun nonverbal antara si pengirim dengan di penerima


(21)

pesan untuk mengubah tingkah laku. Si pengirim pesan dapat berupa seorang individu, kelompok, atau organisasi. Begitu juga halnya denga si penerima pesan dapat berupa seorang anggota organisasi, seorang kepala bagian, pimpinan, kelompok orang dalam organisasi, atau orgnisasi secara keseluruhan. Istilah proses maksudnya bahwa komunikasi itu berlansung melalui tahap-tahap tertentu secara terus menerus, berubah-ubah, dan tidak henti-hentinya. Proses komunikasi merupakan proses yang timbal balik karean antara si pengirim dan si penerima saling mempengaruhi satu sama lain.

Menurut Purwanto (2003:20), komunikasi organisasi adalah suatu proses komunikasi yang menggunakan media yaitu bahasa atau simbol-simbol yang bisa digunakan untuk mentransfer pesan-pesan dari pemberi pesan ke penerima pesan melalui proses komunikasi agar diperoleh suatu hasil yang sangat berarti bagi suatu organisasi.

Dalam sebuah organisasi setiap orang yang terlibat didalamnya ketika melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya baik selaku pimpinan diberbagai tingkatan maupun para karyawan, agar pekerjaannya dapat terlaksana dengan lancar dan harmonis untuk mencapai tujuan bersama yang disepakati dan ditetapkan, maka unsur kerjasama harus senantiasa tercipta dengan baik. Dengan terjadinya proses kerjasama maka unsur komunikasipun dengan sendirinya akan tercipta dalam sebuah organisasi, karena apapun bentuk instruksi, informasi dari pmpinan ke bawahan maupun sebaliknya telaahan, masukan, laporan dari bawahan ke pimpinan, antara sesama bawahan senantiasa dilakukan melalui


(22)

proses komunikasi“. Semua aktivitas kebanyakan dicakup dalam komunikasi, dimana komunikasi merupakan dasar bagi tindakan dan kerja sama “.(A.W. Widjaya dan Arsyik Hawab, 1987:47).

Menurut Widjaya (2001:2), Konsep komunikasi mempunyai unsur-unsur :

1. Suatu kegiatan untuk membuat seseorang mengerti.

Karna komunikasi memiliki fungsi untuk memberikan informasi dari yang tidak tahu menjadi tahu, dan yang tahu menjadi mengerti.

2. Suatu sarana pengaliran informasi

Sebagai wadah untuk mengalirkan inormasi dari satu orng kepada orang lain.

3. Suatu sistem bagi terjalinnya komunikasi diantara individu-individu. Komunikasi dalam hal ini adalah saling bertukar ide dan gagasan

Menurut Miftah Thoha (1990:163) “ komunikasi adalah suatu proses penyampaian dan penerimaan berita atau informasi dari seseorang keorang lain. Suatu komunikasi yang tepat tidak bakal terjadi, kalau tidak penyampai berita tadi menyampaikan secara patut dan penerima berita menerimanya tidak dalam bentuk distorsi “.

Selanjutnya menurut Permata Wulandari (2007) mengatakan bahwa ” peran pimpinan dalam peningkatan komunikasi pada sebauah organisasi membutuhkan tiga hal :


(23)

1. Semua pemaian harus memeiliki kemampuan yang tepat dan mengerti komunikasi yang baik. Komunikasi bukanlah proses yang indah dan banyak orang membutuhkan pengertian yang mendalam mengenai issue komunikasi.

2. Komunikasi organisasi yang efektif membutuhkan iklim atau budaya yang mendukung komunikasi yang efektif. Lebih spesifik iklim ini akan membutuhkan kejujuran, keterbukaan, praktik komunikasiyang baik dan tanggung jawab untuk membuat komunikasi lebih efektif.

3. Komunikasi yang efektif membutuhkan perhatian. Hal ini bukanlah sesuatu yang lansung terjadi tetapi dikembangkan sebagai hasil usaha karyawan dan jajaran manajemen.

Pentingnya peran Komunikasi bagi perusahaan adalah sebagai saluran untuk melakukan dan menerima pengaruh, dan juga sebagai alat untuk mendorong atau mempertinggi motivasi sebagai sarana yang memungkinkan suatu organisasi untuk mencapai tujuannya.

Komunikasi memiliki peran yang sangat penting dalam memperlancar kegiatan perusahaan, dapat terlihat dari beberapa hal berikut :

a. Fungsi-fungsi manajemen, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dapat tercapai.

b. Meningkatkan gairah dan motivasi kerja.

c. Dengan menggunakan komunikasi sebagai alat koordinasi dan pengendalian para pemimpin dapat mengetahui keadaan dari setiap


(24)

d. Meimbulkan rasakesetiakawanan dan loyalitas antara bawahan dengan atasan, bawahan dengan bawahan dan antara atasan, karena pengawasan yang jelas dan mantap.

e. Dengan komunikasi semua bagian organisasi dapat mengetahui kebijakan, peraturan dan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh pemimpin.

Oleh sebab itu Dalam sebuah organisasi setiap orang yang terlibat didalamnya ketika melaksanakan tugas dan tanggung jawab, agar dapat terlaksana dengan lancar dan harmonis, maka kerjasama harus senantiasa tercipta dengan baik. Dengan terjadinya proses kerjasama maka unsur komunikasi pun dengan sendirinya akan tercipta dalam sebuah organisasi, karena apapun bentuk instruksi, informasi dari pimpinan ke bawahan maupun sebaliknya senantiasa dilakukan melalui proses komunikasi.

2.1.2 Proses Komunikasi

Proses komunikasi memungkinkan manajer untuk melaksanakan tugas-tugas. Informasi harus dikomunikasikan kepada para manajer agar mereka mempunyai dasar perencanaan, rencana-rencana harus dikomunikasikan kepada pihak lain agar dilaksanakan. Pengarahan mengharuskan manajer untuk berkomunikasi dengan bawahannya agar tujuan perusahaan dapat dicapai.

Terjadinya proses komunikasi di Perusahaan tentu saja tidak terlepas dari dukungan berbagai komponen yang terlibat lansung dalam proses komunikasi itu sendiri, karena apabila tidak berfungsinya salah satu komponen komunikasi


(25)

tersebut niscaya tujuan organisasi yang ada di Perusahaan sulit akan terealisasi. Menurut Anwar Arifin (1984:15) Adapun komponen yang terkandung dalam proses komunikasi yaitu :

1. Komunikator (sumber) 2. Komunike (pesan)

3. Komunikan (sasaran, penerima khalayak) 4. Media (alat penyalur)

5. Efek (umpan balik, akibat)

Ada tiga unsur esensi komunikasi dalam proses komunikasi yang sederhana,

Pengirim  Berita  Penerima Sumber : T. Hani Handoko ( 1984: 273) Gambar 2.1 : Kerangka Konseptual

dan apabila salah satu unsur hilang, komunikasi tidak dapat berlangsung, sebagai contoh, seseorang dapat mengirimkan berita, tetapi bila tidak ada yang mendengar atau menerima, komunikasi tidak akan terjadi.

Pada prinsipnya dalam proses komunikasi memiliki 6 (enam) tahapan yaitu :

1. Pengirim mempunyai satu ide atau gagasan.

Sebelum proses penyampaian pesan dilakukan, maka pengirim pesan harus menyiapkan ide atau gagasan apa yang ingin disampaikan pada


(26)

pihak lain. Ide dapat diperoleh dari berbagai sumber, ide yang diolah dalam bentuk pengirim disaring dan disusun kedalam suatu memori dalam pikiran orang yang memiliki mental yang berbeda. Hal ini disebabkan karena penyerapan berbagai informasi dan pengalaman berbeda-beda pada setiap individu.

2. Pengirim mengubah ide menjadi suatu pesan

Pada proses komunikasi, tidak semua ide dapat diterima atau dimengerti dengan sempurna. Agar ide dapat diterima dan dimengerti dengan sempurna pengirim pesan harus memperhatikan subjek (apa yang ingin disampaikan), maksud (tujuan), penerima pesan, gaya personal dan latar belakang budaya.

