PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI KELOMPOK TERNAK SAPI “LEMBU AJI” DI DUSUN PONDOK KULON KECAMATAN BERBAH KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA.

(1)

i

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI KELOMPOK TERNAK SAPI “LEMBU AJI” DI DUSUN PONDOK KULON KECAMATAN

BERBAH KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagaian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh M Wahyu Nugroho

NIM 11102244028

PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

v MOTTO

Semangat dan usaha yang tekun akan menghasilkan hasil yang maksimal (Penulis)

Orang yang berdaya adalah orang yang mampu mengembangkan keahliannya dan membagikan ilmu yang dimiliki kepada orang lain


(6)

vi

PERSEMBAHAN

Atas Karunia Allah SWT

Karya Ilmiah ini sebagai ungkapan pengabdian yang tulus dan penuh kasih untuk: 1. Ayahanda Achmadi dan Ibunda Yumini tercinta yang telah mencurahkan

segenap kasih sayangnya dan memanjatkan do’a – do’a yang mulia untuk keberhasilan penulis dalam menyusun karya ini.

2. Almamaterku Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan yang begitu besar.


(7)

vii

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI KELOMPOK TERNAK SAPI “LEMBU AJI” DI DUSUN PONDOK KULON KECAMATAN

BERBAH KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA Oleh

M Wahyu Nugroho NIM 11102244028

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk : (1) Mendeskripsikan pelaksanaan pemberdayaan masyarakat melalui kelompok ternak sapi “Lembu Aji” di Dusun Pondok Kulon, Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman. (2) Mendeskripsikan hasil pelaksanaan pemberdayaan masyarakat melalui kelompok ternak sapi di Dusun Pondok Kulon, Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman, Yogyakarta dalam memberdayakan masyarakat. (3) Mendeskripsikan faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan pemberdayaan masyarakat melalui kelompok ternak sapi “Lembu Aji” di Dusun Pondok Kulon, Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif kualitatif. Penentuan subjek penelitian menggunakan teknik purposive. Subyek penelitian yaitu pengurus, anggota dan masyarakat yang terkait dengan Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kelompok Ternak Sapi “Lembu Aji” di Dusun Pondok Kulon, Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Metode pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan reduksi data, display data, dan penarikan kesimpulan. Sedangkan keabsahan data menggunakan trianggulasi sumber.

Hasil penelitian ini diantaranya yaitu : 1) Pelaksanaan pemberdayaan masyarakat dilakukan melalui pembentukan kelompok ternak sapi “Lembu Aji”. Upaya yang dilakukan untuk membantu anggota kelompok dalam meningkatkan perekonomian khususnya dalam hal ternak sapi. Program-program yang dilaksanakan oleh kelompok ternak sapi “Lembu Aji” yaitu penyuluhan pengelolaan kelompok ternak, pembuatan pupuk, penggemukan sapi, dan penyediaan sarana ternak sapi. 2) Hasil pelaksanaan dilihat dari segi sosial yaitu meningkatnya lapangan kerja dan berkurangnya jumlah pengangguran. Selain itu juga mampu meningkatkan pengetahuan komunikasi antar anggota kelompok. Dilihat dari segi ekonomi yaitu meningkatnya penghasilan anggota dibuktikan dengan jumlah sapi yang kini dimiliki dan membantu ekonomi keluarga serta memberikan motivasi usaha. Dilihat dari segi pendidikan yaitu meningkatnya pengetahuan mengenai cara penggemukan sapi, pembuatan pupuk serta perawatan sapi agar selalu sehat. 3) Faktor pendukung yaitu adanya partisipasi yang baik dari anggota dan warga sekitar kandang kelompok, pemerintah yang mendukung dengan memberikan lahan untuk membuat kandang ternak, semangat anggota dan pengurus, serta rasa ingin mandiri dan berkembang. Sedangkan faktor penghambat yaitu kurangnya dana sehingga membuat anggota dan pengurus harus menggunakan dana kas kelompok untuk memenuhi kebutuhan kelompok setiap harinya.


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim. Assalamu’alaikum Wr. Wb

Alhamdulillah Puji syukur kehadirat Allah SWT, Penguasa seluruh alam yang telah melimpahkan segala rahmat, hidayah-Nya, serta inayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang disusun untuk memenuhi sebagai persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Ilmu Pendidikan.

Penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kelompok Ternak Sapi “Lembu Aji” Di Dusun Pondok Kulon Kecamatan Berbah Kabupaten Sleman Yogyakarta.

Penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik atas kerjasama, bimbingan, bantuan, saran dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan yang baik ini, perkenanlah penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah memberikan kesempatan penulis untuk melaksanakan kuliah di Universitas Negeri Yogyakarta.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah memberikan fasilitas dan kemudahan sehingga studi saya berjalan lancar. 3. Ketua Jurusan Pendidikan Luar Sekolah yang telah memberikan kelancaran di

dalam penyusunan skripsi ini.

4. Nur Djazifah ER., M. Si, pembimbing skripsi yang telah berkenan mengarahkan dan membimbing penyusunan skripsi.


(9)

ix

5. Pembimbing Akademik, Nur Djazifah ER., M. Si yang telah memberi motivasi dan arahan selama penulis menempuh masa studi.

6. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan.

7. Bapak Ruswantoro Hadi, Ketua kelompok ternak sapi “Lembu Aji”, yang telah memberikan izin dan bantuan untuk penelitian.

8. Seluruh anggota kelompok ternak sapi Lembu Aji yang telah berkenan membantu dalam penelitian.

9. Bapak dan Ibu ku atas do’a, perhatian, kasih sayang, dan segala dukungannya.

10. Adikku Novita Cahyani terimakasih atas do’a, perhatian, kasih sayang dan dukungannya.

11. Sahabat-sahabatku yang telah memberikan masukan dan motivasi untuk penulisan penelitian serta dukungan yang diberikan selama ini.

12. Teman-teman “kos Setyo” yang selalu memberi semangat dan motivasi.

13. Teman-teman Jurusan Pendidikan Luar Sekolah angkatan 2011 yang memberikan bantuan dan motivasi perjuangan meraih kesuksesan.

14. Semua pihak yang tidak dapat penulis tuliskan satu-persatu, yang telah membantu dan mendukung penyelesaian penulisan skripsi ini.

Akhirnya penulis berharap semoga seluruh dukungan yang diberikan dapat menjadi amal dan mendapatkan balasan kebaikan dari Allah SWT dan semoga


(10)

x

tulisan ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak terutama pemerhati Pendidikan Luar Sekolah dan pendidikan masyarakat serta para pembaca umumnya. Amin.

Yogyakarta, 9 Januari 2017 Penulis


(11)

xi DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

DAFTAR TABEL ... xvi

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka ... 11

1. Konsep Pemberdayaan Masyarakat ... 11

a. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat ... 11

b. Pendekatan Dalam Pemberdayaan Masyarakat ... 14

c. Ciri-ciri Dalam Proses Pemberdayaan Masyarakat .. 15

d. Strategi Dalam Pemberdayaan Masyarakat ... 16

e. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat ... 17


(12)

xii

g. Langkah-langkah Dalam Pemberdayaan Masyarakat 20

h. Indikator Keberhasilan Program ... 20

2. Kajian Tentang Kelompok Ternak Sapi... 23

a. Pengertian Kelompok ... 23

b. Ciri-ciri Kelompok ... 27

c. Fungsi Kelompok ... 28

d. Struktur Kelompok ... 29

e. Jenis-jenis Kelompok ... 31

f. Pengertian Kelompok Ternak Sapi ... 32

B. Penelitian Relevan ... 37

C. Kerangka Fikir Penelitian ... 42

D. Pertanyaan Penelitian ... 45

BAB III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ... 47

B. Subyek Penelitian ... 48

C. Setting dan Waktu Penelitian ... 50

D. Metode Pengumpulan Data ... 50

E. Instrumen Penelitian ... 56

F. Teknik Analisis Data ... 57

G. Validitas Data (Keabsahan Data) ... 60

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 62

1. Deskripsi Lembaga ... 62

a. Sejarah Berdirinya Kelompok Ternak Sapi “Lembu Aji” ... 62

b. Letak Geografis Kelompok Ternak Sapi “Lembu Aji” ... 63

2. Profil Kelompok Ternak Sapi “Lembu Aji” ... 64

a. Tujuan Kelompok Ternak Sapi “Lembu Aji”... 64

b. Struktur Pengurus Ternak Sapi “Lembu Aji” ... 64

c. Program Kelompok Ternak Sapi “Lembu Aji” .. 65

d. Sarana dan Prasarana Kelompok Ternak Sapi “Lembu Aji” ... 66


(13)

xiii

e. Pendanaan atau Sumber Keuangan Ternak Sapi

“Lembu Aji” ... 67

B. Data Hasil Penelitian ... 68

1. Pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kelompok Ternak Sapi di Dusun Pondok Kulon, Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman, Yogyakarta ... 68

2. Hasil Pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kelompok Ternak Sapi di Dusun Pondok Kulon Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman, Yogyakarta dalam Memberdayakan Masyarakat ... 75

3. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kelompok Ternak Sapi “Lembu Aji” di Dusun Pondok Kulon, Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman, Yogyakarta ... 78

C. Pembahasan ... 81

1. Pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kelompok Ternak Sapi “Lembu Aji” di Dusun Pondok Kulon Kecamatan Berbah Kabupaten Sleman, Yogyakarta ... 81

2. Hasil Pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kelompok Ternak Sapi “Lembu Aji” di Dusun Pondok Kulon Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman, Yogyakarta dalam Memberdayakan Masyarakat ... 85

3. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat melalui Kelompok Ternak Sapi “Lembu Aji” di Dusun Pondok Kulon Kecamatan Berbah Kabupaten Sleman, Yogyakarta ... 88

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 90

B. Saran ... 92

DAFTAR PUSTAKA ... 94


(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

hal Gambar 1. Bagan Kerangka Berfikir... 44


(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Pedoman Observasi ... 97

Lampiran 2. Pedoman Wawancara Pengurus... 99

Lampiran 3. Pedoman Wawancara Anggota ... 102

Lampiran 4. Pedoman Dokumentasi ... 105

Lampiran 5. Catatan Lapangan ... 106

Lampiran 6. Analisis Data ... 125

Lampiran 7. Dokumentasi Foto. ... 139


(16)

xvi

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. Subyek Penelitian ... 49

Tabel 2. Metode Pengumpulan Data... 55

Tabel 3. Struktur Pengurus Kelompok Ternak Sapi “Lembu Aji” ... 64


(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pemberdayaan masyarakat merupakan proses yang berkesenimbungan untuk membangun kemampuan masyarakat dengan mendorong dan memotivasinya serta membangkitkan kesadaran akan potensinya sehingga dapat mandiri dan meningkat taraf hidupnya. Penting sekali bagi suatu daerah memberdayakan masyarakatnya untuk meningkatkan kesejahtraan anggota masyarakatnya. Dimana ada pemberdayaan masyarakat yang terus maju dan berjalan maka akan terdapat masyarakat yang mandiri dan sejahtera.

