Distribusi Penggunaan Air Staff Site Universitas Negeri Yogyakarta

INOVASI Vol.4XVIIAgustus 2005 Persatuan Pelajar Indonesia PPI Jepang; Membuka Dunia untuk Indonesia dan Membuka Indonesia untuk Dunia 44 Gambar 1. Diagram alir organisasi hasil survey tahun 1998 jumlah air tersedia setiap tahunnya berkisar antara 150-200 miliar meter kubik, dimana lebih dari 60 dipakai untuk mengairi lahan pertanian, sedangkan sisanya masing-masing sebesar 15 dan 18 dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan domestik dan industri [4]. Dengan tingkat penggunaan air perkapita penduduk mencapai 3.393 meter kubik pertahunnya, atau setengah dari rata-rata potensi air perkapita dunia yg mencapai 7.045 meter kubik, Jepang juga dihadapkan pada permasalahan distribusi penyebaran penduduk yang tidak merata, dimana kesenjangan antara tingkat kepadatan penduduk di perkotaan dan di daerah pedesaan sangat tinggi. Rata-rata kepadatan penduduk di wilayah perkotaan sebesar 6.600 orangkm 2 dan 121 orangkm 2 di wilayah pedesaan. Adanya kecenderungan penduduk yang meninggalkan kampung halamannya menuju kota-kota besar untuk mencari pekerjaan pada beberapa dekade terakhir ini juga akan menimbulkan permasalahan dalam proses pendistribusian air dimasa mendatang. Pendistribusian air ke lahan pertanian digunakan untuk pemenuhan kebutuhan lahan sawah untuk produksi padi, tanaman sayuranbuah, dan kebutuhan peternakan. Alokasi air untuk produksi padi menyerap sekitar 95 dari total air tersedia untuk pertanian. Pada tahun 1998 saja, jumlah pemakaian air untuk proses produksi padi mencapai 56x10 9 meter kubik.

3. Distribusi Air dan Fasilitas Pendukungnya

Aktivitas pertanian di Jepang membutuhkan sedikitnya 60x10 9 meter kubik air setiap tahunnya yang diambil dari sungai, air tanah, dan kolam-kolam penampungan air. Keterse diaan air baik secara kualitas maupun kuantitas lebih tersedia di wilayah pedesaan di Jepang. Hal ini disebabkan karena di wilayah pedesaan proses siklus air berjalan dengan baik sehingga ketersediaan air senantiasa terjaga. Lain halnya di daerah perkotaan dimana air tidak mengalami siklus perputaran air dengan baik dan terbuang percuma ke saluran pembuangan dan mengalir ke laut. Proses distribusi air di Jepang didukung oleh jaringan irigasi yang mantap dengan disertai kesadaran yang tinggi dari para petani dalam kegiatan OPnya. Jaringan irigasi di Jepang sebagian besar terdiri dari line canal dimana semua struktur salurannya dibuat dari beton dan dirancang khusus untuk tahan gempa. Secara umum, bangunan irigasinya terdiri dari bendung yang berfungsi untuk menaikkan air pada ketinggian tertentu untuk kemudian dialirkan ke saluran irigasi melalui bangunan bagi. Bangunan irigasi di Jepang juga dilengkapi dengan sarana drainase yang berfungsi untuk membuang kelebihan air. Rancangan fasilitas irigasi dan drainase yang Penyiapan tenaga kerja Pengaturan distribusi air dan kontrol drainase iuran Land Improvement District Kontrol dan pemeliharaan OP fasilitas irigasi Pengerokan lumpur, pembersihan rumput, gulma Petani INOVASI Vol.4XVIIAgustus 2005 Persatuan Pelajar Indonesia PPI Jepang; Membuka Dunia untuk Indonesia dan Membuka Indonesia untuk Dunia 45 sangat kokoh dan lengkap tersebut tentu saja membawa konsekuensi pada meningkatnya jumlah saluran dan biaya konstruksi dan pemeliharaan saluran-saluran tersebut. Berdasarkan hasil survei keberadaan fasilitas irigasi pada tahun 1995, didapatkan bahwa panjang saluran utama dari bangunan irigasi di Jepang tercatat sebesar 40.000 km, dan apabila saluran tersier ikut dimasukkan menjadi 400.000 km [4]. Panjang saluran tersebut tercatat tiga kali lebih besar dari total panjang sungai di Jepang dan dua kali panjang jalan tol negara dan jalan prefektur.