3. Pengirim menyampaikan pesan

Pada saat menyampaikan pesan dapat digunakan berbagai saluran. Biasanya rangkai komunikasi yang dilakukan relatif pendek, namun ada juga yang cukup panjang. Hal ini akan berpengaruh terhadap efektifitas penyampaian pesan. Ketika penyampaian pesan dapat digunakan berbagai media komunikasi baik media tulisan maupun lisan.

4. Penerima menerima pesan

Komunikasi antara seseorang dengan orang lain akan terjadi bila pengirim mengirimkan suatu pesan dan penerima menerima pesan tersebut.


(27)

5. Penerima menafsirkan pesan

Setelah penerima menerima pesan, tahap berikutnya adalah bagaimana menafsirkan pesan. Suatu pesan yang disampaikan pengirim harus mudah di mengerti dan tersimpan dalam benak penerima pesan. Selanjutnya pesan baru bisa ditafsirkan secara benar bila penerima pesan telah memahami isi pesan sebagaimana yang dimaksud oleh pngirim.

6. Penerima memberi tanggapan dan memberi umpan balik ke pengirim.

Setelah menerima pesan, penerima akan memberikan tanggapan dengan cara tertentu dan akan memberi sinyal terhadap pengirim pesan. Sinyal yang diberikan oleh penerima pesan beraneka ragam, hal ini tergantung pesan yang diterimanya. Umpan balik memegang peranan penting dalam proses komunikasi karena ia memberi kemungkinan bagi pengirim untuk menilai efektifitas suatu pesan. Di samping itu, adanya upan balik dapat menunjukkan adanya faktor-faktor penghambat komunikasi, misalnya perbedaan latar belakang, perbedaan penafsiran kata-kata dan perbedaan reaksi secara emosional.

2.1.3 Saluran Komunikasi dalam Organisasi

Pemahaman yang lebih baik tentang komunikasi dapat diperoleh dengan mempelajari arah-arah dasar gerakannya yang tampak dengan terentuknya


(28)

saluran-saluran komunikasi. Adapun saluran-saluran komunikasi formal yang biasa terdapat dalam organisasi adalah:

1. Komunikasi Vertikal

Komunikasi vertikal terdiri dari komunikasi ke atas dan ke bawah sesuai rantai perintah. Komunikasi ke bawah (Downward Communication) dimulai dari manajemen puncak kemudian mengalir ke bawah melalui tingkatan-tingkatan manajemen sampai ke karyawan lini dan personalia paling bawah. Maksud utama komunikasi ke bawah adalah untuk memberikan pengarahan, informasi, instruksi, nasehat/sasaran dan penilaian kepada bawahan serta memberikan informasi kepada para anggota organisasi tentang tujuan dan kebijaksanaan organisasi.

Berita-berita kebawah dapat berbentuk tulisan maupun lisan, dan biasanya dan biasanya disampaikan melalui memo, laporan atau dokumen lain, pertemuan atau rapat dan percakapan serta melalui interaksi. Dan Manajemen seharusnya tidak memusatkan perhatiannya pada usaha komunikasi ke bawah, tetapi juga komunikasi ke atas.

Komunikasi ke atas (Upward Communication) memiliki fungsi untuk mensuplai informasi kepada tingkatan manajemen atas tentang apa yang terjadi pada tingkatan bawah. Tipe komunikasi ini mencakup laporan-laporan periodik, penjelasan, gagasan dan permintaan untuk diberikan keputusan. Hal ini dapat dipandang sebagai data atau informasi umpan balik bagi manajemen atas.


(29)

2. Komunikasi Horizontal

Komunikasi Horizontal meliputi hal-hal berikut ini :

a. Komunikasi diantara para anggota dalam kelompok kerja yang sama. b. Komunikasi yang terjadi antara dan diantara departemen-departemen pada

tingkatan organisasi yang sama.

Bentuk komunikasi ini pada dasarnya bersifat koordinatif, dan merupakan

hasil dari konsep spesialisasi organisasi. Sehingga komunikasi ini dirancang untuk mempermudah koordinasi dan penanganan masalah. Komunikasi horizontal, selain membantu koordinasi kegiatan-kegiatan horizontal, komunikasi tipe ini juga menghindarkan prosedur pemecahan yang lambat.

3. Komunikasi Diagonal

Komunikasi diagonal merupakan komunikasi yang memotong secara menyilang diagonal rantai perintah organisasi. Hal ini sering terjadi sebagai hasil hubungan-hubungan departemen lini dan staf. Hubungan –hubungan yang ada antara personalia lini dan staf dapat berbeda-beda, yang akan membentuk beberapa komunikasi diagonal yang berbeda-beda pula

2.1.4 Fungsi Komunikasi

Dalam melaksanakan tugasnya pimpinan Perusahaan dihadapkan kepada dua bidang tugas dan tanggungjawab yang harus dikoordinirnya secara terpadu, yaitu bidang tehknis yang dilakukan oleh para petugas dan bidang administrasi yang sepenuhnya menjadi tanggungjawab para staf administrasi. Tidak bisa


(30)

dipungkiri kedua bidang yang ada di Perusahaan ini dalam kenyataannya saling mendukung dan melengkapi.

Dalam mengkoordinir kegiatan di Perusahaan, pimpinan Perusahaan harus benar-benar dapat memanfaatkan proses komunikasi yang dilakukannya dengan para staf yg sesuai menurut fungsi komunikasi yaitu Menghubungkan semua unsur yang melakukan interrelasi pada semua lapisan, sehingga menimbulkan rasa kesetia-kawanan dan loyalitas antar sesama, seperti :

a) Pimpinan dapat mengetahui lansung keadaan bidang-bidang dibawah ; sehingga berlansung operasional yang efisien.

b) Meningkatkan rasa tanggung jawab semua anggota, dan melibatkan mereka pada kepentingan organisasi. Muncullah kemudian rasa keterlibatan atau sense of envolvement “, dan rasa ikut memiliki ( melu handarbeni ), dan sense of belonging atau rasa satu kelompok.

c) Memunculkan saling pengertian dan saling menghargai tugas masing-masing, sehingga meningkatkan rasa kesatuan dan pemantapan espirit de corps

(semangat korps ) . Kartini Kartono ( 1983 : 86-87)

Dalam melakukan komunikasi pimpinan Perusahaan kepada para staf disamping secara perseorangan juga dapat dilakukan secara kelompok atau massa, menurut Goran Hedebro dalam Hafied Cangara (2008:63-64) fungsi komunikasi massa ditujukan untuk :


(31)

1. Menciptakan iklim perubahan dengan memperkenalkan nilai-nilai baru untuk mengubah sikap dan prilaku ke arah modernisasi;

2. Mengajar ketrampilan baru;

3. Berperan sebagai pelipat ganda ilmu pengetahuan;

4. Menciptakan efisiensi tenaga dan biaya terhadap mobilitas seseorang; 5. Meningkatkan aspirasi seseorang;

6. Menumbuhkan partisipasi dalam pengambilan keputusan terhadap hal-hal yang menyangkut kepentingan orang banyak;

7. Membantu orang menemukan nilai baru dan keharmonisan dari suatu situasi tertentu.

Bersesuaian dengan pendapat-pendapat di atas Muhammad Marzuki dalam Teori Model Komunikasi Organisasi (Sosiologi Komunikasi)berpendapat bahwa fungsi komunikasi sebagai berikut :

a) Fungsi informatif, yaitu organisasi dipandang sebagai suatu sistem proses informasi. Bermakna seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik, dan lebih tepat.

b) Fungsi regulatif, fungsi ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu organisasi. Ada dua hal yang mempenaruhi fungsi regulatif ini: pertama, atasan atau orang yang berada dalam tataran management, yaitu mereka memiliki kewenangan untuk mengendalikan semua informasi yang disamapaikan; kedua, berkaitan dengan pesan-pesan regulatif pada dasarnya berorientasi pada kerja.


(32)

c) Funsi persuasif, dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan. Adanya kenyataan ini, maka banyak pimpinan lebih suka memersuasi bawahannya daripada memberi perintah.

d) Fungsi integratif, setiap organisasi berusaha menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan dapat melaksanakan tugas atau pekerjaan dengan baik.