Sebagai contoh didaerah Yogyakarta juga terdapat beberapa daerah yang masyarakatnya belum berdaya dan memerlukan bimbingan agar mereka mampu berdaya. Peneliti mengambil contoh di daerah Sleman tepatnya di Dusun Pondok Kulon, Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman, Yogyakarta khususnya masyarakat kelompok ternak sapi. Keadaan masyarakat yang tergabung dalam kelompok ternak sapi sangat membutuhkan pemberdayaan masyarakat agar mampu mengelola kegiatan yang mereka lakukan. seperti mengelola program penggemukan sapi, pembuatan pupuk, pemeliharaan bibit ikan.

Banyak sumber daya alam di Dusun Pondok Kulon yang belum dimanfaatkan secara optimal oleh warga sekitar. Salah satunya yaitu sumber daya alam dibidang peternakan sapi. Terdapat sumber daya alam


(18)

2

yang melimpah yang bisa dimanfaatkan untuk mendukung program kelompok ternak sapi. Sumber daya alamnya seperti terdapat di pertanian yang batang padi bisa dimanfaatkan untuk memberi makan sapi. Seharusnya warga masyarakat dan kelompok ternak sapi mampu memanfaatkan sumber daya alam secara optimal.

Suatu daerah, jika sumber daya alam yang dimiliki mampu dimanfaatkan dengan maksimal maka akan terdapat kesejahtraan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat yang diterapkan oleh pemerintah sekarang ini bertujuan agar masyarakat mampu secara mandiri mengolah sumber daya alam disekitarnya. Masyarakat yang mampu memanfaatkan sumber daya alam disekitar secara optimal maka masyarakat tersebut bisa disebut masyarakat berdaya. Akan tetapi terdapat juga kendala terjadi dilapangan, kadang menjadi penghambat pemberdayaan masyarakat tersebut.

Perhatian pemerintah pada kelompok ternak sapi masih kurang. Hal ini dibuktikan dengan kurangnya dana bantuan dari pemerintah. Selain itu juga kurangnya fasilitas seperti ketersediaan dokter hewan untuk menangani hewan yang sakit. Seharusnya pemerintah membantu masyarakat yang ada didusun Pondok Kulon memberikan fasilitas kepada kelompok ternak sapi “Lembu Aji” agar mereka mampu mengembangkan ide kreatif sehingga dapat semakin berdaya.

Semakin melemahnya penegakan hukum, disinyalir telah mendorong keberanian beberapa pengusaha memasukkan daging secara


(19)

3

ilegal dari negara-negara yang secara perundangan tidak diijinkan karena belum bebas dari PMK (Penyakit Mulut dan Kuku). Hadirnya daging dengan harga yang sangat murah dibawah harga daging dari sapi lokal dalam waktu cepat atau lambat akan memukul industri sapi potong dalam negeri. Hal ini akan merupakan potensi ancaman hancurnya potensi produksi sapi lokal. Hancurnya usaha ternak sapi di dalam negeri akan menyebabkan kerugian yang sangat mahal karena membutuhkan waktu dan biaya yang sangat tinggi untuk recovery. Belum terhitung kerugian ekonomi dan sosial bagi sebagian masyarakat khususnya di daerah pedesaan.

Semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat merupakan masalah yang sangat penting bagi setiap manusia. Karena permasalahan ekonomi merupakan problema yang menyangkut pada kesejahteraan dan pemenuhan kebutuhan hidup orang banyak. Berbagai cara atau strategi bertahan hidup dilakukan untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya. Dengan penanggulangan kemiskinan yang banyak difokuskan dipedesaan, diharapkan penurunan tingkat dan jumlah penduduk miskin dipedesaan akan memberikan kontribusi lebih banyak kepada penurunan tingkat kemiskinan secara nasional.

Masih adanya masyarakat Dusun Pondok Kulon yang belum mampu atau miskin. Hal ini dilihat dari hasil observasi awal yang dilakukan oleh peneliti. Peneliti melihat adanya masyarakat yang ikut membantu mencari makan untuk hewan ternak milik anggota kelompok


(20)

4

ternak. Nantinya masyarakat yang membantu mencarikan makan untuk hewan ternak akan diberikan upah kerja. Upah tersebut tidak terlalu besar, untuk satu kali mencarikan rumput diberi upah sekitar 20.000. Jumlah tersebut belum mampu untuk mencukupi kebutuhan masyarakat yang semakin hari semakin meningkat.

Masih terbatasnya program serta kegiatan yang diselenggarakan dalam upaya memberdayakan masyarakat. Program yang dilaksanakan di Dusun Pondok Kulon lebih banyak pada bidang pertanian dan bidang peternakan sapi. Upaya pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan serta kependidikan belum begitu dikembangkan di Dusun Pondok Kulon. Hal tersebut sebenarnya merupakan permasalahan yang seharusnya mampu dipecahkan oleh masyarakat serta pengurus Dusun Pondok Kulon agar masyarakat semakin berdaya.

Belum adanya strategi yang khusus untuk program pemberdayaan masyarakat di Dusun Pondok Kulon. Strategi pembangunan dibidang ternak sapi mempunyai prospek yang baik dimasa depan, karena permintaan akan bahan-bahan yang berasal dari ternak akan terus meningkat seiring dengan permintaan jumlah penduduk, pendapatan, dan kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi pangan bergizi tinggi sebagai pengaruh dari naiknya tingkat pendidikan rata-rata penduduk.

Namun demikian masih banyak kendala yang dihadapi dalam pengembaangan ternak sapi antara lain kualitas SDM dalam bidang kelompok ternak sapi masih rendah karena pengetahuan masyarakat dan


(21)

5

anggota kelompok ternak sapi masih kurang. Hal tersebut dibuktikan dengan masih minimnya pengetahuan mengenai pengelolaan kelompok ternak sapi. Sebagai masyarakat yang turut serta dalam kelompok ternak sapi seharusnya memiliki pengetahuan tentang pengelolaan kelompok.

Kurangnya upaya pemberdayaan masyarakat khususnya untuk kelompok ternak sapi. Anggota kelompok ternak sapi dan masyarakat terlalu membawa suasana santai dalam beternak. Sehingga hasil yang di peroleh tidak maksimal. Sebagai ketua kelompok seharusnya memberikan kontribusi dalam pemberdayaan masyarakat agar masyarakat dan anggota kelompok menjadi berdaya.

Globalisasi ekonomi merupakan salah satu ancaman dan sekaligus peluang bagi kelompok ternak sapi. Menjadi ancaman jika di Indonesia tetap menjadi importir. Ketergantungan pada impor jika tidak di tunjang oleh usaha-usaha kemandirian yang produktif, akan mendorong ketergantungan semakin sulit dipecahkan. Indonesia mempunyai peluang untuk mengisi pasang pasar dunia karena Indonesia dianggap sebagai negara produsen yang aman karena produk ternak yang masih murni dan bebas dari penyakit mulut dan kuku.

Kelompok ternak sapi “Lembu Aji” merupakan sekumpulan masyarakat Dusun Pondok Kulon yang berada di Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Kelompok ternak sapi tersebut memiliki tujuan meningkatkan perekonomian dan menambah penghasilan. Kelompok ternak sapi “Lembu Aji” beranggotakan 21 orang


(22)

6

dan memiliki 47 ekor sapi. Kelompok ternak ini sebenarnya memberikan fasilitas yang berupa kandang sapi agar sapi tidak dipelihara di sekitar rumah. Setiap pemilik sapi membayar biaya sewa kandang kepada pihak kelurahan setiap tahun. Bila pemilik memerlukan biaya untuk kebutuhan pribadi, maka pemilik sapi bebas menjual sapi miliknya kepada siapapun. Kelompok ternak sapi “Lembu Aji” telah memiliki beberapa program pemberdayaan masyarakat namun masih sangat terbatas, seperti pembuatan pupuk, pemanfaatan kolam ikan, penyewaan sapi buat membajak sawah, pemanfaatan kotoran sapi buat biogas.

Berdasarkan uraian diatas melihat bahwa Kelompok Ternak Sapi “Lembu Aji” telah berpartisipasi dalam mengembangkan pendidikan non formal melalui pemberdayaan masyarakat maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kelompok Ternak Sapi “Lembu Aji” Di Dusun Pondok Kulon Kecamatan Berbah Kabupaten Sleman Yogyakarta.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian diatas terdapat beberapa permasalahan yang perlu dipecahkan, sebagai berikut:

1. Banyak sumber daya alam di Dusun Pondok Kulon yang belum dimanfaatkan secara optimal oleh warga sekitar.

2. Semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat.

3. Masih adanya masyarakat Dusun Pondok Kulon yang belum mampu atau miskin.


(23)

7

4. Masih terbatasnya program serta kegiatan yang diselenggarakan dalam upaya memberdayakan masyarakat.

5. Belum adanya strategi yang khusus untuk program pemberdayaan masyarakat di Dusun Pondok Kulon.

6. Kualitas SDM dalam bidang kelompok ternak sapi masih rendah karena pengetahuan masyarakat dan anggota kelompok ternak sapi masih kurang.

C. Pembatasan Masalah

Dari permasalahan di atas karena terlalu luasnya masalah yang ada dan keterbatasan peneliti maka masalah penelitian perlu dibatasi dengan memfokuskan pada pemberdayaan masyarakat yang dilakukan melalui kelompok ternak sapi.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang telah di kemukakan diatas, maka dapat dirumuskan masalah yaitu:

1. Bagaimana pelaksanaan pemberdayaan masyarakat melalui kelompok ternak sapi di Dusun Pondok Kulon, Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman, Yogyakarta?

2. Bagaimana hasil pelaksanaan pemberdayaan masyarakat melalui kelompok ternak sapi di Dusun Pondok Kulon, Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman, Yogyakarta dalam memberdayakan masyarakat? 3. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan


(24)

8

di Dusun Pondok Kulon, Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman, Yogyakarta?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini untuk mendeskripsikan:

1. Mendeskripsikan pelaksanaan pemberdayaan masyarakat melalui kelompok ternak sapi di Dusun Pondok Kulon, Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

2. Mendeskripsikan hasil pelaksanaan pemberdayaan masyarakat melalui kelompok ternak sapi di Dusun Pondok Kulon, Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman, Yogyakarta dalam memberdayakan masyarakat. 3. Mendeskripsikan faktor pendukung dan penghambat dalam

pelaksanaan pemberdayaan masyarakat melalui kelompok ternak sapi “Lembu Aji” di Dusun Pondok Kulon, Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini berusaha mengungkapkan kenyataan-kenyataan yang sebenarnya terjadi di lapangan. Dengan demikian hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis:

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi ilmu pengetahuan pendidikan non formal khususnya dalam kajian tentang kelompok ternak sapi dan pemberdayaan masyarakat.


(25)

9 2. Manfaat Praktis:

a. Bagi Penulis

1) Menambah wawasan peneliti mengenai pemberdayaan melalui pendidikan non formal untuk selanjutnya menjadi acuan dalam praktek pemberdayaan.

2) Memberikan pengalaman kepada peneliti melalui penyusunan skripsi sehingga dapat menambah pengetahuan dan pengalaman terutama dalam bidang pendidikan non formal. b. Bagi Kelompok Ternak Sapi

1) Dapat menjadi pertimbangan untuk diterapkan di kelompok ternak sapi lainnya sebagai upaya optimalisasi peran kelompok ternak sapi melalui kegiatan pemberdayaan.

2) Sebagai informasi tentang pengembangan di luar kelompok ternak sapi.

c. Bagi Akademisi

1) Sebagai literature bagi mahasiswa dalam praktek pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan pendidikan non formal.

