Teknologi pendukung Permasalahan Seputar Pertanian Organik

Persatuan Pelajar Indonesia PPI Jepang; Membuka Dunia untuk Indonesia dan Membuka Indonesia untuk Dunia 12 pencegahan hama dan penyakit juga sangat diperlukan, terutama pada pembudidayaa pertanian organik di musim hujan.

c. Pemasaran

Pemasaran produk organik didalam negeri sampai saat ini hanyalah berdasarkan kepercayaan kedua belah pihak, konsumen dan produsen. Sedangkan untuk pemasaran keluar negeri, produk organik Indonesia masih sulit menembus pasar internasional meskipun sudah ada beberapa pengusaha yang pernah menembus pasar international tersebut. Kendala utama adalah sertifikasi produk oleh suatu badan sertifikasi yang sesuai standar suatu negara yang akan di tuju. Akibat keterbatasan sarana dan prasarana terutama terkait dengan standar mutu produk, sebagian besar produk pertanian organik tersebut berbalik memenuhi pasar dalam negeri yang masih memiliki pangsa pasar cukup luas. Yang banyak terjadi adalah masing-masing melabel produknya sebagai produk organik, namun kenyatannya banyak yang masih mencampur pupuk organik dengan pupuk kimia serta menggunakan sedikit pestisida. Petani yang benar-benar melaksanakan pertanian organik tentu saja akan merugi dalam hal ini. Pasar produk organik didunia masih dikuasai Amerika dan Eropa, sebagaimana terlihat dalam Gambar 2. Negara Asia dan kawasan lainnya hanya menyumbang sekitar 3. Gambar 2. Distribusi pangan organik di dunia Sumber: Organic monitor [5]

d. Kesalahan Persepsi

Masyarakat awam menganggap produk organik adalah produk yang bagus tidak hanya dari segi kandungan nutrisi namun juga penampilan produknya. Kenyataannya produk organik itu tidaklah selalu bagus, sebagai contoh daun berlobang dan berukuran kecil, karena tidak menggunakan pestisida dan zat perangsang tumbuh atau pupuk an organik lainnya. Pada tahun awal pertaniannya belum menghasilkan produk yang sesuai harapan. Sebagian petani kita terbiasa menggunakan pupuk an organik yang akan memberikan respon cepat pada tanaman. Seperti misalnya pemupukan Urea akan menghasilkan tanaman yang pertumbuhannya cepat, sementara dengan pemupukan organik pengaruh perubahan pertumbuhan tanaman tergolong lambat. Baru pada musim ketiga dan seterusnya, efek pupuk organik tersebut menunjukkan hasil yang nyata perbedaannya dengan pertanian non organik. Sehingga dapat disimpulkan pertanian organik di tahun-tahun awal akan mengalami banyak kendala dan membutuhkan modal yang cukup untuk bertahan.

e. Sertifikasi dan Standarisasi

Beberapa lembaga standarisasi pertanian organik adalah sebagai berikut: 1. Standar Internasional Standar IFOAM. Standar dasar untuk produk organik dan prosesnya dari IFOAM sejak 1980. The Codex Alimentarius. Standar yang disusun dengan penyesuaian standar IFOAM dengan beberapa standar dan aturan lain. 2. National dan supranational regional 3. Standard setiap negara Departemen Pertanian juga telah menyusun standar pertanian organik di Indonesia, tertuang dalam SNI 01-6729-2002. Sistim pertanian organik menganut paham organik proses, artinya semua proses sistim pertanian organik dimulai dari penyiapan lahan hingga pasca panen memenuhi standar budidaya organik, bukan dilihat dari produk Persatuan Pelajar Indonesia PPI Jepang; Membuka Dunia untuk Indonesia dan Membuka Indonesia untuk Dunia 13 organik yang dihasilkan [4]. SNI sistim pangan organik ini merupakan dasar bagi lembaga sertifikasi yang nantinya juga harus di akreditasi oleh Deptan melalui PSA Pusat Standarisasi dan Akreditasi. SNI Sistem pangan organik disusun dengan mengadopsi seluruh materi dalam dokumen standar CACGL 32 – 1999, Guidelines for the production, processing, labeling and marketing of organikally produced foods dan dimodifikasi sesuai dengan kondisi Indonesia. Bila dilihat kondisi petani di Indonesia, hampir tidak mungkin mereka mendapatkan label sertifikasi dari suatu lembaga sertifikasi asing maupun dalam negri. Luasan lahan yang dimiliki serta biaya sertifikasi yang tidak terjangkau, menyebabkan mereka tidak mampu mensertifikasi lahannya. Satu-satunya jalan adalah membentuk suatu kelompok petani organik dalam suatu kawasan yang luas yang memenuhi syarat sertifikasi, dengan demikian mereka dapat pembiayaan sertifikasi usaha tani mereka secara gotong royong. Namun ini pun masih sangat tergantung pada kontinuitas produksi mereka.