Dari pendapat-pendapat di atas maka pimpinan Perusahaan selaku komunikator di jajarannya semestinya mampu melaksnakan komunikasi dengan baik terhadap para stafnya khususnya staf marketing, sehingga komunikasi yang dilakukannya benar-benar sesuai dengan fungsinya, sehingga dapat memberikan kontribusi terhadap kinerja staf administrasi selaku unsur pendukung sepenuhnya terhadap kesuskesan program di Perusahaan.

2.1.5 Hambatan-Hambatan Komunikasi dalam Organisasi

Komunikasi adalah vital, tetapi komunikasi sering tidak efektif dengan adanya kekuatan-kekuatan dari luar yang menghambatnya. Penghambat komunikasi dapat dikelompokkan menjadi :

1. Hambatan Organisasional


(33)

a. Tingkatan Hirarki

Bila suatu organisasi tumbuh, strukturnya berkembang dan akan menimbulkan beragai masalah komunikasi. Karena berita harus melalui tingkatan (jenjang) tambahan, yang memerlukan waktu yang lebih lama untuk mencapai tempat tujuan dan cenderung menjadi berkurang ketepatannya. Berita mengalir ke atas atau kebawah tingkatan-tingkatan organisasi akan melalui beberapa “filter”, dengan persepsi, motif, kebutuhan, hubungannya sendiri. Setiap tingkatan dalam rantai komunikasi dapat menambah, mengurangi, merubah, atau sama sekali berbeda dengan berita aslinya.

b. Wewenang Manajerial

Tanpa wewenang untuk membuat keputusan tidak mungkin manajer dapat mencapai tujuan dengan efektif. Tetapi di lain pihak, kenyataannya bahwa seseorang yang mengendalikan orang lain juga menimbulkan hambatan-hambatan terhadap komunikasi. Banyak atasan merasa bahwa mereka tidak dapat sepenuhya menerima berbagai masalah, kondisi atau hasil yang dapat membuat mereka tampak lemah. Sebaliknya, banyak bawahan menghindari situasi dimana mereka harus mengungkapkan informasi yang dapat membuat mereka dalam kedudukan yang tidak menguntungkan. Sebagai hasilnya ada kesenjangan “leveling” antara atasan dan bawahan.


(34)

c. Spesialisasi

Meskipun spesialisasi adalah prinsip dasar organisasi, tetapi juga menciptakan masalah-masalah komunikasi, di mana hal ini cenderung memisahkan orang-orang, bahkan bila mereka bekerja saling berdekatan. Perbedaan fungsi, kepentingan da istilah-istilah pekerjaan dapat memubuat orang-orang merasa bahwa mereka hidup dalam dunia yang berbeda. Akibatnya dapat menghalangi perasaan memasyarakat, membuat sulit memahami, dan mendorong terjadinya kesalahan-kesalahan.

2. Hambatan – Hambatan Antar Pribadi

Seorang manajer perlu memperhatikan hambatan-hambatan antar pribadi seperti :

a. Perspektif Selektif

Persepsi adalah suatu proses yang menyeluruh dengan mana seseorang menseleksi, mengorganisasikan dan mengartikan segala sesuatu di lingkungannya. Dalam hal ini pengalaman mengajarkan seseorang dengan reaksi tertentu, dengan kata lain, pengharapan yang mengarahkan seseorang untuk melihat atau mendengar kejadian, orang, objek atau situasi adalah sesuatu yang ingin diliat atau didengar. Hal ini disebut persepsi selektif. Pelajaran bagi manajer untuk memahami sebanyak mungkin tentang kebutuhan, motif, tujuan, tingkat bahasan dan stereotip (proses penyusunan berita menjadi seperti sesuatu yang diharapkan) dari penerima, agar dapat mengkomunikasikan pengertian secara efektif.


(35)

b. Status atau Kedudukan Komunikator

Hambatan komunikasi lainnya adalah kecenderungan untuk menilai, mempertimbangkan dan membentuk pendapat atas dasar karakteristik-karakteristik pengirim terutama kredibilitas-nya, berdasarkan “keahlian” seseorang dalam bidang yang sedang dikomunikasikan dan tingkat kepercayaan seseorang bahwa orang tersebut akan mengkomunikasikan kebenaran. Manajer harus dipandang bawahan mereka sebagai orang terpercaya dan dapat dipercaya. Kalau tidak, usaha untuk memotivasi, mempengaruhi dan mengarahkan kegiatan-kegiatan bawahan akan sangat terhambat.

c. Keadaan Membela Diri

Perasaan membela diri pada pengirm, penerima berita atau keduanya juga menimbulkan hambatan-hambatan komunikasi. Keadaan membela diri seseorang mengakibatkan ekspresi wajah, gerakan tubuh, dan pembicaraan tertentu, dan sebaliknya meningkatkan tingkat pembelaan di pihak lain. Keadaan ini membuat pendengar lebih berkonsentrasi pada apa yang akan dikatakan dan bukan pada apa yang sedang didengar.

d. Pendengaran Lemah

Manajer perlu belajar untuk mendengar secara efektif agar mampu mengatasi hambatan ini. Berbagai kebiasaan sehubungan dengan pendegaran lemah meliputi : mendengar hanya di permukaan saja, hanya memberikan sedikit perhatian pada apa yang sedang dikatakan, memberikan pengaruh, melalui baik


(36)

perkataan atau tanda-tanda, menunjukkan kejengkelan atau kebosanan terhadap bahan pembicaraan dan mendengar dengan tidak efektif.

e. Ketidaktepatan Penggunaan Bahasa

Salah satu kesalahan terbesar yang terdapat dalam komunikasi adalah anggapan bahwa pengertian terletak dalam kata-kata yang digunakan, sebagai contoh : Perintah Manajer untuk mengerjakan “secepat mungkin” bisa berarti satu jam, satu hari atau satu minggu. Disamping itu, bahasa non-verbal yang tidak konsisten seperti nada suara, ekspresi wajah dan sebagainya dapat menghambat komunikasi.

Dengan demikian jelaslah bahwa arus komunikasi dari atasan ke bawahan belum tentu berjalan dengan mulus, sesuai yang diharapkan karena dipengaruhi bebagai faktor juga seperti yang diungkapkan oleh Arni Muhammad (2005:110-112) yaitu :

1. Keterbukaan, kurangnya sifat terbuka diantara pimpinan dan karyawan akan menyebabkan pemblokan atau tidak mau menyampaikan pesan dan gangguan dalam pesan. Umumnya para pimpinan tidak begitu memperhatikan arus komunikasi ke bawah. Pimpinan mau memberikan informasi ke bawah bila mereka merasa bahwa pesan itu penting bagi penyelesaian tugas. Tetapi apabila suatu pesan tidak relevan dengan tugas pesan tersebut tetap dipegangnya.


(37)

2. Kepercayaan pada pesan tulisan, Kebanyakan para pimpinan lebih percaya pada pesan tulisan dan metode defusi yang menggunakan alat-alat elektronik daripada pesan yang disampaikan secara lisan dengan tatap muka.

3. Pesan yang berlebihan, karena banyaknya pesan-pesan dikirimkan secara tertulis maka karyawan dibebani dengan memo-memo, bulletin, surat-surat pengumuman, majalah dan pernyataan kebijaksanaan, sehingga banyak sekali pesan-pesan yang harus dibaca oleh karyawan. Reaksi karyawan terhadap pesan tersebut biasanya cenderung untuk tidak membacanya.

4. Timing, atau ketepatan waktu pengiriman pesan mempengaruhi komunikasi ke bawah.Pimpinan hendaklah mempertimbangkan saat yang tepat bagi pengiriman pesan dan dampak yang potensial kepada tingkah laku karyawan. Pesan seharusnya dikirimkan ke bawah pada saat saling menguntungkan kepada kedua belah pihak yaitu pimpinandan karyawan. Tetapi bila pesan yang dikirimkan tersebut tidak pada saat dibutuhkan oleh karyawan maka mungkin akan memepengaruhi kepada efektivitasnya.