2) Sebagai rujukan mahasiswa dalam pembuatan model pemberdayaan masyarakat melalui satuan pendidikan non formal sejenis khususnya penelitian tentang kelompok ternak sapi.


(26)

10 d. Bagi Pemerintah

1) Memberikan masukan kepada pemerintah tentang praktek pemberdayaan masyarakat melalui jalur pendidikan khususnya pendidikan non formal.

2) Sebagai rujukan kepada pemerintah dalam penyusunan program pemberdayaan masyarakat khususnya peternakan.


(27)

11 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka

1. Konsep Pemberdayaan Masyarakat

a. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan bisa dimaknai sebagai proses penumbuhan kekuasaan dan kemampuan diri dari kelompok masyarakat yang miskin lemah, terpinggirkan dan tertindas. Melalui proses pemberdayaan diasumsikan bahwa kelompok sosial masyarakat terbawah sekalipun bisa saja terangkat dan muncul menjadi bagian masyarakat menengah dan atas. Hal ini bisa terjadi kalau saja mereka diberi kesempatan dan mendapat bantuan dan difasilitasi pihak lain yang punya komitmen untuk itu. Kelompok miskin di suatu pedesaan misalnya, tidak akan mampu melakukan proses pemberdayaan sendiri tanpa bantuan atau difasilitasi pihak lain.

Pemberdayaan membahas bagaimana individu, kelompok, ataupun komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan membentuk masa depan sesuai dengan keinginan mereka. Pemberdayaan juga diartikan sebagai proses yang berkelanjutan yaitu usaha yang dilakukan untuk mengontrol kehidupan dan mengusahakan masa depan yang lebih baik.

Pemberdayaan merupakan proses dari, oleh dan untuk masyarakat, dimana masyarakat diberikan stimulus untuk bisa


(28)

12

mandiri sehingga dapat meningkatkan taraf hidupnya. Dalam konsep ini masyarakat di tempatkan sebagai subyek pemberdayaan yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan kemandirian dan taraf hidupnya. Pemberdayaan masyarakat mempunyai hubungan yang sangat erat dengan pendidikan.

Pemberdayaan adalah setiap usaha pendidikan yang bertujuan untuk membangkitkan kesadaran atau pengertian dan kepekaan pada warga masyarakat terhadap perkembangan sosial, ekonomi, dan atau politik sehingga pada akhirnya warga masyarakat memiliki kemampuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kedudukannya dalam masyarakat, atau menjadi masyarakat yang berdaya (Kusnadi 2007: 78).

Pemberdayaan yang dilakukan oleh kelompok ternak sapi dimaksudkan untuk memberikan pendidikan kepada anggota dan masyarakat agar nantinya mereka mampu memberdayakan diri mereka. Selain itu dengan adanya pemberdayaan tersebut, masyarakat nantinya mampu meningkatkan kedudukan sosialnya dalam lingkungan masyarakat. Hasil pemberdayaan tersebut dapat dilihat dengan cara peneliti melakukan observasi langsung serta melakukan wawancara terhadap anggota dan masyarkat yang diberdayakan dengan adanya kelompok ternak sapi.

“UU No.20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional membagi jalur pendidikan di Indonesia menjadi tiga jalur yaitu pendidikan formal, nonformal dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya.” Ketiga jalur tersebut mempunyai peran penting dalam pelaksanaan pemberdayaan masyarakat adalah


(29)

13

pendidikan non formal. Pendidikan non formal yang dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang di luar pendidikan formal atau sekolah memang melayani orang-orang yang belum berdaya untuk bisa berdaya.

Pemberdayaan masyarakat sama dengan pendidikan yaitu sebagai proses yang terus menerus dan berkesenimbungan. Pemberdayaan masyarakat harus tetap ada selama masyarakat ingin terus berkembang dan memperbaiki keadaan hidupnya. Hal ini di perkuat oleh pendapat Isbandi Rukminto Adi (2008: 84) yang mengartikan “pemberdayaan masyarakat sebagai proses adalah suatu kegiatan yang berkesinambungan (on going) sepanjang komunitas itu masih ingin melakukan perubahan dan perbaikan, dan tidak hanya terpaku pada suatu program saja.”

Berdasarkan penjelasan yang disampaikan diatas maka dapat disimpulkan pengertian pemberdayaan masyarakat sebagai proses yang berkesenimbungan untuk membangun kemampuan masyarakat dengan mendorong dan memotivasinya serta membangkitkan kesadaran akan potensinya sehingga dapat mandiri dan meningkat taraf hidupnya. Hal ini bisa dilihat dengan mengobservasi apa yang ada ditempat penelitian yang akan diteliti oleh peneliti.


(30)

14

b. Pendekatan Dalam Pemberdayaan Masyarakat

Ada empat karakteristik pendekatan yang dapat digunakan dalam pendidikan non formal yang menekankan pada proses pemberdayaan antara lain yang dikemukakan oleh Kindervetter (Kusnadi, 2007: 222) terdiri atas:

1) Community organization, yaitu karakteristik yang

mengarah pada tujuan untuk mengaktifkan masyarakat dalam usaha meningkatkan dan mengubah keadaan sosial ekonomi mereka. Hal yang perlu diperhatikan antara lain (a). peranan partisipan ikut terlibat dalam kepengurusan atau tugas kelompok; (b). peranan tutor hanya sebagai perantara, pembimbing dan motivator serta fasilitator; (c). metode dan proses mengutamakan metode pemecahan masalah, mengorganisasi masyarakat sebagai kekuatan dasar.

2) Participatory approaches, yaitu pendekatan yang

menekankan pada keterlibatan setiap anggota dalam seluruh kegiatan, perlunya melibatkan para pemimpin, tokoh masyarakat serta tenaga-tenaga ahli setempat.

3) Self management and collaboration, yaitu pendekatan

yang mengutamakan pengelolaan (manajemen) secara mandiri dan adanya kolaborasi (kerjasama), diantara mereka dalam setiap kegiatan. Hal yang perlu di perhatikan dalam self-management and collaboration adalah pembagian tugas, wewenang, dan tanggung jawab yang jelas, adanya tim atau kepanitiaan dan koordinasi dalam setiap kegiatan kelompok sehingga memperoleh hasil yang maksimal.

4) Education for justice, yaitu pendekatan yang menekankan pada terciptanya situasi yang memungkinkan warga masyarakat tumbuh dan berkembang analisanya serta memiliki motivasi untuk ikut berperan serta.

Dalam pemberdayaan masyarakat terdiri dari berbagai macam pendekatan dalam pelaksanaan pemberdayaan masyarakat. Salah satu yang sering dilakukan sebagai pendekatan dalam pelaksanaan pemberdayaan masyarakat adalah kemitraan.


(31)

15

Pendekatan ini menekankan pada sinergitas tiga aktor pembangunan yaitu pemerintah, swasta dan masyarakat.

Kemitraan dapat dimaknai suatu bentuk persekutuan antara dua pihak atau lebih yang membentuk suatu ikatan kerjasama atas dasar kesepakatan dan rasa saling membutuhkan dalam rangka meningkatkan kapasitas dan kapabilitas disuatu bidang usaha tertentu, atau tujuan tertentu sehingga memperoleh hasil yang lebih baik. Kemitraan sebagai pendakatan pemberdayaan masyarakat merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk memperkuat program pemberdayaan masyarakat sehingga diperoleh hasil yang lebih baik dan bermanfaat bagi pihak yang bermitra.

c. Ciri-ciri Dalam Proses Pemberdayaan Masyarakat

Kindervetter (Mustofa Kamil, 2012: 57) menyarankan ciri mendasar yang dapat di identifikasi dalam proses pemberdayaan masyarakat melalui pendidikan non formal meliputi:

1) Small group structure, yaitu pembentukan kelompok

kecil yang dapat dilakukan berdasarkan umur yang sama, minat yang sama dan sukarela. Empowering menekankan pada kebersamaan langkah yang memungkinkan kelompok dapat berkembang.

2) Transfer of responsibility, yaitu pemberian tanggung

jawab kepada warga belajar ini sudah dilibatkan dalam kegiatan perencanaan, penyusunan program sampai dengan evaluasi program yang sudah dilaksanakan.

3) Participant leadhership, yaitu kepemimpinan kelompok

dipegang warga belajar. Semua kegiatan diatur oleh kelompok, sehingga semua warga belajar memiliki tanggung jawab dalam setiap kegiatan.

4) Agent as facilitator, yaitu agen, guru, tutor sebagai


(32)

16

5) Democratic and non-hierenchical relationship and

processes, yaitu dalam proses pengambilan keputusan untuk setiap kegiatan harus berdasarkan musyawarah bersama atau hasil pemungutan suara.

6) Integration of reflection and action, yaitu adanya

kesamaan pandang dan langkah di dalam mencapai tujuan tertentu, yang dapat ditumbuhkan dari masalah-masalah aktual. Analisis masalah-masalah dalam proses pemberdayaan masyarakat hal yang sangat penting, dalam pelaksanaannya diperlukan fasilitator yang cakap dan jeli dalam mengungkap masalah atau kebutuhan yang dirasakan oleh warga belajar.

7) Methods which encourage self-reliance, yaitu metode

yang digunakan harus dipilih dan dapat menumbuhkan rasa percaya diri bagi warga belajar seperti: dialog, dan kelompok kegiatan bebas, antara lain; kelompok belajar

dan workshop yang dilengkapi dengan peralatan yang

dapat digunakan warga belajar dan berbagai latihan mandiri.

8) Improvement of social, economic, and or political

standing, yaitu bahan diarahkan pada kebutuhan atau

kenyataan hidup sehari-hari warga belajar. Kegiatan belajar ini pada akhirnya harus bertujuan untuk memperbaiki kehidupan sosial, ekonomi atau kedudukan dalam bidang politik.

d. Strategi Dalam Pemberdayaan Masyarakat

Menurut Jim Ife dan Frank Tesoriero (2008: 147) ada tiga macam strategi dalam pemberdayaan masyarakat yang mampu digunakan sebagai strategi untuk memperlancar proses terjadinya pemberdayaan masyarakat yaitu sebagai berikut:

1) Pemberdayaan melalui kebijakan dan perencanaan.

Pemberdayaan yang dilaksanakan dengan membangun struktur dan lembaga yang bisa memberikan akses yang sama terhadap sumber daya, pelayanan, dan kesempatan berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat.

2) Pemberdayaan melalui aksi sosial dan politik.

Pemberdayaan ini menekankan pentingnya perjuangan dan perubahan politik dalam meningkatkan kekuasaan yang efektif. Bagaimana ini diterapkan bergantung pada pemahaman kita tentang kekuasaan dalam proses politik.


(33)

17

Tetapi ia menekankan pendekatan aktivis dan berupaya untuk memungkinkan masyarakat meningkatkan kekuasanya melalui sebentuk aksi langsung atau dengan memperlengkapi mereka agar lebih efektif diarena politik. 3) Pemberdayaan melalui pendidikan..