4. Manajemen Fasilitas Irigasi

Berbeda dengan negara-negara berkembang yang kegiatan OP salurannya dilaksanakan oleh pemerintah, kegiatan OP jaringan air di Jepang diserahkan sepenuhnya kepada petani, dengan tujuan memacu kemandirian petani dalam pengelolaan aset irigasi. Dalam implementasinya, petani di setiap daerah chiku membuat organisasi yang bertujuan mengatur dan mengelola aset yang diberi nama Land Improvement District tochikairyouku atau LID . Organisasi ini, semacam perhimpunan petani pemakai air P3A di Indonesia, namun cakupan tanggungjawabnya lebih luas yakni mencakup kegiatan OP jaringan, termasuk di dalamnya pengaturan distribusi air. Organisasi ini telah berdiri sejak dahulu, dan seiring dengan dikeluarkannya undang-undang tentang perbaikan tanahlahan memungkinkan dilakukannya perancangan, perbaikan dan pemeliharaan aset bangunan yang ada secara legal. Para petani yang menjadi anggota organisasi dikenakan kewajiban membayar iuran OP jaringan rata-rata sebesar 100.000 yen per tahun, dan uang tersebut dipakai untuk menyewa LID untuk melakukan kegiatan OP saluran, misalnya pembersihan atau perbaikan saluran yang mengalami kerusakan. Model kerjasama antara petani- LID sifatnya profesional, hampir sama dengan model kerja perusahaan yang menuntut rasa tanggungjawab yang tinggi dari para petani atas keberadaan fasilitas irigasi. Diagram alir dari kegiatan OP saluran antara petani dan LID disajikan pada Gambar 1.

5. Kolaborasi LID- Petani Saat Krisis Air

Salah satu indikator bagus tidaknya kondisi suatu sungai adalah nilai koefisien aliran sungai, dimana nilai yang rendah menunjukkan masih bagusnya kondisi aliran sungai. Nilai koefisien aliran sungai di Jepang tergolong agak tinggi sehingga resiko kekeringan juga besar. Selain itu juga kadangkala kekeringan yang tidak normal datang, umumnya terjadi pada akhir musim hujan dimana periode tersebut merupakan saat–saat padi membutuhkan air dalam jumlah yang banyak. Pada saat yang sama kebutuhan air untuk keperluan domestik juga meningkat pesat. Dalam situasi sulit tersebut, petani bekerjasama dengan LID , dan mengeluarkan dana untuk proses konservasi air melalui penggunaan air bergilir, water reuse, dan pengecekan kebocoran saluran. Upaya meminimalkan penggunaan air melalui penambahan tenaga kerja untuk manajemen air berdampak pada meningkatknya biaya operasional yang harus dikeluarkan. Sebagai contoh pada kondisi kekeringan abnormal yang terjadi pada tahun 2001 laju konservasi air mencapai 76 untuk penggunaan di pertanian, 50 untuk industri dan 40 untuk kebutuhan domestik, yang dilakukan di sungai Yahagi di Aichi Prefektur. Sementara biaya yang dikeluar kan untuk mendukung program penghematan air meningkat antara 127 sampai 183, dengan dana sebesar 9.72 juta Yen. Peningkatan jumlah pengeluaran tersebut digunakan untuk keperluan penyediaan pompa emergency, pembuatan media informasi dan tenaga kerja.

6. Permasalahan Berhubungan dengan Irigasi

Jepang telah mencatat sejarah yang panjang menyangkut penerapan sistem irigasi dalam proses produksi tanaman. Namun sejalan dengan pertumbuhan ekonomi mengakibatkan munculnya kesenjangan antara indusri-perta nian, baik dari segi finansial serta beban kerja.

6.1 Penurunan Kualitas Air Pertanian Akibat Modernisasi Pertanian

Dalam periode pertumbuhan ekonomi Jepang yang sangat pesat antara tahun 1960 –1970, juga terjadi peningkatan polusi yang