Disamping itu juga pada arus komunikasi dari bawahan kepada pimpinan terdapat juga beberapa hambatan sebagaimana terungkap oleh pendapat Dann N Sugandha (1982:95-96) sebagai berikut :

1. Banyak pegawai takut untuk menyatakan perasaan yang sebenarnya mengenai organisasinya terhadap para atasan mereka karena mereka menganggap hal itu berbahaya. Atasan seringkali mereka anggap sebagai sulit untuk dipercaya,


(38)

atasan adalah orang yang akan berbahaya kalau mereka ajak bicara dengan penuh keterbukaan (tulus).

2. Banyak pegawai percaya bahwa ketidak-sesuaian atau kurangnya kesetujuan dengan atasan akan menghalangi promosi mereka, karena hal ini akan menjadikan mereka buruk dalam pandangan atasan mereka.

3. Banyak pegawai terpengaruh oleh pendapat bahwa manajer kurang tertarik terhadap masalah-masalah mereka. Manajer sudah begitu terselubung oleh masalahnya sendiri hingga tak menjangkau nilai-nilai pegawainya dan kebimbangan-kebimbangan mereka.

4. Banyak pegawai yang merasa bahwa mereka tidak mendapatkan imbalan bagi buah-bauah pikiran mereka yang baik.

5. Banyak pegawai yang percaya bahwa kurang sekali adanya kecepatan tanggap dan perhatian atasan.

6. Banyak pegawai terpengaruh bahwa pimpinan teras tidak mengambil tindakan segera terhadap masalah-masalah.

2.2 MOTIVASI

2.2.1 Pengertian Motivasi

Motivasi merupakan kegiatan yang mengakibatkan, menyalurkan, dan memelihara perilaku manusia. Motivasi ini merupakan subjek yang penting bagi manajer, karena menurut definisi manajer harus bekerja dengan dan melalui orang lain. Manajer perlu memahami orang-orang berperilaku tertentu agar dapat mempengaruhinya untuk bekerja sesuai dengan yang diinginkan organisasi.


(39)

Motivasi adalah subjek yang membingungkan, karena motif tidak dapat diamati atau diukur secara langsung, tetapi harus disimpulkan dari perilaku orang yang tampak. Banyak istilah yang digunakan untuk menyebut motivasi (motivation) atau motif, antara lain kebutuhan (need), desakan (urge), keinginan (wish) dan dorongan (drive). Dalam hal ini akan digunakan istilah motivasi yang diartikan sebagai keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan.

Menurut Stanford dalam Mangkunegara (2000: 93) menyatakan bahwa motivasi didefinisikan sebagai suatu perusahaan karena dengan adanya motivasi diharapkan setiap karyawan mau kerja keras dan antusias untuk mencapai produktivitas kerja yang tinggi.

Menurut Alex S. Nitisemito (1991: 130), mengemukakan bahwa motivasi sebagai usaha atau kegiatan dari manajer untuk dapat meningkatkan semangat dan kegairahan kerja.

2.2.2 Teori Motivasi

Terdapat 5 teori motivasi yang paling popular dan berpengaruh besar dalam praktek pengembangan sumber daya manusia dalam suatu organisasi.


(40)

1. Teori Efek Hawthorn

Penelitian oleh Elton Mayo pada perusahaan General Electric kawasan Hawthorn di Chicago, memilki dampak pada motivasi kelompok kerja dan sikap karyawan dalam bekerja. Kontribusi hasil penelitian tersebut bagi perkembangan teori motivasi adalah :

a. Kebutuhan dihargai sebagai manusia ternyata lebih penting dalam meningkatkan motivasi dan produktivitas kerja karyawan dibandingkan dengan kondisi fiisik lingkungan kerja.

b. Sikap karyawan dipengaruhi oleh kondisi yang terjadi baik di dalam maupun di luar lingkungan tempat kerja.

c. Kelompok informal di lingkungan kerja berperan penting dalam membentuk kebiasaan dan sikap para karyawan.

d. Kerjasama kelompok tidak terjadi begitu saja, tetapi harus direncanakan dan dikembangkan.

2. Teori Kebutuhan

Menurut Abraham Maslow, pada dasarnya karyawan bekerja untuk memenuhi kebutuhan sebagai berikut:

a. Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan akan makan, minum dan mendapat tempat tinggal.

b. Kebutuhan rasa aman merupakan kebebasan dari ancaman, contoh : penjahat, dan gangguan lingkungan lainnya.


(41)

c. Kebutuhan social merupakan kebutuhan akan teman, afiliasi, interaksi, mencintai dan dicintai.

d. Kebutuhan harga diri yaitu kebutuhan akan penghargaan diri dan penghargaan dari orang lain.

e. Kebutuhan aktualisasi diri merupakan kebutuhan untuk memenuhi diri sendiri dengan penggunaan kemampuan maksimum, melalui ketrampilan dan potensi yang ada.

Kebutuhan-kebutuhan tersebut bersifat hierarkis, yaitu suatu kebutuhan akan timbul apabila kebutuhan dasar sebelumnya telah dipenuhi. Setelah kebutuhan fisiologis seperti pakaian, makanan dan perumahan terpenuhi, maka kebutuhan tersebut akan digantikan dengan kebutuhan rasa aman dan seterusnya. Sehingga tingkat kebutuhan seseorang akan berbeda-beda dalam bekerja. Seseorang yang kebutuhan hanya sekedar makan, maka pekerjaan apapun akan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

3. Teori X dan Y

McGregor mengemukakan dua model yang menjelaskan motivasi karyawan yang bekerja yaitu teori X dan teori Y.

Teori X menganggap bahwa:

a. Karyawan tidak suka bekerja dan cenderung untuk menghindari kerja. b. Karyawan harus diawasi dengan ketat dan diancam agar mau bekerja

dengan baik.


(42)

d. Uang bukan satu-satunya faktor yang memotivasi kerja.

e. Karyawan tidak perlu diberikan kesempatan untuk mengembangkan diri. Teori Y menganggap bahwa:

a. Karyawan senang bekerja, sehingga pengawasan dan hukuman tidak diperlukan oleh karyawan.

b. Karyawan akan memiliki komitmen terhadap pekerjaan dan organisasi jika merasa memuaskan.

c. Manusia cenderung ingin belajar.

d. Kreatifitas dan Imajinasi digunakan untuk memecahkan masalah.

4. Teori Dua Faktor dari Herzberg

Prinsip dari teori ini ialah bahwa kepuasan kerja dan ketidakpuasan kerja (job dissatisfaction) itu merupakan dua hal yang berbeda (Anwar Prabu, 2000: 121). Ia membagi situasi yang mempengaruhi sikap seseorang terhadap pekerjaannya menjadi dua kelompok yaitu kelompok satisfier/motivator dan kelompok dissatisfier atau hygiene factor.

Satisfier merupakan faktor-faktor atau situasi yang dibuktikannya sebagai sumber kepuasan kerja terdiri dari :

1. Achievement (Prestasi)

2. Recognation (penghargaan/pengakuan) 3. Work it self (kemandirian)


(43)

5. Advancement (kemajuan)

Hadirnya faktor-faktor tersebut akan menimbulkan kepuasan, tetapi tidak hadirnya faktor itu tidaklah selalu mengakibatkan adanya ketidakpuasan.Dissatisfiers (hygiene factor) adalah faktor-faktor yang terbukti menjadi sumber ketidakpuasan, yang terdiri atas :

1. Company policy and administrations (kebijaksanaan perusahan dan administrasi)

2. Supervision technical (teknik supervisi) 3. Salary (gaji)

4. Interpersonal relations (hubungan antar personel) 5. Working Condition (kondisi pekerjaan)

6. Job Security and status (keamanan pekerjaan dan status)

Perbaikan terhadap kondisi ini akan mengurangi atau menghilangkan ketidakpuasan, tetapi tidak akan menimbulkan kepuasan karena ia bukan sumber kepuasan kerja. Dengan demikian, perbaikan salary dan working conditions tidak akan menimbulkan kepuasan tetapi hanya akan mengurangi ketidakpuasan. Selanjutnya menurut Herzbeg bahwa yang bisa memacu orang untuk bekerja dengan baik dan menimbulkan gairah untuk bekerja hanyalah kelompok satisfier.