Pendekatan ini menekankan pentingnya suatu proses edukatif dalam melengkapi masyarakat untuk meningkatkan keberdayaan mereka. Ini memasukan gagasan-gagasan peningkatan kesadaran membantu masyarakat memahami masyarakat dan struktur operasi, memberikan masyarakat kosa kata dan keterampilan untuk bekerja menuju perubahan yang efektif dan seterusnya. e. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat

Tujuan dasar pemberdayaan adalah keadilan sosial. Keadilan sosial menjadi tujuan dasar pemberdayaan karena munculnya pemberdayaan berawal dari ketidakadilan sosial yang menyebabkan kesenjangan sehingga beberapa masyarakat di kategorikan tidak berdaya. Keadilan sosial yang menyebabkan kesenjangan sehingga beberapa masyarakat di kategorikan tidak berdaya. Keadilan sosial menjadi ukuran universal untuk menilai adanya pemberdayaan. Bila keadilan sosial sudah terwujud maka akan memberikan ketentraman bagi masyarakat.

Menurut Payne (Alfitri, 2011: 23) tujuan dasar pemberdayaan adalah keadilan sosial dengan memberikan ketentraman kepada masyarakat yang lebih besar serta persamaan politik dan sosial melalui upaya saling membantu dan belajar melalui pengembangan langkah kecil guna tercapainya tujuan yang lebih besar serta persamaan politik dan sosial melalui upaya saling membantu dan belajar melalui pengembangan langkah kecil guna tercapainya tujuan yang lebih besar.

Pemberdayaan masyarakat hakekatnya adalah mengubah perilaku masyarakat. Mengubah perilaku ini dimulai dari mengubah


(34)

18

cara berfikir dari pengetahuan dan pemahamannya, selanjutnya diharapkan memiliki sikap yang positif untuk berubah, selanjutnya diwujudkan dalam perilaku nyata sebagai bentuk usaha mengubah perilaku ke arah yang lebih baik. Perubahan perilaku kearah yang lebih baik adalah tujuan dari pemberdayaan. Perilaku masyarakat dapat dikategorikan menjadi tiga aspek yaitu pengetahuan, sikap dan keterampilan.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan tujuan pemberdayaan masyarakat adalah sebuah upaya mengubah perilaku masyarakat ke arah yang lebih baik sehingga dapat terciptanya keadilan sosial. Tujuan pemberdayaan yang dilakukan melalui kelompok ternak sapi bisa dilihat dari hasil observasi serta hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti setelah melakukan penelitian.

f. Tahap-tahap Pemberdayaan Masyarakat

Azis (Alfitri, 2011: 9) tahapan yang seharusnya dilalui pemberdayaan.

Pertama membantu masyarakat dalam menemukan masalah. Kedua, melakukan analisis terhadap permasalahan secara mandiri. Ketiga, menentukan skala prioritas dalam menemukan masalah dalam arti memilih dan memilih tiap masalah yang paling mendesak untuk diselsaikan. Keempat, mencari penyelsaian masalah yang sedang dihadapi antara lain dengan pendekatan psikokultural yang ada dalam masyarakat. Kelima, melaksanakan tindakan nyata untuk menyelsaikan masalah yang dihadapi. Keenam, mengevaluasi seluruh rangkaian dan proses pemberdayaan itu untuk dinilai sejauh mana keberhasilan dan kegagalanya.


(35)

19

Hogan (Isbandi, 2008: 85) menggambarkan proses pemberdayaan yang berkesinambungan sebagai suatu siklus yang terdiri dari lima tahapan utama, yaitu:

1) Menghadirkan kembali pengalaman yang memberdayakan dan tidak memberdayakan (recall deoowering or empowering exprriences).

2) Mendiskusikan alasan mengapa terjadi pemberdayaan dan penindak berdayaan (discuss reasons for depowerment or empowerment).

3) Mengidentifikasi suatu masalah ataupun proyek (identify one problem or project).

4) Mengidentifikasi basis daya yang bermakna untuk melakukan perubahan (identify useful power bases).

5) Mengembangkan rencana-rencana aksi dan

mengimpletasikannya (develop and implement action plans). Tahap-tahap yang dilakukan dalam melaksanakan pemberdayaan harus disesuaikan dengan apa yang terjadi dilapangan. Untuk keberhasilan sebuah pemberdayaan, tahapan yang sistematis sangat mempengaruhi hasil yang diperoleh. Dilihat dari metodelogi yang digunakan peneliti, tahapan dalam pemberdayaan melalui kelompok ternak sapi dapat dilihat dengan melakukan observasi langsung serta dokumentasi yang realistis. Hal ini agar nantinya peneliti bisa memberikan informasi terhadap masyarakat lain mengenai bagaimana cara menentukan tahap-tahap pemberdayaan yang mampu menghasilkan pemberdayaan yang berhasil dan berdaya.


(36)

20

g. Langkah-langkah Dalam Pemberdayaan Masyarakat

Menurut Mustofa Kamil (2012: 58) berhasilnya sebuah proses pemberdayaan masyarakat melalui pendidikan non formal perlu dilakukan melalui langkah berikut:

1) Setiap warga belajar dilatih untuk mempunyai tingkat kepekaan yang tinggi terhadap perkembangan sosial, ekonomi, dan politik yang terjadi.

2) Warga belajar dilatih atau diberikan berbagai keterampilan sebagai jawaban atas kebutuhan dan masalah yang dihadapinya.

3) Warga belajar dibina untuk selalu suka bekerja sama dalam memecahkan suatu masalah.

Selain adanya tahapan dalam pemberdayaan masyarakat, ada juga langkah-langkah dalam melaksanakan program pemberdayaan tersebut.

h. Indikator Keberhasilan Program

Keberhasilan program berarti ketuntasan dalam pelaksanaan program dan ketuntasan dalam proses pembelajaran. Keberhasilan sebuah program dibuktikan dengan tercapainya kompetensi yang meliputi pengetahuan, keterampilan, sikap atau nilai dalam diri seseorang. Fungsi dari ketuntasan belajar yaitu untuk memastikan semua peserta didik menguasai dasar serta indikator yang terdapat dalam kurikulum program.

Patokan ketuntasan program mengacu pada standar kompetensi dan kompetensi dasar serta indikator yang terdapat dalam kurikulum program. Ketuntasan dalam pembelajaran berkaitan dengan standar pelaksanaannya yang melibatkan


(37)

21

pendidik dan peserta didik. Kriteria keberhasilan adalah ukuran tingkat pencapaian prestasi belajar yang mengacu pada kompetensi yang ditetapkan. Secara umum, kriteria keberhasilan adalah: (1) keberhasilan menyelesaikan permasalahan, (2) setiap keberhasilan dihubungkan dengan apa yang telah dipelajari oleh anggota kelompok, (3) ketercapaian keterampilan vokasional.

Menurut Mimin Haryati (2007: 22) “pada umumnya tujuan pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi tiga aspek yaitu ranah kognitif, psikomotor, dan afektif”. Secara eksplisit ketiga aspek tersebut tidak bisa dipisahkan satu sama lain.

1. Aspek kognitif

Tujuan aspek kogitif berorientasi kepada kemampuan berfikir yang menyangkut intelektual sederhana seperti mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah. Pada pemberdayaan masyarakat melalui kelompok ternak sapi memiliki tujuan kognitif yang diharapkan yaitu: (1) anggota dan masyarakat dapat mengidentifikasi pengertian adanya kelompok ternak sapi dan manfaatnya, (2) anggota kelompok dapat mengidentifikasi alat dan bahan yang digunakan untuk melaksanakan program-program kelompok yang disusun oleh pengurus kelompok ternak sapi, dan (3) anggota dan masyarakat mampu menjelaskan


(38)

22

langkah-langkah dalam menjalankan program yang telah disusun.

2. Aspek psikomotor

Tujuan pada aspek psikomotor adalah agar tubuh bergerak dan memiliki reaksi-reaksi fisik. Tujuan aspek psikomotor yang diharapkan dalam pemberdayaan masyarakat melalui kelompok ternak sapi yaitu: (1) anggota dan masyarakat dapat menunjukan hasil dari pemberdayaan yang diperoleh setelah mereka berdaya, (2) anggota dan masyarakat dapat menunjukkan alat dan bahan yang digunakan untuk menjalankan program, dan (3) anggota dan masyarakat mampu menunjukkan bagaimana cara beternak sapi yang benar dan menghasilkan hasil yang maksimal.

3. Aspek afektif

Aspek afektif sangat menentukan keberhasilan anggota dan masyarakat guna mencapai ketuntasan dalam proses pemberdayaan. Tujuan aspek afektif yang diharapkan dalam proses pemberdayaan yaitu: (1) anggota dan masyarakat mampu menjelaskan pentingnya terbentuk kelompok ternak sapi dan manajemennya, (2) anggota dan masyarakat mampu mengidentifikasi fasilitas apa saja yang diperlukan untuk menjalankan program, dan (3) anggota dan masyarakat mampu menjelaskan langkah-langkah yang


(39)

23

dilakukan dalam menjalankan sebuah program dan seperti apa manajemennya.

2. Kajian Tentang Kelompok Ternak Sapi a. Pengertian Kelompok

Pengertian kelompok cukup bervariasi tergantung pada sudut pandang para ahli yang mendefinisikannya. Adapun sudut pandang dari beberapa ahli antara lain meliputi pandangan yang mendasarkan pada persepsi, motivasi, tujuan kelompok, organisasi kelompok, interdependensi dan interaksi. Mayor Polak (Abdul Syani, 1987: 98) menguraikan tentang pengertian kelompok berdasarkan persepsi bahwa kelompok atau grup merupakan sejumlah orang yang ada dalam hubungan antara satu sama lain dan antara hubungan itu bersifat sebagai sebuah struktur.

Menurut Abdul Syani (1987: 102) sejumlah rangkaian atau sistem yang dapat menyebabkan kelompok dapat dikatakan berstruktur, yaitu:

1. Adanya sistem dari status-status para anggotanya. Ia memiliki susunan pengurus yang merupakan suatu rangkaian yang bersifat hierarkis.

2. Terdapat atau berlakunya nilai-nilai, norma-norma (kebudayaan) dalam mempertahankan kehidupan kelompoknya yang berarti bahwa keberhasilan struktur selalu diutamakan.


(40)

24

3. Terdapat peranan-peranan sosial (social role) yang merupakan aspek dinamis dari struktur.

Menurut Johnson (Sarwono, 2005: 4-5) mendefinisikan kelompok sebagai dua individu atau lebih yang berinteraksi melalui tatap muka (face to face interaction), dan masing menyadari keanggotaannya dalam kelompok, masing-masing menyadari keberadaan anggota kelompok lainnya, masing-masing menyadari saling ketergantungan secara positif dalam mencapai tujuan bersama.

Kelompok adalah individu-individu yang hidup bersama dalam satu ikatan, yang dalam satu ikatan terjadi interaksi sosial dan ikatan organisasi antar anggota masing-masing kelompok sosial. “Kelompok adalah suatu kumpulan manusia yang terdiri dari dua orang atau lebih dengan pola interaksi yang nyata dan dapat membentuk satu kesatuan” (Wiraatmadja, 1973: 64).