5. Tantangan Pertanian Organik, di bidang Riset, Ekonomi dan Lingkungan

Berbagai permasalahan seputar pertanian organik dapat diatasi dengan kesungguhan petani dengan bantuan pemerintah dalam memfasilitasinya, dengan demikian diharapkan sistem pertanian organik dimasa yang akan datang dapat berkembang menjadi salah satu alternatif pemenuhan kebutuhan pangan dalam negeri. Untuk itu diperlukan penelitian mendalam terhadap sistim pertanian organik ini. Banyak bidang penelitian yang terkait dalam mendukung perkembangan pertanian organik. Dimulai dari kajian tentang penyediaan mikroba yang dapat mendekomposisi bahan organik dalam waktu singkat, sehingga penyediaan pupuk organik dapat terpenuhi Kemudian pengetahuan tentang kesesuaian tanaman yang ditanam secara multikultur, dan pemutusan siklus hama dengan rotasi tanaman. Hingga saat ini belum ada hasil penelitian yang dapat menjelaskan hal tersebut, petani hanya mencoba-coba dari beberapa kali pengalaman mereka bercocok tanam tersebut. Pengendalian hama dan penyakit tanaman secara alami merupakan hal terberat dalam sistim pertanian. Kegagalan panen merupakan ancaman besar buat petani, sehingga sangat dibutuhkan riset tentang bahan alami yang mengandung bahan insektisida dan penerapannya dalam pertanian. Pengetahuan akan perbaikan lahan dengan sistim pertanian organik sudah diketahui, namun sejauh mana sistim ini menjaga keberlangsungan lahan pertanian perlu diketahui melalui penelitian neraca hara dalam jangka waktu panjang. Kajian di segi pemasaran dan ekonomi juga akan sangat berperan dalam menembus pasar internasional produk organik Indonesia.

6. Kesimpulan

Perkembangan pertanian organik di Indonesia dapat menjadi suatu alternatif pemenuhan kebutuhan pangan di Indonesia dalam jangka panjang. Sasaran jangka pendek dari sistim pertanian organik ini adalah kesadaran masyarakat dan petani akan perlunya melestarikan lahan dan menjaga lingkungan dengan mengurangi penggunaan bahan kimia sintetis seperti pupuk kimia dan pestisida dan berusaha semampunya memanfaatkan bahan-bahan alami disekitar mereka. Dan untuk jangka panjang, potensi pasar produk organik di dunia terbuka lebar bagi Indonesia. Namun demikian potensi lahan yang dapat dijadikan lahan pertanian organik sangat kecil. Sehingga lahan pertanian non organik masih menjadi andalan produksi pangan di Indonesia, namun setidaknya kebutuhan pasar akan produk organik dapat terpenuhi oleh petani. Daftar Pustaka [1] BP2HP Deptan. 2000. Leaflet. Go Organik 2010. [2] Balai Penelitian Tanah. 2004. Leaflet. Pengelolaan Lahan Budidaya Sayuran Organik. [3] IFOAM 2005. http:www.ifoam.org . [4] SNI 01-6729-2002. Standar Nasional Indonesia. Sistem pangan organik. Badan Standarisasi Nasional. [5] Statistics Organik.2004. The World of