(44)

5. Teori Motivasi Berprestasi

David McClelland menjelaskan tentang keinginan seseorang untuk mencapai kinerja yang tinggi. Hasil penelitian tentang motivasi berprestasi menunjukkan pentingnya menetapkan target atau standar keberhasilan. Karyawan dengan ciri-ciri motivasi berprestasi yang tinggi akan memiliki keinginan bekerja yang tinggi. Karyawan lebih mementingkan kepuasan pada saat target telah tercapai dibandingkan imbalan atas kinerja tersebut. Hal ini bukan berarti mereka tidak mengharapkan imbalan, melainkan mereka menyukai tantangan.

Ada tiga macam kebutuhan yang dimiliki oleh setiap individu yaitu:

a. Kebutuhan berprestasi (Achievement motivation) yang meliputi tanggung jawab pribadi, kebutuhan untuk mencapai prestasi, umpan balik dan mengambil risiko sedang.

b. Kebutuhan berkuasa (Power motivation) yang meliputi persaingan, mempengaruhi orang lain.

c. Kebutuhan berafiliasi (Affiliation motivation) yang meliputi persahabatan, kerjasama dan perasaan diterima.

Dalam lingkungan pekerjaan, ketiga macam kebutuhan tersebut saling berhubungan, karena setiap karyawan memiliki semua kebutuhan tersebut dengan kadar yang berbeda-beda. Seseorang dapat dilatihkan untuk meningkatkan salah satu dari tiga faktor kebutuhan ini. Misalnya untuk meningkatkan kebutuhan berprestasi kerja, maka karyawan dapat dipertajam tingkat kebutuhan berprestasi dengan menurunkan kebutuhan yang lain.


(45)

2.3. Konsep Kinerja 2.3.1 Pengertian Kinerja

Menurut Mangkunegara (2001:67) dikemukan pengertian kinerja yaitu : “hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya”.

Kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam rangka upaya mencapai tujuan bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika (Suyadi, 2002:98).

Sedangkan menurut Sutrisno (2009:164), kinerja merupakan hasil upaya seseorang yang ditentukan oleh kemampuan karakteristik pribadinya serta persepsi terhadap perannya dalam pekerjaan itu.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa gabungan dari tiga faktor penting kemampuan dan minat seseorang pekerja, kemampuan dan penerimaan atas penjelasan delegasi tugas dan peran serta tingkat motivasi seorang pekerja. Semakin tinggi ketiga faktor kemampuan, maka semakin besarlah kinerja karyawan yang bersangkutan.


(46)

2.3.2. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Kinerja

Banyak faktor yang mempengaruhi kinerja seorang karyawan. Faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja yang baik menurut Mangkunegara (2001:68) adalah:

1. Faktor Kemampuan

Secara psikologis, kemampuan (abilitiy) karyawan terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan reality (knowledge + skill). Artinya pendidikan yang memadai untuk jabatan dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari, maka ia akan lebih mudah mencapai prestasi yang diharapkan. Oleh sebab itu, karyawan perlu ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan keahlian (The right man, On The Right Place, The Right man On the Right Job).

2. Faktor Motivasi

Motivasi terbentuk dari sikap (attitute) seorang karyawan dalam menghadapi situasi kerja. Motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan diri karyawan yang terarah untuk mencapai tujuan organisasi (tujuan perusahaan). Sikap mental merupakan kondisi mental yang mendorong diri karyawan untuk berusaha mencapai prestasi kerja secara maksimal (sikap mental yang siap secara psikofisik), artinya seorang karyawan harus siap mental, mampu secara fisik, memahami tujuan utama dan target kerja yang akan dicapai, mampu memanfaatkan dalam situasi kerja.


(47)

Berdasarkan kutipan di atas diketahui bahwa faktor yang mempengaruhi kinerja yaitu faktor kemampuan dan faktor motivasi, faktor kemampuan didasarkan atas potensi yang dimiliki oleh seseorang dalam menjalankan pekerjaannya sedangkan faktor motivasi didasarkan atas mentanilitas tersebut secara berusaha mencapai prestasi kerja.

2.3.3. Prinsip Dasar Manajemen Kinerja

Manajemen kinerja bekerja atas prinsip dasar yang dapat dijadikan acuan bersama agar dapat mencapai hasil yang diharapkan. Adapun prinsip dasar manajemen kinerja menurut Wibowo (2007:11) adalah sebagai berikut:

1. Kejujuran

Kejujuran menunjukkan diri dalam komunikasi umpan balik yang jujur diantara manajer, pekerja dan rekan kerja. Kejujuran termasuk dalam mengekspresikan pendapat, menyampaikan fakta dan memberikan pertimbangan dan perasaan.

2. Pelayanan

Setiap aspek dalam proses kinerja harus memberikan pelayanannya kepada setiap pekerja, manajer, pemilik dan pelanggan, dalam proses manajemen kinerja, umpan balik dan pengukuran harus membantu pekerja dan perencanaan kinerja

3. Tanggung Jawab

Merupakan prinsip dasar dari pengembangan kinerja dengan memahami dan menerima tanggung jawab atas apa yang mereka kerjakan dan tidak


(48)

kerjakan untuk mencapai tujuan mereka. Pekerja belajar tentang apa yang perlu mereka perbarui.

4. Perumusan Tujuan

Manajemen kinerja dimulai dengan melakukan perumusan dan mengklarifikasi terlebih dahulu tujuan yang hendak dicapai oleh organisasi, sesuai dengan jenjang organisasi yang dimiliki dan selanjutnya tujuan yang telah dirumuskan tersebut dirinci lebih lanjut menjadi tujuan di tingkat yang lebih rendah, seperti divisi, departemen, tim dan karyawan

5. Komunikasi Dua Arah

Manajemen kinerja memerlukan gaya manajemen yang bersifat terbuka, jujur serta mendorong terjadinya komunikasi dua arah antara atasan dengan bawahan. Komunikasi dua arah ini akan menunjukkan adanya sikap keterbukaan dan saling pengertian antara dua pihak.

2.3.4. Indikator Kinerja Karyawan

Menurut Sutrisno (2009:152) ada enam indikator dari kinerja yakni:

1. Hasil kerja

Merupakan proses kegiatan yang dilakukan setiap hari dalam mendukung operasional bank, misalnya: menyediakan kebutuhan data dan melakukan jurnal transaksi yang diteliti.


(49)

Tingkat pengetahuan yang terkait dengan tugas pekerjaan yang akan berpengaruh langsung terhadap kuantitas dan kualitas dari hasil kerja 3. Inisiatif

Merupakan pola pikir yang berbeda dalam setiao pengambilan keputusan kerja, misalnya mengetahui dan memahami persoalan di lingkungan kerja, mampu meberi saran pada atasan

4. Kecekatan Mental

Tingkat kemampuan dan kecepatan dalam menerima instruksi kerja dan menyesuaikan dengan cara kerja serta situasi kerja yang ada

5. Sikap

Tingkat semangat kerja serta sikap positif dalam melaksanakan tugas pekerjaan

6. Disiplin Waktu dan Absensi

Merupakan sikap patuh terhadap aturan yang berlaku. 2.4 Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Mahruro Agiihdini Hasibuan pada tahun 2011. Ia meneliti tentang keeratan hubungan antara komunikasi dan motivasi dengan kinerja karyawan dengan judul, “Pengaruh Komunikasi Organisasi dan Motivasi Terhadap Semangat Kerja Karyawan Pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Medan Putri Hijau. Populasi sasaran adalah seluruh karyawan pada Bank BRI Cabang Medan Putri Hijau yang berjumlah 41 orang. Data yang dikumpulkan menggunakan metode wawancara dan kuesioner. Dari uji hipotesis dapat dilihat bahwa antara variabel bebas (X1)


(50)

yaitukomunikasi, Variabel bebas (X2) yaitu Motivasi yang secara serentak berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel independen variabel terikat (Y) yaituSemangat Kerja Karyawan.

2.5. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan penjelasan tentang hubungan antar variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsika (sugiyono, 2008:89). Didalam setiap penelitian sosial, seorang peneliti harus terlebih dahulumenetapkan variabel-variabel penelitian sebelum memulai pengumpulan data. Hal initertuang dalam kerangka konsep dengan menetapkan variabel akan memudahkan sipeneliti untuk melaksanakan penelitiannya.