Soetarno (1994: 31-34) dalam buku Psikologi Sosial mengutip hasil penelitian para ahli sosiologi dan ahli psikologi sosial yang menyatakan bahwa kelompok sosial mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

a. Adanya motif yang sama

Kelompok sosial terbentuk karena anggota-anggotanya mempunyai motif yang sama. Motif yang sama tersebut merupakan pengikat sehingga setiap anggota kelompok tidak bekerja sendiri-sendiri tetapi bekerja bersama untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Sesudah kelompok sosial terbentuk biasanya muncul motif baru yang memperkokoh kehidupan kelompok sehingga timbul sense of belonging (rasa menyatu di dalam kelompok pada tiap-tiap anggota). Rasa tersebut berpengaruh besar terhadap individu dalam kelompok itu karena memberikan tenaga moral yang tidak akan diperolehnya apabila seseorang hidup sendiri. Selain itu, seseorang yang bergabung dalam kelompok sosial


(41)

25

maka kebutuhannya sebagai makhluk sosial dan makhluk individu akan terpenuhi.

b. Adanya sikap in-group dan out-group

Sekelompok manusia yang mempunyai tugas yang sama sulitnya atau mengalami kepahitan hidup bersama pada umumnya menunjukkan tingkah laku yang khusus. Apabila orang lain di luar kelompok itu bertingkah laku seperti mereka, mereka akan menyingkirkan diri. Sikap menolak yang ditunjukkan oleh kelompok itu disebut sikap out-group atau sikap terhadap “orang luar”. Kelompok manusia yang dianggap sebagai Community Development tersebut menunjukkan pada orang luar tentang kesediaannya berkorban bersama dan kesetiakawanannya, Selanjutnya mereka menerima orang itu dalam segala kegiatan kelompok. Sikap menerima itu disebut sikap in-group atau terhadap “orang dalam”. c. Adanya solidaritas

Solidaritas adalah sikap kesetiakawanan antar anggota kelompok sosial. Sikap solidaritas yang tinggi dalam kelompok tergantung pada kepercayaan setiap anggota terhadap kemampuan anggota lain untuk melaksanakan tugas dengan baik. Pembagian tugas dalam kelompok sesuai dengan kecakapan masing-masing anggota dan keadaan tertentu akan memberikan hasil kerja yang baik. Dengan demikian, semakin tinggi sikap solidaritas antar anggota kelompok maka semakin tinggi pula sense of belonging.

d. Adanya struktur kelompok

Struktur kelompok merupakan suatu sistem relasi antar anggota-anggota kelompok berdasarkan peranan status mereka serta sumbangan masing-masing dalam interaksi terhadap kelompok untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Menurut Wila Huky (Abdul Syani, 1987: 99) bahwa kelompok merupakan suatu unit yang terdiri dari dua orang atau lebih, yang saling berinteraksi atau saling berkomunikasi. Huky secara lebih rinci menjelaskan beberapa ciri dasar suatu kelompok sebagai berikut:

1. Kelompok terdiri dari paling sedikit dua orang dan dapat terus bertambah menjadi lebih dari dua.


(42)

26

2. Kelompok-kelompok yang sebenarnya tidak dianggap terbentuk karena memenuhi persyaratan jumlah.

3. Komunikasi dan interaksi yang merupakan unsur pokok suatu kelompok harus bersifat timbal balik.

4. Kelompok-kelompok bisa bertahan sepanjang hidup atau dalam jangka panjang tetapi juga bisa hanya dapat bertahan sementara atau jangka pendek.

5. Minat dan kepentingan bersama merupakan dasar utama pembentukan kelompok.

6. Pembentukan kelompok dapat berdasarkan situasi yang beraneka ragam yang dalam situasi tertentu manusia dituntut untuk bersatu.

Menurut Mulyana (2005: 23) “kelompok pada dasarnya adalah gabungan dua orang atau lebih yang berinteraksi untuk mencapai tujuan bersama, dimana interaksi yang terjadi bersifat relatife tetap dan mempunyai struktur tertentu". Struktur merupakan sebuah kelompok adalah susunan dari pola antar hubungan intern yang mendekati stabil, yang terdiri atas: (1) suatu rangkaian status-status atau kedudukan-kedudukan para anggotanya yang hirarkis: (2) peranan-peranan sosial yang berkaitan dengan status-status itu: (3) unsur-unsur kebudayaan (nilai-nilai), norma-norma yang mempertahankan, membenarkan dan menanggungkan struktur. Menurut penulis, kelompok adalah sekumpulan atau gabungan orang yang saling mempengaruhi satu sama lain yang membentuk interaksi sosial, sehingga kelompok dipengaruhi oleh hubungan timbal balik antar orang atau individu.

Kelompok memiliki banayak jenis dan dibedakan berdasarkan ada dan tidaknya organisasi, hubungan sosial antara kelompok, dan kesadaran jenis. Kelompok statistik, yaitu


(43)

27

kelompok yang bukan organisasi, tidak memiliki hubungan sosial dan kesadaran jenis di antaranya. Contoh: kelompok penduduk usia 10-15 tahun di sebuah kecamatan. Kelompok kemasyarakatan, yaitu kelompok yang memiliki persamaan tetapi tidak mempunyai organisasi dan hubungan sosial di antara anggotanya. Kelompok sosial, yaitu kelompok yang anggotanya memiliki kesadaran jenis dan berhubungan satu dengan yang lainnya, tetapi tidak terikat dalam ikatan organisasi. Contoh: kelompok pertemuan, kerabat. Kelompok asosiasi, yaitu kelompok yang anggotanya mempunyai kesadaran jenis dan ada persamaan kepentingan pribadi maupun kepentingan bersama. Dalam asosiasi, para anggotanya melakukan hubungan sosial, kontak dan komunikasi, serta memiliki ikatan organisasi formal.

b. Ciri-ciri Kelompok

Menurut Wildan Zulkarnain (2013: 6) “berbagai macam ciri kelompok menurut para ahli memiliki benang merah yang sama yaitu adanya kesamaan tujuan dan keanggotaan yang terikat antara satu dengan lainnya”. Makna pelekat tersebut sebagai interaksi atau sebagai kesamaan ranah yang membuat kelompok itu berada dalam arti gerak prosesnya. Pembatasan lain dikemukakan Shaw (1981) dalam buku Group Dynamics yang menjabarkan tentang ciri-ciri kelompok meliputi:


(44)

28

1. Adanya persepsi tiap anggota yang didasarkan asumsi bahwa tiap orang sadar akan hubungan dengan orang lain.

2. Adanya tujuan yang hendak dicapai.

3. Adanya motivasi, dimana tiap anggota kelompok menginginkan kepuasan terhadap kebutuhannya dari kelompok yang dimasukinya.

4. Adanya interdependensi, yaitu saling tergantung antar anggota.

5. Adanya interaksi yang merupakan suatu bentuk aktual dari interdepedensi, dimana tiap anggota saling berkomunikasi. Interaksi tersebut dapat berupa interaksi verbal, interaksi fisikal, dan interaksi emosional.

6. Adanya organisasi, yakni kesatuan fungsi dalam mekanisme regular.

c. Fungsi Kelompok

Menurut Wildan Zulkarnain (2013: 8) “secara umum kelompok berfungsi untuk memenuhi kebutuhan anggota agar setiap anggota relative merasa puas, walau sebenarnya fungsi kelompok tidak hanya sebatas itu saja”. Crech dan Cructhfield (Sudjarwo, 2011) mencoba menguraikan fungsi kelompok dengan lebih rinci yaitu:

1. Fungsi kelompok sebenarnya unik, artinya ciri sekaligus fungsi dapat tergambar pada satu kelompok tertentu dengan sekaligus. Contoh kelompok pengajian, dimana tampak antara fungsi dan ciri melekat sekaligus.

2. Fungsi kelompok merupakan accessory, artinya kelompok merupakan bingkai dari sejumlah kegiatan yang ada dalam satu kesatuan.

3. Fungsi kelompok dominance dan belonginess. Maksudnya sekalipun dalam kelompok terdapat kegiatan sub kelompok, namun kelompok tetap dapat memelihara rasa kebersamaan dari seluruh anggota kelompoknya. Uraian tersebut menekankan fungsi kelompok yang bercorak kondisi Indonesia. Sehingga definisi tersebut cocok digunakan


(45)

29

untuk mengkaji kelompok tani, kelompok pengajian, atau kelompok pendengar pedesaan karena mendekati sosok realita yang ada di lapangan. Namun, jika dipakai untuk menganalisis kelompok yang lebih rumit atau kompleks, maka kemungkinan besar akan sulit untuk diterapkan begitu saja tanpa dibantu oleh teori lain yang lebih canggih.

d. Struktur Kelompok

Struktur kelompok sebagai pola interaksi yang stabil antara anggota kelompok yang diciptakan oleh pembagian peran dan penggabungan norma dalam kelompok. Peran dan norma tersebut merupakan struktur dasar kelompok yang membangun interaksi antar anggota dalam kelompok. Peran membagi tanggung jawab anggota, dan norma menggabungkan anggota menjadi satu kesatuan.

1. Peran

Peran menjelaskan struktur formal dalam kelompok dan membedakan satu posisi dari posisi lainnya. Secara formal, peran dapat diartikan sebagai sejumlah harapan untuk melakukan tindakan yang layak dari seorang anggota dalam suatu posisi dengan posisi lain yang berhubungan. Seringkali, beberapa peran diberikan dalam tindakan formal, seperti ketua, sekertaris, bendahara dan sebagainya. Kadang seorang menjalankan peran berdasarkan ketertarikan dan


(46)

30

keterampilannya. Ketika sebuah peran diberikan, maka anggota tersebut akan diharapkan oleh anggota lain untuk bertindak dalam cara-cara tertentu. Anggota yang menjalankan perannya sesuai harapan akan diberi penghargaan, sedangkan yang menyimpang akan dihukum.

2. Norma

Jika peran membedakan hak dan kewajiban anggota kelompok dengan anggota lainnya, maka sebaliknya norma menggabungkan tindakan semua anggota kelompok. Norma adalah aturan atau harapan yang menentukan perilaku yang sesuai dengan kelompok, standar-standar yang digunakan anggota-anggota kelompok untuk mengatur tindakan-tindakan anggota kelompok. Norma menjelaskan bagaimana anggota kelompok bertindak atau tidak dalam berbagai situasi. Singkat kata, norma dalam suatu kelompok adalah kepercayaan umum suatu kelompok berkenaan dengan tindakan yang layak, sikap, dan pandangan untuk anggotanya. Misalnya ketepatan waktu, rasa hormat, tanggung jawab, dan sebagainya.


(47)

31 e. Jenis-jenis Kelompok

Menurut Wildan Zulkarnain (2013: 11) kelompok primer dan sekunder.

“Istilah kelompok kecil dan kelompok primer sering dipakai bergantian karena dianggap bermakna sama, walaupun sebenarnya berbeda. Kelompok kecil mempunyai batasan ditinjau dari jumlah anggotanya yang tergolong kecil, namun tidak ada batasan berapa jumlah orang didalamnya. Asalkan dalam kelompok kecil tersebut harus ada hubungan atau komunikasi antar anggota organisasi. Sedangkan kelompok primer, disamping jumlah anggotanya kecil, maka terdapat juga kriteria dimana antar anggotanya memiliki perasaan kebersamaan, loyalitas, keakraban, dan mempunyai tanggapan yang sama terhadap nilai-nilai yang dianut anggotanya. Contoh kelompok primer yaitu keluarga dan kolega. Sehingga semua kelompok primer merupakan kelompok kecil, akan tetapi sebaliknya kelompok kecil belum tentu kelompok primer.”

