INOVASI Vol.4XVIIAgustus 2005
Persatuan Pelajar Indonesia PPI Jepang; Membuka Dunia untuk Indonesia dan Membuka Indonesia untuk Dunia
46
bersumber dari domestik dan industri. Penggunaan bahan kimia dalam proses
produksi padi juga membawa dampak yang buruk bagi lingkungan dimana unsur Nitrogen
dan Fosfor buangan dari lahan pertanian mencemari sungai dan air tanah. Periode
antara 1965-1975 merupakan periode dengan tingkat polusi tertinggi di Jepang,
dimana polusi menjadi permasalahan serius yang sulit ditanggulangi. Menyadari dampak
buruk aktivitas tersebut berbagai undang-undang dikeluarkan dalam periode
tersebut, misalnya undang-undang tentang kontaminasi serta penetapan kualitas air.
6.2 Ekstensifikasi Pertanian Meningkatkan Resiko Kerusakan Fasilitas Irigasi
Dimulai sejak era pertumbuhan ekonomi, sebenarnya sudah mulai terlihat gap antara
tingkat ketersediaan lahan dengan jumlah petani, dimana pada satu sisi umur petani
kian bertambah sementara disisi lain tidak ada generasi penerusnya. Hal ini berdampak
pada menurunnya jumlah petani serta bertambahnya lahan yang tidak tergarap.
Rasio ketersediaan lahan dengan jumlah tenaga kerja yang rendah tersebut
mengakibatkan beban kerja petani semakin bertambah. Sebagai contoh petani yang
bertugas mengelola air di daerah hulu dari bendung yang jumlahnya berkurang akan
beresiko tidak mampu mengontrol air di bendung yang dapat membahayakan
daerah-daerah dibawahnya. Dalam kaitannya dengan biaya OP fasilitas irigasi, pihak
pemerintah pusat daerah membagi distribusi pembebanan biaya untuk pemeliharaan
jaringan irigasi dengan pihak
Land Improvement District
dengan perbandingan proporsi 23 : 13, dimana dua per tiganya
ditanggung oleh Land Improvement District
sementara sisanya ditanggung oleh pemerintah pusatdaerah.Penigkatan biaya
pemeliharaan saluran seiring dengan bertambahnya umur saluran mengakibatkan
meningkatnya beban yang harus ditanggung oleh pihak
Land Improvement District . Biaya
tersebut 46 dipakai untuk perbaikan saluran, proses pengolahan limbah 18, instalasi
fasilitas keselamatan jaringan 11 dan sisanya untuk operasi pompadrainase,
pembersihan gulma.
7. Pengelolaan Aset Irigasi Secara Terpadu
Keberadaan fasilitas irigasi di Jepang membawa dampak sosial ekonomi yang luas,
dimana disatu sisi keberadaan fasilitas tersebut telah memberikan kontribusi yang
signifikan terhadap peningkatan produksi pertanian. Namun demikian, seiring dengan
berjalannya waktu, umur teknis bangunan irigasi juga semakin berkurang sehingga
membutuhkan pembaharuan dimasa mendatang. Selama periode 1975 sampai
1995, terjadi pembengkakan biaya rekonstruksi fasilitas irigasi, dimana pada
tahun 1975 biaya yang dikeluarkan untuk rekonstruksi jaringan hanya sebesar 10
trilyun yen sementara pada tahun 1995 membengkak menjadi 22 trilyun yen.
Pembengkakan biaya ini disebabkan oleh meningkatnya potensi kerusakan jaringan
irigasi seiring menuanya umur fasilitas irigasi. Pada tahun 1995 didapatkan bahwa hanya
berjumlah sekitar 60 set jaringan yang mengalami potensi kerusakan jaringan,
namun pada tahun 2005 meningkat menjadi sekitar 400 set jaringan [1]. Menyiasati
permasalahan tersebut pemerintah Jepang saat ini lebih menfokuskan perhatiannya ke
aspek perawatanpemeliharaan fasilitas yang ada dibandingkan membangun fasilitas baru.
8. Penutup
Sebagai penutup dapat dikemukakan beberapa point penting berkaitan dengan
pengelolaan sumberdaya air di Jepang. Adanya kemandirian petani untuk mengelola
fasilitas irigasi yang telah dibangun oleh pemerintah menjadi salah satu kunci utama
keberlanjutan sistem usahatani di Jepang. Namun demikian terlepas dari keberhasilan
tersebut usahatani di Jepang juga dihadapkan pada permasalahan kelangkaan
tenaga kerja di bidang pertanian serta meningkatnya beban petani untuk mengelola
aset irigasi yang berbiaya tinggi. Biaya pengelolaan aset irigasi tersebut akan terus
membengkak seiring menuanya umur fasilitas tersebut. Olehnya itu dalam
menyiasati permasalahan tersebut, manajemen irigasi di Jepang saat ini lebih
diarahkan kepada pemeliharaan dan perawatan aset-aset yang ada dengan
disertai perbaikan efisiensi penggunaan air. Selain itu juga dilakukan upaya rasionalisasi