Menurut Purwanto ( 2003: 20) komunikasi organisasi adalah suatu proses komunikasi yang menggunakan media yaitu bahasa atau simbol-simbol yang bisa digunakan untuk mentransfer pesan-pesan dari pemberi pesan ke penerima pesan melalui proses komunikasi. Apabila cara menyampaikan pesan dan mengembangkan pesan tidak terdapat masalah-masalah dan si penerima pesan juga bisa menerima pesan dan menafsirkan pesan dengan komunikasi yang efektif ini maka semangat kerja karyawan akan meningkat karena antara karyawan teah mengerti pesan yang disampaikan.

Wursanto (2002: 302) motivasi merupakan penggerak, alasan, dorongan yang ada di dalam diri manusia yang menyebabkan orang lain berbuat sesuatu, yang bisa bersumber dari : gaji, keamanan kerja, kondisi kerja, status. Dapat dikatakan pula bahwa motivasi merupakan dorongan, keinginan dan hasrat dan


(51)

tenaga penggerak yang berasal dari dalam diri manusia untuk berbuat atau untuk melakukan sesuatu.

Menurut Siagian (2003: 57), semangat kerja karyawan menunjukkan sejauh mana karyawan bergairah dalam melakukan tugas dan tanggung jawabnya di dalam perusahaan. Semangat kerja karyawan dapat dilihat dari tingkat kehadiran, disiplin kerja, prodktivitas dan ketepatan waktu menyelesaikan pekerjaan.

Berdasarkan uraian di atas maka kerangka konseptual penelitian ini adalah sebagai berikut:

Sumber: Purwanto ( 2003: 20), Wursanto (2002: 302), Siagian (2003: 57)

Gambar 2.2 : Kerangka Konseptual

2.6. Hipotesis Penelitian KOMUNIKASI ORGANISASI (X1)

KINERJA BISNIS (Y)


(52)

Mengacu kepada perumusan masalah, Hipotesis dalam penelitian ini, adalah “Komunikasi dan Motivasi berpengaruh Terhadap Kinerja Bisnis PT. BRI (Persero) Tbk. Cabang Iskandar Muda Medan”, hipotesa yang diajukan penulis adalah sebagaiberikut :

1. Hipotesa Nol (Ho) :

Bahwa komunikasi dan motivasi tidak berpengaruh terhadap kinerja bisnis pada PT. BRI (Persero) Tbk. Cabang Iskandar Muda Medan.

2. Hipotesa Kerja (Ha) :

Bahwa komunikasi dan motivasi berpengaruh terhadap kinerja bisnis pada PT. BRI (Persero) Tbk. Cabang Iskandar Muda Medan.


(53)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian adalah penelitian survei. Penelitian survei menurut Arikunto (2007 : 236) merupakan suatu jenis penelitian yang banyak dilakukan oleh penulis dalam bidang sosiologi, bisnis, politik, pemerintahan dan pendidikan. Penulis menggunakan penelitian survei karena informasi yang diteliti dapat diperoleh dengan teknik wawancara dan penulis juga memberikan kuesioner kepada karyawan PT. BRI (Persero) Tbk, Cabang Iskandar Muda Medan.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

3.2.1 Tempat Penelitian

Adapun penelitian ini dilakukan oleh penulis di PT. BRI (Persero) Tbk, Cabang Iskandar Muda Medan, yang beralamat di jalan Iskandar Muda.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini berlangsung selama sebulan penuh yang berlangsung dari tanggal Mei 2012 sampai dengan Juni 2012.


(54)

3.3. Batasan Operasional

Batasan operasional dilakukan untuk menghindari kesimpangsiuran dalam membahas dan menganalisis permasalahan. Batasan operasional dalam penelitian ini adalah:

A. Variabel bebas (X) X1 : Komunikasi X2 : Motivasi

B. Variabel terikat (Y): Kinerja bisnis pada PT. BRI (Persero) Tbk, Cabang Iskandar Muda Medan.

3.4 Defenisi Operasional Variabel

Guna membantu untuk lebih mengarahkan penelitian ini sesuai objek sasaran yang diharapkan maka dirasakan perlu untuk memberikan pengertian-pengertian tentang konsep variabel sebagai berikut :

a) Variabel Bebas X1 ( Komunikasi ) adalah :

Proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan yang bertujuan untuk merubah pengetahuan, sikap dan prilaku penerima pesan (komunikan).

b) Variabel Bebas X2 ( Motivasi) adalah :

Suatu keadaan fisikologi yang muncul akibat adanya dorongan untuk memenuhi kebutuhan.


(55)

Hasil kerja yang dapat dicapai oleh karyawan atau sekelompok karyawan dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika.

Adapun defenisi operasional dari variabel terikat (Y) dan variabel bebas (X) adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1 Operasional Variabel

Variabel Definisi Variabel Indikator Variabel Skala Penguku ran 1.Komuni kasi (X1)

Proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan yang bertujuan untuk merubah pengetahuan, sikap dan prilaku penerima pesan (komunikan).

1. bsahasa/ simbol/ Petunjuk (Instruksi) 2. Perintah 3. Proses

Likert

2.Motivasi (X2)

Dayapendorongyang menciptakankegairahan

seseorang baik yang berasal dari dalam maupun dari luar diri seseorang yang mendorong agar mereka mau bekerjasama efektif dan integrasi dengan segala daya upayanya untuk mencapai tujuan tertentu.

1. Upah/ gaji 2. Melaksana

kan pekerjaan dengan rasa aman 3. Peluang/Ke

sempatan

Likert

3.Kinerja Bisnis (Y)

Hasil kerja yang dapat dicapai oleh pegawai atau sekelompok pegawai dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing,

1. Tingkat kehadiran kerja 2. Disiplin

Kerja 3. produktivit


(56)

dalam upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika.

as

Sumber : Handoko (2002:30) Arni Muhammad (2005: 4-5) Stanford dalam Mangkunegara (2000: 93) Hasibuan (2000: 141) Data diolah peneliti.

3.5 Skala Pengukuran Variabel

Pengukuran masing-masing variabel dalam penelitian adalah dengan menggunakan skala likert. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau kelompok orang tentang fenomena sosial. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan (Sugiyono, 2005:86).


(57)

Tabel 3.2

Instrument Skala Likert

No. Skala Skor

1 Sangat Setuju (SS) 5

2 Setuju (S) 4

3 Kurang Setuju (KS) 3

4 Tidak Setuju (TS) 2

5 Sangat tidak Setuju (STS) 1

Sumber: Sugiyono (2005 : 86) 3.6 Populasi dan Sampel

3.6.1 Populasi

Populasi dan wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2005 : 55).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan PT. BRI (Persero) Tbk, Cabang Iskandar Muda Medan yang berjumlah 50 (lima puluh) orang karyawan .


(58)

3.6.2 Sampel

Prosedur penarikan sampel menggunakan metode sensus artinya seluruh populasi yang ada digunakan sebagai sampel penelitian. Hal ini dilakukan bila jumlah relatif kecil (sugiyono). Jadi sampel dalam penelitian adalah 50 (lima puluh) orang karyawan PT. BRI (Persero) Tbk, Cabang Iskandar Muda Medan. 3.7 Sumber Data Dan Jenis Data

3.7.1 Sumber Data

Agar kegiatan penelitian dapat terlaksana dengan baik dan sesuai dengan apa yang diharapkan penulis, maka diperlukan data yang bersifat obyektif dan data harus relevan dengan judul yang diajukan penulis karena data ini sangat penting. Sumber data yang diperoleh dari bagian Pemasaran pada PT. BRI (Persero) Tbk, Cabang Iskandar Muda Medan.

3.7.2 Jenis Data

Data adalah hasil pencatatan penulis, baik yang berupa fakta ataupun angka. Data adalah segala fakta dan angka yang dapat dijadikan bahan untuk menyusun informasi, sedangkan informasi adalah hasil pengolahan data yang dipakai untuk suatu keperluan (Marzuki, 2005:55). Adapun jenis data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian yaitu:


(59)

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya, melalui kuisioner dan wawancara pada PT. BRI (Persero) Tbk, Cabang Iskandar Muda Medan.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diusahakan sendiri pengumpulannya oleh penulis atau data yang diperoleh langsung dari sumbernya. Adapun sumber datanya berupa tabel, gambar, buku data. Data sekunder yang diperoleh penulis dalam penelitian ini adalah mengenai sejarah PT. BRI (Persero) Tbk, Cabang Iskandar Muda Medan.