Anggota dalam kelompok primer saling berhubungan secara langsung, intim, akrab, dan bersifat lebih personal. Ikatan kelompok primer lebih bersifat emosionl dan pembentukannya dikarenakan bersifat fisik langsung. Sedangkan anggota dalam kelompok sekunder saling berhubungan lebih secara impersonal dengan peran yang jelas dan interaksinya selalu berorientasi pada tujuan. Sehingga pola hubungan antar anggota dalam kelompok sekunder menjadi kurang erat dibandingkan kelompok primer. Walaupun kelompok primer maupun sekunder memiliki kesamaan fungsi yaitu sama-sama mencapai tujuan bersama.


(48)

32

f. Pengertian Kelompok Ternak Sapi

Menururt Kamus Bahasa Indonesia (2011) kelompok ternak adalah sebagai wadah belajar mengajar bagi anggota guna meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dan sikap serta tumbuh dan berkembangnya kemandirian dalam berusaha ternak sehingga produktivitasnya meningkat.

Kelompok ternak sapi terbentuk atas dasar kesadaran, jadi tidak secara terpaksa. Kelompok ternak sapi ini menghendaki terwujudnya peternakan yang baik, usaha ternak yang optimal dan keluarga ternak yang sejahtera dalam perkembangan kehidupannya. Para anggota terbina agar berpandangan sama, berminat yang sama dan atas dasar keluargaan dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa kelompok ternak berfungsi sebagai wadah terpeliharanya dan berkembangnya pengertian, pengetahuan dan keterampilan serta gotong royong. Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa kelompok ternak sapi adalah kegiatan yang positif karena dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta meningkatkan kemandiriannya agar mampu mensejahterakan masyarakat dan para anggotanya terbina berpandangan sama, berminat yang sama atas dasar keluargaan.

Namun, perlu disadari pula bahwa banyak faktor yang mempengaruhi produktivitas dan pengembangan kelompok ternak sapi.


(49)

33

1) Faktor pendorong pengembangan kelompok ternak sapi di Negara Indonesia antara lain sebagai berikut:

a) Penyediaan pakan.

Adanya penyediaan lahan seperti diluar jawa sungguh sangat menunjang pengembangan ternak sapi. Sapi sebagai salah satu hewan ruminasia membutuhkan volume pakan berupa rumput atau hijauan yang cukup, baik langsung maupun tidak langsung berupa lapangan. Penggembalaan ataupun rumput potongan. Untuk merealisasikan kebutuhan hijauan ini hanya mungkin apabila tersedia area yang cukup luas seperti di NTB, NTT, Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi. Adanya penyediaan pakan penguat dari hasil ikatan pertanian dan dari pabrik-pabrik seperti katul, ampas tahu, bungkil kelapa, bungkil kacang tanah, bungkil kacang kedelai dan sebagainya. Adanya toko-toko pakan ternak dan obat-obatan yang siap melayani para peternak sepanjang waktu.

b) Pemasaran yang mewadai.

Produksi daging dari usaha sapi akan cepat maju apabila pemasaran berjalan cukup pesat, baik dalam negeri maupun luar negeri sebagai bahan ekspor. Adanya perkembangan kota-kota besar, kemajuan ilmu peningkatan taraf hidup rakyat, dan peningkatan pendidikan di negara kita ini secara


(50)

34

tidak langsung pula akan membawa pengaruh baik terhadap perubahan menu makanan yang banyak mengandung protein. Hal ini berarti kebutuhan atau permintaan daging, khususnya daging sapi, akan meningkat.

c) Iklim yang sesuai.

Faktor iklim setempat tidak bias di pisahkan dengan usaha pengembangan ternak sapi. Sebab iklim yang meliputi keadaan suhu, curah hujan, kelembapan, tekanan dan gerakan udara, serta cahaya yang tidak sesuai bagi kehidupan sapi merupakan beban berat bagi hewan. Misalnya iklim yang terlalu kering menyebabkan rumput tidak bisa tumbuh subur, kulit ternak bisa terbakar, energy terlalu banyak keluar, dan lain sebagainya. Sebaliknya pada iklim setengah basah seperti dialami di NTT dan NTB sangat sesuai untuk usaha ternak. Sebab di situ merupakan padang rumput yang rumputnya tumbuh lebat.

d) Bermanfaat luas dan bernilai ekonomi.

Ternak sapi berkemanfaatan lebih luas dan bernilai ekonomis lebih besar dari pada ternak lain. Usaha ternak sapi merupakan usaha yang lebih menarik sehingga mudah merangsang pertumbuhan usaha. Hal ini bisa dibuktikan perkembangan ternak sapi di Indonesia lebih maju daripada


(51)

35

ternak besar ataupun kecil seperti kerbau, babi, domba, dan kambing.

2) Faktor penghambat

a) Pemasaran hasil yang kurang menarik.

Masyarakat belum menyadari pentingnya nilai gizi daging bagi kebutuhan tubuh. Mereka tahu akan pentingnya nilai gizi itu presentasenyanya masih rendah dibanding jumlah penduduk. Kebutuhan rill protein hewani per kapita adalah 50 gram. Di Indonesia masih berlaku pemasaran daging musiman, yakni pemasaran daging meningkat pesat pada hari-hari atau bulan-bulan tertentu. Misalnya sekitar hari lebaran, natal dan tahun baru, saat-saat masyarakat banyak menyelenggarakan upacara adat, perhelatan, dan sebagainya. Peristiwa semacam ini menyebabkan terjadinya pemasaran musiman yang terkadang menyebabkan pasar cukup ramai ataupun terkadang pasar sangat sepi.

b) Terbatasnya fasilitas.

Keterbatasan fasilitas bisa menghambat pengembangan produksi sapi mengenai keterbatasan fasilitas yang umumnya menimbulkan efek langsung terutama sebagai berikut.


(52)

36 (1) Komunikasi

Komunikasi memegang peranan penting dalm usaha ternak sapi. Kesulitan komunikasi, terutama yang menyangkut transportasi yang erat hubungannya dengan pengadaan pakan dan pemasaran yang tidak lancar, bisa melumpuhkan usaha.

(2) Kepadatan penduduk

Kepadatan penduduk seperti yang dialami di jawa dan Madura mengakibatkan sumber daya alam untuk penanaman rumput pakan utama ternak sapi menjadi sangat terbatas atau sempit, terlebih mengenai kebutuhan untuk lapangan pengembalaan.

Kelompok ternak sapi adalah kelompok yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumberdaya) keakraban dan keserasian yang dipimpin oleh seorang ketua. Menurut peneliti kelompok ternak sapi dapat disimpulkan antara kesamaan kondisi lingkungan sosial, ekonomi dan sumber daya mempunyai peran yang sama khususnya untuk keseimbangan dalam lingkungan masyarakat sehingga adanya keserasian dan keakraban yang dipimpin oleh ketua anggota masyarakat.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa kelompok ternak sapi adalah salah satu


(53)

37

wadah dari suatu organisasi para peternak yang ada dimasyarakat yang memberikan peranan penting terhadap kesejahteraan dan kemajuan dilingkungan masyarakat, khususnya kelompok ternak sapi ini juga sebagai salah satu komponen untuk membangun kelompok ternak sapi yang unggul dan maju. Pengertian kelompok ternak sapi tidak bisa dilepaskan dari pengertian kelompok itu sendiri. Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka bagian dari kelompok tersebut.

B. Penelitian Relevan

Untuk menghindari duplikasi, peneliti melakukan penelusuran terhadap penelitian terdahulu. Dari hasil penelitian terdahulu, diperoleh beberapa masalah yang akan berkaitan dengan masalah yang akan diteliti yaitu :

1. Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kelompok Budidaya Ternak Kambing Peranakan Etawa Di Dusun Kemirikebo Kelurahan Girikerto Kecamatan Turi Kabupaten Sleman Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan oleh Indah Masruroh, Mahasiswi Jurusan Pengambangan Masyarakat Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta pada tahun 2014.

Hasil penelitiannya adalah proses pemberdayaan masyarakat melalui kelompok budidaya ternak kambing peranakan etawa diantaranya


(54)

38

adalah proses identifikasi masalah, proses pembentukan kelompok, penguatan modal, pembudidayan ternak, penyelenggaraan pelatihan, dan pengembangan usaha (pembentukan koperasi). Dampak positif yang muncul diantaranya peningkatan kualitas SDM, terciptanya peluang kerja, peningkatan pendapatan, angka kemiskinan berkurang, akses pasar yang luas. Dari hasil penelitian terdahulu terdapat kesamaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti, yaitu peningkatan kualitas SDM dan peningkatan pendapatan warga. Akan tetapi tidak semuanya permasalah yang dahulu sudah pernah diteliti sama dengan yang akan peneliti lakukan. Akan tetapi terdapat perbedaan antara penelitian yang terdahulu dengan penelitian yang akan peneliti lakukan yaitu pada penelitian yang peneliti lakukan lebih terfokus kepada bagaimana pemberdayaan masyarakat pada kelompok ternak sapi dalam membantu peningkatan perekonomian warga dan anggota kelompok ternak sapi.

2. Pelaksanaan Program Pembelajaran Masyarakat Kelompok Ternak Sapi “Ngudi Sari” Di Padukuhan Karanggumuk II Karangrejek Wonosari Gunungkidul. Penelitian ini dilakukan oleh Hasta Budi Nugraha, Mahasiswa jurusan Pendidikan Luar Sekolah, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta pada tahun 2015.

Hasil penelitiannya adalah pelaksanaan program pembelajaran kelompok ternak “Ngudi Sari” meliputi beberapa tahapan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Tahap perencanaan diawali dengan beberapa proses antara lain analisis kebutuhan program, penentuan tujuaan,


(55)

39

penentuan sasaran program, penentuan narasumber, pengadaan sarana dan prasarana dan perencanaan evaluasi. Pelaksanaan program kelompok ternak “Ngudi Sari” yang diberikan untuk meningkatkan pendapatan anggota kelompok ternak antara lain pembibitan sapi po (peranakan ongle) yang dilakukan oleh anggota kelompok ternak sehingga perkembangan ternak semakin meningkat dan hasil dari penjualan ternak semakin tinggi nilai jualnya. Tahap evaluasi dilakukan guna mengetahui ketercapaian dari sebuah program dan mengetahui sejauh mana program itu berhasil, sehingga dapat menjadi acuan untuk kemajuan dari sebuah program.

Dampak program pembelajaran kelompok ternak “Ngudi Sari” dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Indikator ditandai dengan meningkatnya pengetahuan dan keterampilan anggota dalam beternak sapi, antusiasme anggota dalam melakukan sebuah program dengan ditandai perkembangan hewan ternak yang semakin banyak dan hasil peranakan dari sapi tersebut berkualitas. Dampak ekonomi meliputi: Anggota dapat membeli barang sesuatu, Contoh: sepeda motor, memperbaiki rumah dan lain-lain. Anggota kelompok ternak “Ngudi Sari” dapat sejahtera sehingga mampu memenuhi segala kebutuhan hidup.

Dampak sosial antara lain: masyarakat dapat berfikir secara mandiri dan bertanggung jawab terhadap hidupnya, sebagai percontohan kelompok ternak yang maju mengelola ternak sapi. Dampak budaya meliputi: dapat meningkatkan pola pikir masyarakat tentang


(56)

40

kewirausahaan mandiri, sebagai tolak ukur keberhasilan program dimasyarakat, dapat menumbuhkembangkan tentang semangat wirausaha mandiri.

