30 lokal tersebut secara terpadu didayagunakan oleh masyarakat dalam upaya
pemberdayaan perempuan di pedesaan setempat. Upaya pemberdayaan perlu diikuti dengan memperkuat potensi atau
daya yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Sehingga di dalam pemberdayaan masyarakat terdapat unsur-unsur yang harus dipenuhi. Menurut
Moh Shofan 2007: 95 terdapat empat unsur yang harus dipenuhi dalam pemberdayaan masyarakat yaitu:
1 Suatu program dengan fokus pada kebutuhan dari komunitas
sasaran 2
Bantuan teknis untuk komunitas 3
Mengintegrasikan sejumlah spesialis untuk membantu komunitas, dan
4 Perhatian utama pada kemandirian dan partisipasi dari masyarakat.
Dari unsur pemberdayaan masyarakat di atas, dapat dikemukakan bahwa pemberdayaan masyarakat merupakan suatu proses pembangunan yang
berkesinambunga yang bertujuan untuk memperbaiki kondisi ekonomi, sosial dan kebudayaan masyarakat. Sehingga untuk mencapai kehidupan yang lebih
baik. Proses pemberdayaan masyarakat juga memberikan penekanan pada prinsip kemandirian. Selain itu, fokus kegiatannya melalui pemberdayaan
potensi-potensi yang dimiliki oleh masyarakat.
B. PENELITIAN YANG RELEVAN
Penelitian berikut ini adalah beberapa hasil penelitian yang dinilai relevan dengan penelitian yang mengangkat masalah Pemberdayaan Perempuan dan
Sumber daya lokal, diantaranya adalah :
31 1.
Penelitian Hastuti dan Dyah Respati mengenai
Model Pemberdayaan Perempuan Miskin Berbasis Pemanfaatan Sumberdaya Perdesaan Upaya
Pengentasan Kemiskinan Di Perdesaan Studi Di Lereng Merapi Daerah Istimewa Yogyakarta
: 2009. Penelitian ini bertujuan merumuskan model pemberdayaan perempuan miskin berbasis pemanfaatan lahan upaya
pengentasan kemiskinan di perdesaan. Diperlukan model pemberdayaan perempuan miskin agar perempuan miskin secara aktif mampu berpartisipasi
dalam pemanfaatan sumberdaya perdesaan. Penguatan perempuan miskin merupakan inti pemberdayaan perempuan dan akan optimal apabila
perempuan diberi kesempatan setara dengan laki-laki dalam pemanfaatan sumberdaya perdesaan. Dari implementasi model dilakukan analisis sebagai
bagian dari umpan balik penelitian agar model yang dikembangkan efektif dengan jangkauan wilayah lebih luas untuk pengentasan kemiskinan melalui
pemberdayaan perempuan miskin berbasis pemanfaatan sumberdaya perdesaan.
2.
Penelitian Sri Wahyuti tahun 1998 mengenai
Peran dan prospek kelompok produksi emping mlinjo sebagai wahana dalam pembangunan masyarakat
pedesaan.
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui peran dan prospek kelompok produksi emping melinjo sebagai suatu kelompok
belajar dari beberapa warga dusun yang melakukan kegiatan industri emping melinjo dalam rangka pembangunan masyarakat pedesaan.
32 Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa:1 keberadaan kelompok
produksi emping mlinjo mampu meningkatkan produktivitas anggota secara material cukup membuktikan bahwa kelompok tersebut dapat
dijadikan alternatif dalam bidang ekonomi. 2 keberadaan kelompok produksi emping melinjo mampu menjadi sumber belajar bagi anggota
sehingga dapat meningkatkan pengetahuan,pengalaman, dan memberikan kontribusi dalam perubahan sikap.3 keberadaan kelompok produksi
emping mlinjo mampu menciptakan lapangan kerja bagi warga masyarakat pedesaan terutama sebagai pekerjaan sampingan. 4 melalui kegiatan yang
dilakukan kelompok produksi emping mlinjo mampu meningkatkan partisipasi masyarakat pedesaan dalam pembangunan dengan kesadaran
dan pengetahuan yang telah dibentuk.5 kelompok produksi emping mlinjo memiliki prospek pengembangan bagi warga masyarakat pedesaan
dalam meningkatkan kualitas hidup. Melalui upaya pendekatan PLS perhatian dan dukungan khusus dari berbagai pihak terkait perlu
ditingkatkan baik melalui pembinaan, pendidikan, pelatihan, peningkatan ketrampilan dan pengawasan yang bersifat membangun dengan harapan
akan semakin maju berkembang dan memberikan dorongan bagi terwujudnya kelompok usaha yang lain.
C. Kerangka Berpikir