3.8. Metode Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian yaitu:

A. Kuesioner

Teknik wawancara adalah pengumpulan data yang dilakukan dengan bertanya langsung kepada informan yang berkaitan dengan data yang dibutuhkan. Adapun teknik ini penulis lakukan dengan cara bertanya langsung pada bagian sumber daya manusia PT. BRI (Persero) Tbk, Cabang Iskandar Muda Medan.


(60)

B. Studi dokumentasi

Dilakukan dengan cara mengumpulkan dan mempelajari data-data yang diperoleh dari berbagai macam buku, jurnal dan informasi dari internet yang berhubungan dengan penelitian.

3.9 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau tidaknya suatu kuesioner. Uji validitas dilakukan dengan menggunakan software SPSS (statistic Package for the Social Science) versi 16.0 dengan kriteria sebagai berikut :

a. Jika rhitung > rtabel, maka pertanyaan dinyatakan valid. b. Jika rhitung < rtabel, maka pertanyaan dinyatakan tidak valid.

Sedangkan, uji reliabilitas merupakan alat yang digunakan untuk mengukur kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.

Metode yang akan digunakan untuk melakukan uji validitas adalah dengan melakukan korelasi antara skor butir pertanyaan dengan total skor konstruk atau variabel. Sedangkan untuk uji reliabilitas yang akan digunakan dalam penelitian ini, adalah dengan menggunakan software SPSS (statistic Package for the Social Science) versi 16.0 untuk memperoleh hasil yang lebih terarah, uji validitas ini dilakukan pada PT. BRI (Persero) Tbk, Cabang Putri Hijau Medan sebanyak 30 responden. Menurut Nunnally (1967) dalam Ghozali (2005: 42) suatu konstruk atau variabel dinyatakan riabel dengan kriteria sebagai berikut:


(61)

a. Jika ralpha> rtabel, maka pertanyaan dinyatakanreliabel. b. Jika ralpha< rtabel, maka pertanyaan dinyatakan tidak reliabel.

3.10 Metode Analisis Data

3.10.1. Analisis Deskriptif

Metode deskriptif, yaitu cara merumuskan dan menafsirkan data yang ada sehingga gambaran yang jelas mengenai pengumpulan, menyusun, mengklarifikasikan, menganalisis dan menginterprestasikan data secara objektif, sehingga memberikan informasi dan gambaran umum mengenai objek yang diteliti.

3.10.2. Uji Asumsi Klasik

Sebelum melakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu akan dilakukan pengujian terjadinya penyimpangan terhadap asumsi klasik. Dalam asumsi klasik terdapat beberapa pengujian yang harus dilakukan, yakni Uji Multikolonieritas, Uji Autokorelasi, Uji Heterosdastisitas, dan Uji Normalitas.

a. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Jika ditemukan adanya multikolinieritas, maka koefisien regresi variabel tidak tentu dan kesalahan menjadi tidak terhingga. Salah satu metode untuk mendiagnosa adanya multicollinearity adalah dengan menganalisis nilai tolerance dan lawannya


(62)

variance inflation factor (VIF). Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi, karena VIF = 1/Tolerance. Nilai Cut Off yang dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance kurang dari 0,1 atau sama dengan nilai VIF lebih dari 10.

b. Uji Heteroskedastisitas

Tujuan dari pengujian ini adalah untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Model regresi yang baik adalah yang homoskesdastisitas, yakni variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain bersifat tetap.

c. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik. Metode kuantitatif yang tidak menggunakan perhitungan statistik (non uji statistik) dan terbatas pada perhitungan persentase saja, akan tetapi dengan menggunakan pemikiran logis untuk menggambarkan, menjelaskan dan menguraikan secara mendalam dan sistematis tentang keadaan yang sebenar-benarnya baru kemudian ditarik kesimpulan sehingga diperoleh suatu pemecahan masalah.


(63)

3.10.3. Analisis Regresi Linier Berganda

Hasil pengumpulan data akan dihimpun setiap variabel sebagai suatu nilai dari setiap responden dan dapat dihitung melalui program SPSS. Metode penganalisaan data menggunakan perhitungan statistik dan program SPSS untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan apakah dapat diterima atau ditolak. Teknik analisis yang dipakai dalam menguji hipotesis ini adalah dengan menggunakan analisis regresi berganda. Dalam penelitian ini perhitungan statistik menggunakan (perkalian dua atau lebih variabel independen) yaitu : Model Analisis Regresi Berganda dengan persamaan sebagai berikut :

Y = a + b1 X1+ b2 X2+ e

dimana :

Y = Produktivitas Kerja

a = Konstanta

X1 = Kecerdasan Intelektual

X2 = Kecerdasan Emosional

B = slope


(64)

3.10.4. Uji Hipotesis

a. Koefisien Determinasi ( R2 )

Multikolnieritas terjadi apabila nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu model regresi empiris sangat tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel independen banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen.

b. Uji f (Uji Simultan)

Pengujian pengaruh variabel independen secara bersama-sama (simultan) terhadap perubahan nilai variabel dependen, dilakukan melalui pengujian terhadap besarnya perubahan nilai variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh perubahan nilai semua variabel independen, untuk itu perlu dilakukan uji F. Uji F atau ANOVA dilakukan dengan membandingkan tingkat signifikasi yang ditetapkan untuk penelitian dengan probability value dari hasil penelitian.

c. Uji t (Uji Parsial)

Pengujian ini digunakan untuk menentukan apakah dua sampel tidak berhubungan, memiliki rata-rata yang berbeda. Uji t dilakukan dengan cara membandingkan perbedaan antara nilai dua nilai rata-rata dengan standar error dari perbedaan rata-rata dua sampel.


(65)

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan

Tanggal 16 Desember 1895 dalam masa penjajahan Belanda, Raden Bei Patih Aria Wirya Atmadja cs. Mendirikan De Poerwokertosche Hulpen Spaar Bank der Inlandsche Hoofden sebagai bank yang lebih dikenal dengan Bank Priyayi. Tanggal 19 Desember 1943 De Poerwokertosche Hulpen Spaar Bank der Inlandsche Hoofden berubah nama menjadi Algemene Volkcredit Bank

(AVB).

Masa pendudukan Jepang sebutan Algemene Volkcredit Bank (AVB) diganti menjadi Syomin Ginko yang artinya Bank Rakyat. Pada tanggal 22 Maret 1946 masa kemerdekaan, Bank Rakyat (dahulu AVB / syomin ginko) ditetapkan sebagai bank pemerintah, sehingga Bank Rakyat Indonesia pada waktu itu menjadi satu-satunya bank pemerintah yang pertama kali didirikan setelah kemerdekaan, dan satu-satunya bank pemerintah yang pertama kali dapat memberikan modal permulaan kepada Yayasan Bank Negara Indonesia.

Tanggal 21 April 1951 Bank Rakyat Indonesia ditetapkan sebagai Bank Menengah dan pada tanggal 29 Agustus 1951 Algemene Volkcredit Bank (AVB) dibubarkan, sehingga Bank Rakyat Indonesia menjadi ahli waris satu-satunya dari


(66)

Bulan Agustus 1965 semua bank-bank pemerintah digabung menjadi satu dengan nama Bank Negara Indonesia (BNI) dimana Bank Negara Indonesia unit II merupakan wadah bagi ex. Bank Koperasi Tani dan Nelayan, dimana ex. Bank Rakyat Indonesia bekerja dibidang rural dan ex. Nhm bekerja dibidang export import.

Tahun 1982 Direksi menugasi sebuah team untuk mengkaji kembali tentang tanggal berdiri Bank Rakyat Indonesia, hasil dituangkan dalam Surat Keputusan Direksi Bank Rakyat Indonesia No. Kep: s.67-dir/12/1982, tanggal 2 Desember 1982 secara resmi ditetapkan bahwa Bank Rakyat Indonesia didirikan pada tanggal 16 Desember 1895, yaitu tanggal dimana embrio Bank Rakyat Indonesia bernama De Poerwokertosche Hulpen Spaarbank der Inlandsche Hoofden didirikan pertama kali oleh Raden Bei Patih Aria wirya Atmadja.