Dampak pendidikan meliputi: dapat menyekolahkan pendidikan anak yang lebih tinggi, sebagai sarana pembelajaran, pengetahuan dan keilmuan masyarakat. Dari hasil penilitian terdahulu terdapat persamaan dengan penelitian yang akan di lakukan oleh peneliti yaitu pelaksanaan pemberdayaan masyarakat melalui kelompok ternak sapi “Lembu Aji” serta mengetahui bagaimana dampak adanya kelompok tersebut. Akan tetapi tidak semua permasalahan yang dulu sudah pernah di teliti sama dengan yang akan peneliti lakukan. Akan tetapi terdapat perbedaan antara penelitian yang terdahulu dengan peneliti yang akan dilakukan yaitu ingin mengetahui faktor-faktor yang mendorong dan menghambat dalam pemberdayaan masyarakat.

3. Pemberdayaan Masyarakat Miskin, Melalui Pendidikan Nonformal, Upaya Meningkatkan Kesejahteraan Sosial Di Kabupaten Halmahera Barat. Penelitian ini dilakukan oleh Safri Miradj dan Sumarno dari Universitas Muhammadiyah Maluku Utara dan Universitas Negeri Yogyakarta.

Tujuan penelitian untuk mengetahui proses pemberdayaan melalui pendidikan nonformal dalam melaksanakan kegiatan pelatihan kepada masyarakat miskin untuk meningkatkan kesejahteraan sosial di Kabupaten Halmahera Barat. Penelitian kualitatif, pendekatan fenomenologi, sampel


(57)

41

penelitian, PKBM Mario Laha, PKBM Merpati, Orsos Melati, Orsos Tunas Harapan dan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Sonyinga, responden, penggelola lembaga, masyarakat miskin atau warga belajar, dan tokoh masyarakat. Pengumpulan data, metode observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Hasil penelitian yaitu, (1) proses pemberdayaan yang dilakukan lembaga pendidikan nonformal belum sesuai harapan warga belajar yang terlibat dalam proses tersebut, dan belum memperhatikan aspek kebutuhan yang diperlukan warga belajarnya, (2) hasil yang di timbulkan pasca mengikuti proses pemberdayaan di lembaga-lembaga pendidikan nonformal belum membantu masyarakat miskin meningkatkan kehidupannya, dan (3) hubungan kerja sama yang selama ini dibangun oleh PKBM Merpati, PKBM Mario Laha, Orsos Tunas Harapan, Orsos Melati, dan LPM Sonyinga hanya sebatas pemerintah daerah. Dari hasil penilitian terdahulu terdapat persamaan dengan penelitian yang akan di lakukan oleh peneliti yaitu sama-sama ingin mengetahui proses pemberdayaan dan mengetahui hasil dari pemberdayaan yang dilakukan di masyarakat. Akan tetapi tidak semua permasalahan yang dulu sudah pernah di teliti sama dengan yang akan peneliti lakukan. Akan tetapi terdapat perbedaan antara penelitian yang terdahulu dengan peneliti yang akan dilakukan yaitu menggunakan penelitian kualitatif tanpa pendekatan fenomenologi dan ingin mengetahui faktor-faktor yang mendorong dan menghambat dalam pemberdayaan masyarakat.


(58)

42 C. Kerangaka Fikir Penelitian

Kurangnya pengetahuan pada kelompok ternak sapi dapat mengurangi kualitas dan kuantitas dalam beternak sapi. Masyarakat hanya mampu memelihara sapi disekitar lingkungan sehingga menyebabkan dampak yang buruk bagi lingkungannya. Jika masyarakat yang memiliki sapi mampu diberdayakan maka akan meningkatkan pengetahuan serta perekonomian warga sekitar dan tidak ada mayarakat yang merasa terugikan.

Pengetahuan yang kurang menyebabkan produksi dalam beternak sapi rendah. Produksi yang masih rendah akan sangat mempengaruhi kebutuhan sapi pasar yang semakin meningkat. Perlu adanya perombakan dalam pemberdayaan masyarakat agar mampu meningkatkan pengetahuan masyarakat, sehingga mampu meningkatkan produksi sapi.

Melihat masalah tersebut masyarakat yang memiliki sapi di Dusun Pondok Kulon membentuk sebuah kelompok ternak sapi. Kelompok tersebut bernama “Lembu Aji” yang memiliki tujuan untuk memberdayakan masyarakat sekitar dan juga memberikan pengatahuan mengenai pengelolaan kelompok ternak sapi.

Dalam kelompok ternak sapi “Lembu Aji” terdapat pemberdayaan masyarakat seperti penyuluhan ternak sapi yang bertujuan meningkatkan pengetahuan bagi masyarakat dan anggota kelompok tentang bagaimana meningkatkan kualitas dan kuantitas sapi yang dipelihara. Program tersebut merupakan program yang didalamnya masyarakat dan anggota


(59)

43

kelompok bekerja sama untuk menjalankan program tersebut. Penyediaan sarana dan pembuatan pupuk merupakan sebuah program dan kegitan tersebut diharapkan akan membantu dalam meningkatkan perekonomian mayarakat. Jika anggota memiliki pengetahuan dalam membuat pupuk, maka mereka diharapkan mampu meningkatkan ekonomi keluarga dengan cara menjual pupuk tersebut kepada masyarakat sekitar yang membutuhkan pupuk.

Akhir dari tujuan terbentuknya kelompok ternak sapi yaitu agar masyarakat dan anggota kelompok menjadi berdaya. Kategori berdaya yang dimaksud yaitu mereka memiliki pengetahuan dan keterampilan tambahan setelah adanya kelompok ternak sapi. Selain itu juga agar menjadi mandiri dalam berternak sapi dan juga mampu memanaje kelompok dengan baik, sehingga produktivitas sapi akan meningkat dan kualitasnya juga semakin bagus.


(60)

44

Gambar 1. Bagan Kerangka Berfikir

• Memiliki pengetahuan dan keterampilan.

• Mandiri.

• Produktivitas meningkat.

• Perekonomian meningkat. Masyarakat dan

Anggota Kelompok Ternak Berdaya

• Penyuluhan pengelolaan kelompok ternak sapi.

• Penyediaan sarana ternak sapi.

• Penggemukan sapi.

• Pembuatan pupuk. Pemberdayaan

Masyarakat Melalui Kelompok Ternak Sapi

• Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kelompok Ternak Sapi.

Kelompok Ternak Sapi “Lembu Aji”


(61)

45 D. Pertanyaan Penelitian

Sebagai acuan dalam melakukan penelitian ini, maka peneliti membuat pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana pelaksanaan pemberdayaan masyarakat melalui kelompok ternak sapi di Dusun Pondok Kulon, Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

a. Apa saja kegiatan-kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui kelompok ternak sapi “Lembu Aji” ?

b. Bagaimana pelaksanaan pemberdayaan masyarakat melalui kelompok ternak sapi “Lembu Aji” ?

2. Bagaimana hasil pelaksanaan pemberdayaan masyarakat melalui kelompok ternak sapi di Dusun Pondok Kulon, Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman, Yogyakarta dalam memberdayakan masyarakat. a. Bagaimana peningkatan pengetahuan dan keterampilan yang

dimiliki oleh kelompok ternak sapi “Lembu Aji”?

b. Bagaimana peningkatan produktivitas yang dihasilkan oleh kelompok ternak sapi “Lembu Aji”?

3. Bagaimana faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan pemberdayaan masyarakat melalui kelompok ternak sapi “Lembu Aji” di Dusun Pondok Kulon, Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.


(62)

46

a. Apa saja faktor pendukung dalam pemberdayaan masyarakat melalui kelompok ternak sapi “Lembu Aji” di Dusun Pondok Kulon?

b. Apa faktor penghambat dalam pemberdayaan masyarakat melalui kelompok ternak sapi “Lembu Aji” di Dusun Pondok Kulon?


(63)

47 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Untuk mendapatkan data yang akurat, peneliti melakukan penelitian langsung dilapangan. “Penelitian merupakan satu pekerjaan yang berhubungan dengan usaha untuk mendesain, memperoleh dan menganalisis data penelitian ilmiah” (Iskandar, 2009: 11). Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan penelitian kualitatif. Melalui pendekatan ini diharapkan peneliti dapat menghasilkan data yang bersifat deskriptif guna mengungkap sebab dan proses terjadinya dilapangan.

Menurut Bogdan dan Taylor dalam Lexy J Moleong (2010: 4) mendefinisikan bahwa metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Menurut Iskandar (2009: 11) pendekatan kualitatif adalah proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi manusia.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena peneliti bermaksud mendeskripsikan, menguraikan dan menggambarkan Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kelompok Ternak Sapi “Lembu Aji” di Dusun Pondok Kulon, Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.


(64)

48 B. Subyek Penelitian

1. Obyek Penelitian

Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi oleh Spradley dinamakan “social situation” atau situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen yaitu : tempat (place), pelaku (actors), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis. Situasi sosial tersebut dapat dinyatakan sebagai obyek penelitian yang ingin dipahami (Sugiyono, 2013: 297-298). Untuk itu peneliti mengambil obyek dari penelitian ini ialah Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kelompok Ternak Sapi “Lembu Aji” di Dusun Pondok Kulon Kecamatan Berbah Kabupaten Sleman Yogyakarta.

2. Subyek Penelitian

Dalam penelitian kualitatif deskriptif ini peneliti menggunakan teknik purposive. Peneliti menentukan beberapa subyek untuk menjadi informan dalam penelitian ini dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Untuk itu subyek dari penelitian ini ialah pengurus kelompok ternak sapi “Lembu Aji” dan anggota kelompok ternak sapi “Lembu Aji”.


(65)

49 Table 1. Subyek Penelitian

Sumber: Hasil Wawancara

No Nama Jenis Kelamin Status Keterangan 1. RH Laki-laki Ketua kelompok

Ternak Sapi

Aktif 2. DW Laki-laki Bendahara

Kelompok Ternak Sapi

Aktif

3. SJ Laki-laki Sekretaris

Kelompok Ternak Sapi

Aktif

4. PN Laki-laki Pengolahan

Limbah Kotoran Ternak Sapi

Aktif

5. SM Laki-laki Anggota

Kelompok Ternak Sapi

Aktif

6. SW Laki-laki Anggota

Kelompok Ternak Sapi

Aktif

7. SR Laki-laki Anggota

Kelompok Ternak Sapi

Aktif

8. SY Laki-laki Anggota

Kelompok Ternak Sapi


(66)

50 C. Setting dan Waktu Penelitian

1. Setting Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kelompok Ternak Sapi “Lembu Aji” yang beralamat di Dusun Pondok Kulon, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Dimana terdapat Kelompok Ternak Sapi “Lembu Aji” yang memiliki program pemberdayaan masyarakat.

2. Waktu Penelitian

Penelitian mengenai pemberdayaan masyarakat melalui kelompok ternak sapi “Lembu Aji” di Dusun Pondok Kulon, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman, Yogyakarta ini dilaksanakan pada bulan Juni - Agustus 2016. D. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. Metode pengumpulan data merupakan salah satu bagian yang penting dalam penelitian deskriptif. Untuk memperoleh data yang diharapkan dalam penelitian ini data dapat diperoleh dari berbagai sumber yaitu pengurus, anggota kelompok ternak sapi “Lembu Aji”. Dalam hal ini peneliti berupaya mengungkap data-data tentang pemberdayaan masyarakat melalui kelompok ternak sapi “Lembu Aji” di Dusun Pondok Kulon, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.


(67)

51 1. Observasi

Observasi secara sederhana berarti pengamatan dengan tujuan tertentu. Secara umum observasi bertujuan untuk mengumpulkan data yang diperlukan untuk menjawab masalah tertentu.

Menurut Sutrisno Hadi (Sugiyono, 2010: 203) menyatakan bahwa: “Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis, dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. Menurut Cholid Nurbuko dan Abu Achmadi (2007: 37) menyatakan bahwa: “Pengamatan adalah alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang di selidiki”. Menurut Iskandar (2009: 121) “kegiatan observasi meliputi melakukan pengamatan, pencatatan secara sistematik kejadian-kejadian, perilaku, obyek-obyek yang dilihat dan hal-hal lain yang diperlukan dalam mendukung penelitian yang sedang dilakukan”.

Observasi yang dilakukan oleh peneliti yaitu observasi. Penelitian datang ke kelompok ternak sapi “Lembu Aji” di Dusun Pondok Kulon, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Metode observasi ini digunakan untuk menggali data yang berkaitan “Pemberdayaan


(68)

52

masyarakat melalui kelompok ternak sapi “Lembu Aji” di Dusun Pondok Kulon Kecamatan Berbah Kabupaten Sleman Yogyakarta”.

2. Wawancara

Wawancara merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk memperoleh informasi (data) yang diperlukan dalam suatu penelitian untuk menjawab permasalahan yang diteliti. Wawancara menurut Moleong (2005: 186) percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh 2 pihak, yaitu pewawancara (interview) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.

Dalam wawancara, peneliti menggali sebanyak mungkin data yang terkait dengan masalah subyek. Pada penelitian ini dilakukan wawancara dengan pihak-pihak yang terkait dalam pemberdayaan masyarakat melalui kelompok ternak sapi “Lembu Aji” di Dusun Pondok Kulon, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman, Yogyakarta. Tujuan dilakukan wawancara adalah untuk menggali informasi secara langsung dan mendalam dari beberapa informan yang terlibat dalam kelompok ternak sapi “Lembu Aji” Dusun Pondok Kulon, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.


(69)

53 3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk memperoleh informasi (data) dalam suatu penelitian. Data-data yang diperoleh dari dokumentasi dianalisis untuk menjawab permasalahan yang ada. Menurut Iskandar (2009: 135) “metode dokumentasi merupakan penelahan terhadap referensi-referensi yang berhubungan dengan fokus permasalahan penelitian”. Dokumen yang dimaksud adalah dokumen pribadi, dokumen resmi referensi-referensi, foto dan rekaman.

Metode dokumentasi ini merupakan metode bantu dalam upaya memperoleh data penelitian. Kejadian-kejadian atau peristiwa tertentu dapat dipakai untuk menjelaskan pengelolaan peningkatan pendapatan melalui kelompok ternak sapi “Lembu Aji”. Hal tersebut akan didokumentasikan oleh peneliti nantinya dengan menggunakan dokumen terdahulu misalnya foto-foto kegiatan, catatan kegiatan dan berbagai informasi yang digunakan sebagai pendukung hasil.

Wawancara menurut Moleong (2005: 186) percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.


(70)

54

Dalam wawancara, peneliti menggali sebanyak mungkin data yang terkait dari pemberdayaan masyarakat melalui kelompok ternak sapi “Lembu Aji” di Dusun Pondok Kulon, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Tujuan dilakukan wawancara adalah untuk menggali informasi secara langsung dan mendalam dari beberapa informan yang terlibat dalam kelompok ternak sapi “Lembu Aji” di Dusun Pondok Kulon.


(71)

55

Tabel 2.

Metode Pengumpulan Data

No Aspek Sumber Data Metode

1 Pelaksanaan pemberdayaan masyarakat melalui kelompok ternak sapi di Dusun Pondok Kulon, Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman, Yogyakarta

Kelompok ternak sapi “Lembu Aji”.

Observasi, Wawancara, Dokumentasi

2 Hasil pelaksanaan pemberdayaan masyarakat melalui kelompok ternak sapi di Dusun Pondok Kulon, Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman, Yogyakarta dalam memberdayakan masyarakat

Kelompok ternak sapi “Lembu Aji”.

Observasi, Wawancara, Dokumentasi

3 Faktor pendukung dan penghambat dalam

Kelompok ternak sapi “Lembu Aji”.

Observasi, Wawancara,


(72)

56 pelaksanaan

pemberdayaan masyarakat melalui kelompok ternak sapi “Lembu Aji” di Dusun Pondok Kulon,

Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman, Yogyakarta

Dokumentasi

E. Instrumen Penelitian

Menurut Lexy J Moloeng (2010: 168) “instrumen penelitian adalah alat pengumpul data atau informasi dari keseluruhan proses penelitian”. Dalam penelitian kualitatif peneliti merupakan instrument utama dan dibantu dengan pedoman observasi, pedoman wawancara, dan pedoman dokumentasi.

Pengamatan observasi: pengamatan dilakukan sejak awal penelitian dengan mengamati keadaan fisik lingkungan maupun diluar lingkungan itu sendiri. Metode ini digunakan untuk memperoleh data atau informasi yang lebih lengkap, lebih mendalam dan terperinci, maka dalam melakukan pengamatan dilaksanakan melalui observasi non partisipan terutama pada saat berlangsungnya kegiatan program. Data dan informasi yang


(73)

57

diperoleh melalui pengamatan ini selanjutnya dituangkan dalam tulisan.

Dalam penelitian ini observasi dilakukan untuk mengumpulkan data mengenai pemberdayaan masyarakat melalui kelompok ternak sapi “Lembu Aji” di Dusun Pondok Kulon, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.

Dalam wawancara, peneliti menggali data yang terkait dengan judul penelitian. Pada penelitian ini dilakukan wawancara dengan pihak-pihak yang terkait dengan Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kelompok Ternak Sapi “Lembu Aji” di Dusun Pondok Kulon, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman, Yogyakarta

F. Teknik Analisis Data

Dalam menganalisis data penelitian ini, peneliti menggunakan teknik kualitatif, yaitu data yang dikumpulkan melalui penelitian ini di kelompokkan menjadi dua bagian yaitu data utama dan data pendukung. Data utama diperoleh melalui informan, yaitu orang-orang yang terlibat langsung dalam kegiatan sebagai fokus penelitian. Sedangkan data pendukung bersumber


(74)

58

dari dokumen-dokumen berupa catatan, rekaman, gambar serta bahan-bahan lain yang dapat mendukung penelitian ini.

Penelitian ini menggunakan analisis data kualitatif interaktif yang merupakan upaya yang berlanjut, berulang dan terus menerus, penyajian data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Sedangkan langkah-langkah analisis data model interaktif menurut Milles dan Hubberman (1992: 16-19) langkah-langkah yaitu reduksi data, penyajian data dan mengambil kesimpulan.

a. Reduksi data

Reduksi data yaitu proses pemilihan, pemutusan perhatian pada penyederhanaan dan tranformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan yang muncul dilapangan. Reduksi data merupakan bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan mengarahkan membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi data yang sedemikian rupa sehingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat di tarik.

Dalam penelitian ini data utamanya adalah pemberdayaan masyarakat melalui kelompok ternak sapi “Lembu Aji”. Data tersebut diperoleh dari hasil penelitian dilapangan. Data-data tersebut direduksi yakni dirangkum sehingga dapat memberikan gambaran yang lebih jelas adanya pemberdayaan masyarakat serta akan mempermudah peneliti mengelompokan data dan mencarinya bila suatu saat memerlukan.


(75)

59 b. Penyajian data

Penyajian data yaitu sekumpulan informasi yang tersusun memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dengan melihat penyajian-penyajian, dapat memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang dilakukan lebih jauh, menganalisis atau mengambil tindakan berdasarkan atas pemahaman yang diperoleh dari penyaji.

Kaitannya dengan penelitian, data tentang kelompok ternak dalam meningkatkan perekonomian anggota kelompok. Disajikan dalam bentuk uraian singkat dan tabel. Penyajian data tersebut dimaksudkan untuk mempermudah memahami hasil penelitian.

c. Penarikan kesimpulan atau verifikasi

Penarikan kesimpulan atau verifikasi yaitu suatu kegiatan konfigurasi yang utuh. Terhadap ini peneliti mencari maka dari data yang diperolehnya dengan jalan mencari pola, tema, hubungan persamaan, dan hal-hal yang sering muncul ke dalam satu kesatuan informasi yang mudah dipahami, ditafsirkan dan dikategorikan sesuai dengan masalah. Dari data atau informasi yang didapatkan mencoba mengambil kesimpulan untuk menjawab permasalahan yang ada.

Penarikan kesimpulan merupakan tahap akhir setelah data direduksi dan disajikan. Dalam pengambilan keputusan dalam


(76)

60

penelitian tentang pemberdayaan masyarakat melalui kelompok ternak sapi “Lembu Aji” terus berkembang selama penelitian berlangsung. Hal ini terjadi karena peneliti berusaha memahami makna gejala yang diperoleh dari data yang ada, sehingga pada akhirnya didapatkan kesimpulan yang benar-benar dapat dipercaya (valid) dan teruji (reliabel).

G. Validitas Data (Keabsahan Data)

Keabsahan berasal dari bahasa Inggris yaitu validity. Menurut Iskandar (2009: 151) keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaharui dari konsep kesahihan (validitas) dan keterandalan (reliabilitas). Untuk menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan. Dalam penelitian ini digunakan teknik triangulasi. Dengan teknik ini data yang dikumpulkan diklarifikasi sesuai dengan sifat tujuan penelitian untuk dilakukan pengecekan kebenarannya.

Menurut Nasution (1992: 116) menerangkan bahwa keuntungan menggunakan metode triangulasi ini adalah dapat mempertinggi validitas, mengukur kedalaman hasil penelitian sebagai pelengkap apabila data dari sumber pertama masih ada kekurangan. Agar data yang diperoleh itu semakin dapat dipercaya maka data yang diperoleh tidak hanya dicari dari satu sumber saja tetapi juga dari sumber-sumber lain yang terkait dengan subyek penelitian. Disamping itu, agar data yang diperoleh dari hasil


(77)

61

wawancara dilakukan pengecekan lagi melalui pengamatan. Sebaliknya data yang diperoleh dari pengamatan juga dilakukan pengecekan lagi melalui wawancara atau menanyakan kepada responden.

Teknik trianggulasi dalam penelitian ini adalah trianggulasi sumber. Trianggulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek data yang diperoleh melalui berbagai sumber. Penelitian ini trianggulasi data dilakukan dengan cara membandingkan hasil observasi, wawancara serta dokumentasi yang diperoleh. Dasar pertimbangannya adalah bahwa untuk memperoleh satu informasi dari satu responden perlu diadakan cross cek antara informasi yang satu dengan informasi yang lain sehingga akan diperoleh informasi yang benar-benar valid.


(1)

140

Proses Pembuatan Pupuk


(2)

141

Papan Data Struktur Kelompok Ternak Sapi “Lembu Aji”


(3)

142

Papan Data Anggota Kelompok Ternak Sapi “Lembu Aji”


(4)

143 Lampiran 8. Surat-Surat


(5)

(6)