4.1.2 Visi dan Misi Perusahaan

Visi : Menjadi Bank Komersial terkemuka yang selalu mengutamakan kepuasan pelanggan

Misi :

1. Melakukan kegiatan perbankan yang terbaik dengan mengutamakan pelayanan pada usaha mikro, kecil, dan menengah untuk menunjang peningkatan ekonomi masyarakat

2. Memberikan pelayan prima kepada nasabah melalu jaringan yang tersebar luas dan didukung oleh SDM yang professional dengan melaksanakan


(67)

3. Memberikan keuntungan dan manfaat yang optimal kepada pihak-pihak yang berkepentingan

4. Menjadikan bank sehat dan salah satu dari bank terbesar dalam asset dan keuntungan

5. Menjadi bank terbesar dan terbaik dalam pengembangan agribisnis 6. Menjadi salah satu bank go public yang terbaik

7. Menjadi bank yang terbaik dan terbesar dalam pengembangan usaha mikro, kecil, menengah

8. Menjadi bank yang melaksanaka Good Corporate Governance secara konsisten

9. Menjadikan budaya kerja BRIsebagai sikap dan perilaku semua insan BRI

4.1.3 Struktur Organisasi 1. Struktur Organisasi

Dalam struktur organisasi terdapat kerangka kerja yang menggambarkan hubungan tiap-tiap bagian. Berikut bagan organisasi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk Cabang Iskandar Muda Medan :


(68)

Keterangan:

AO : Account Officer ADK : Administrasi Kredit SDM : Sumber Daya Manusia LAIM : Laporan dan Informasi OB : Over Booking

TKK : Tim Kurir Kas DJB : Dana Jasa Bank

PAU : Petugas Administrasi Unit AMO : Petugas Rekonsiliasi Unit AMBM : Assisten Manajer Operasional UPN : Unit Pelayanan Nasabah Sumber : PT. BRI Cabang Iskandar Muda Medan

Gambar 4.1 Bagan struktur PT. BRI (Persero)Tbk, cabang Iskandar Muda Medan

Pemimpin Cabang

Penilik

A M O AMBM

Supervisor ADM Unit

P A U

P R U B R I U P N

D J B Supervisor

Pelayanan

Teller Tunai

Teller OB

Kliring

T K K Supervisor

Pel Intern

Sekretaris

S D M

Logistik

L A I M Supervisor

A D K

A D K A O

A O


(69)

2. Uraian Tugas Tiap Bagian a. Pemimpin Cabang

Mengawasi dan mengkoordinir pembinaan, pengembangan dan pengelolaan usaha-usaha BRI terutama yang berada dic cabangnya. Memonitor dan membina pengembangan kantor unit yang berada di cabangnya. Mengidentifikasi potensi-potensi bisnis mikro, ritel dan menengah di cabangnya

b. AMO (Assisten Manajer Operasional)

Mengawasi jalannya seluruh kegiatan operasional kantor cabang. Menyelesaikan kendala-kendala operasional seperti dalam hal melayani nasabah, termasuk permasalahan perangkat computer.

c. AMBM (Assisten Manajer Bisnis Mikro)

Mengkoordinir seluruh kegiatan operasional dan administrasi kantor unit

d. Supervisor Administrasi Kredit

Mengawasi administrasi yang berhubungan dengan keseluruhan pinjaman. Bertanggung jawab terhadap legal aspek (aspek hukum yang harus dipenuhi oleh bank dan nasabah).


(1)

Sutrisno, H, (2001). Melejitkan IQ, IE, dan IS. Depok : Inislasi Press.

Sondang, P. Siagian., (2003). Manajemen SDM. Edisi ke II. Cetakan Kedua, PT. Bina Aksara, Jakarta.

Skripsi

Kosim, Nanang, 2007. Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dengan Kinerja Guru SD Nur Fatahilar Pondok Benda Bauran Serpong.


(2)

Lampiran 1

KUISIONER PENELITIAN

PENGARUH KOMUNIKASI DAN MOTIVASI TERHADAP KINERJA BISNIS PADA PT. BANK RAKYATINDONESIA (PERSERO)

Tbk. CABANG ISKANDARMUDA MEDAN

Petunjuk pengisian dan penelitian jawaban.

Mohon diberi jawaban untuk pertanyaan berikut, sesuai pendapat bapak/ibu dan Bapak/Ibu diminta untuk mengutarakan apa adanya, yaitu apa yang sebenarnya terjadi.

a. Identitas Responden

Jenis Kelamin :

Umur :

Status : (Menikah / belum menikah)

Pendidikan : a. SMU b. D3 c. S1

Lama bekerja :

Istilah kuisioner ini sesuai dengan penilaian anda, dengan memberikan tanda checklist ( √) pada kolom yang tersedia :


(3)

Setuju : S

Ragu-ragu : R

Tidak setuju : TS

Sangat tidak setuju : STS

1. Variabel Komunikasi (X1)

No Pertanyaan SS S KS TS STS

1. Pimpinan memberi petunjuk kerja dengan jelas

2. Saya mampu merespon setiap komunikasi dengan baik 3. Saya memahami setiap yang didengar

4. Saya memahami setiap apa yang dibaca

5. bahasa yang digunakan dalam percakapan cukup jelas

6. Perusahaan menyampaikan pesan melalui media perantara telepon dalam menjalankan tugas

7. Perusahaan menyampaikan pesan secara langsung dalam menjalankan tugas

8 Pemimpin memberikan tugas sesuai jabatan

9 Pemimpin selalu memberi perintah disaat yang tepat 10 Kebijakan dalam perusahaan telah dilaksanakan


(4)

11 Hubungan yang baik antar karyawan sangat diperlukan

12. Saling memahami termasuk dalam proses komunikasi 13. Pemimpin memiliki rasa tanggung jawab

14 Karyawan bertanggung jawab atas pekerjaannya

15. Proses Komunikasi dalam perusahaan dalam melaksanakan tugas menciptakan hasil yang maksimal

2. Variabel Motivasi (X2)

No Pertanyaan SS S KS TS STS

1. Saya diberi upah yang selayaknya

2. Saya mendapat tunjangan dari perusahaan

3. Gaji bisa meningkatkan motivasi karyawan dalam bekerja

4. Gaji yang anda terima sudah sesuai dengan ketentuan 5. Besarnya gaji menunjukkan besarnya tanggung jawab 6. Kondisi kerja yang baik sangat diharapkan

7. Hubungan kerja yang baik meningkatkan kondisi kerja 8. Dengan adanya keamanan kerja meningkatkan

motivasi karyawan


(5)

10. Lingkungan kerja yang baik akan meningkatkan semangat kerja

11. Saya selalu optimis dalam karir

12. Atasan saya sangat memberikan dorongan untuk karyawan selalu berprestasi

13. Perusahaan memberi peluang bagi peningkatan karir 14. Hubungan kerja yang baik dengan karyawan lainya

dapat mendukung kelancaran pekerjaaan

15. Karyawan selalu memanfaatkan kesempatan baik

3. Kinerja Bisnis (Y)

No Pertanyaan SS S KS TS STS

1. Saya datang tidak pernah terlambat 2. Saya jarang sekali tidak hadir

3. Saya selalu Menyediakan waktu untuk bertemu relasi 4. Saya sering menghadiri pertemuan bisnis

5. Karyawan mendapat izin bila keadaan tidak memungkinkan untuk hadir

6. Jika diminta saya mampu memberikan saran pada atasan

7. Saya mengetahui dan memahami persoalan di lingkungan kerja


(6)

8. Saya melaksanakan pekerjaan tepat waktu 9. Saya mematuhi peraturan yang ditetapkan 10. Karyawan memiliki manajemen waktu yang baik

11. Saya memiliki ide-ide yang kreatif dalam melaksanakan tugas

12. Produktifitas karyawan akan menurun jika pemberian tugas tidak sesuai

13. Anda mempunyai standar dalam pencapaian target 14. Karyawan akan selalu berusaha keras untuk

memenuhi target yang ditetapkan