Pengertian Pertanian Staff Site Universitas Negeri Yogyakarta

Persatuan Pelajar Indonesia PPI Jepang; Membuka Dunia untuk Indonesia dan Membuka Indonesia untuk Dunia 9 disadari sehingga dicari alternatif bercocok tanam yang dapat menghasilkan produk yang bebas dari cemaran bahan kimia sintetis serta menjaga lingkungan yang lebih sehat. Sejak itulah mulai dilirik kembali cara pertanian alamiah back to nature. Namun pertanian organik modern sangat berbeda dengan pertanian alamiah di jaman dulu. Dalam pertanian organik modern dibutuhkan teknologi bercocok tanam, penyediaan pupuk organik, pengendalian hama dan penyakit menggunakan agen hayati atau mikroba serta manajemen yang baik untuk kesuksesan pertanian organik tersebut. Pertanian organik di definisikan sebagai” sistem produksi pertanian yang holistik dan terpadu, dengan cara mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas agro-ekosistem secara alami, sehingga menghasilkan pangan dan serat yang cukup, berkualitas, dan berkelanjutan” [1]. Lebih lanjut IFOAM International Federation of Organik Agriculture Movements menjelaskan pertanian organik adalah sistem pertanian yang holistik yang mendukung dan mempercepat biodiversiti, siklus biologi dan aktivitas biologi tanah. Serifikasi produk organik yang dihasilkan, penyimpanan, pengolahan, pasca panen dan pemasaran harus sesuai standar yang ditetapkan oleh badan standardisasi. Dalam hal ini penggunaan GMOs Genetically Modified Organisme tidak diperbolehkan dalam setiap tahapan pertanian organik mulai produksi hingga pasca panen [3]. Sejauh ini pertanian organik disambut oleh banyak kalangan masyarakat, meskipun dengan pemahaman yang berbeda. Berdasarkan survey ke lahan petani di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur yang dilakukan Balai Penelitian Tanah, berbeda pemahaman tentang pertanian organik di beberapa petani tergantung pengarahan yang sampai ke petani. Petani di Jawa Barat umumnya lebih maju karena mereka umumnya adalah petani yang sudah mapan, dan yang dikembangkan adalah sayuran serta buah-buahan seperti salak Pondoh. Sedangkan di Jawa Tengah, selain buahan seperti Salak juga mulai dikembangkan padi organik. Dalam hal ini Pemda Jateng mendukung sepenuhnya petani yang mau menanam padi secara organik, antara lain dengan cara membeli produksi petani sampai produksinya stabil dan petani bisa mandiri. Seperti contoh, kabupaten Sragen di Jawa Tengah mencanangkan gerakan Sragen Organik. Sedangkan di Jawa Timur, umumnya berkembang kebun buahan organik seperti apel organik. Terlepas dari apakah itu benar-benar sudah merupakan produk organik ataukah belum, sebagaimana akan dibahas nanti, perkembangan pertanian organik ini perlu mendapat arahan dan perhatian serius pemerintah.

3. Komponen Pertanian Organik a. Lahan

Gambar 1. Areal pertanian organik di Asia Source: SOEL-Survey, February 2004 [5] Lahan yang dapat dijadikan lahan pertanian organik adalah lahan yang bebas cemaran bahan agrokimia dari pupuk dan pestisida. Terdapat dua pilihan lahan: 1 lahan pertanian yang baru dibuka, atau 2 lahan pertanian intensif yang dikonversi untuk lahan pertanian organik. Lama masa konversi tergantung sejarah penggunaan lahan, pupuk, pestisida dan jenis tanaman. Berdasarkan kesesuaian lahan di Indonesia hanya 10 yang layak dijadikan lahan pertanian Peta kesesuaian lahan, Puslitbangtanak. Mengingat lahan yang bisa diandalkan mendukung pertanian organik adalah lahan yang tergolong subur dan juga mempertimbangkan sumber air dan potensial cemaran dari lahan non organik disekitarnya. Luasan lahan pertanian organik di dunia Persatuan Pelajar Indonesia PPI Jepang; Membuka Dunia untuk Indonesia dan Membuka Indonesia untuk Dunia 10 dapat dilihat pada Gambar 1. Di Indonesia luas lahan yang dikelola secara organik berkisar 40.000 ha. Luasan lahan organik di Indonesia ini termasuk didalamnya lahan pertanian alami seperti kebun campuran dan sebagainya. Untuk kawasan Asia, Indonesia memiliki potensi besar dengan terdapatnya sekitar 45.000 kebun organik sebagaimana terdapat dalam Tabel 1 di bawah ini. Tabel 1. Lahan pertanian organik dan kebun organik di kawasan Asia Source: SOEL-Survey, February 2004 [5]

b. Budidaya pertanian organik

Selain aspek lahan, aspek pengelolaan pertanian organik dalam hal ini terkait dengan teknik budidaya juga perlu mendapat perhatian tersendiri. Sebagai salah satu contoh adalah teknik bertani sayuran organik, seperti diuraikan di bawah ini. • Tanaman ditanam pada bedengan-bedengan dengan ukuran bervariasi disesuaikan dengan kondisi lahan • Menanam strip rumput di sekeliling bedengan untuk mengawetkan tanah dari erosi dan aliran permukaan • Mengatur dan memilih jenis tanaman sayuran dan legum yang sesuai untuk sistem tumpang sari atau multikultur seperti contoh lobak, bawang daun dengan kacang tanah dalam satu bedengan. • Mengatur rotasi tanaman sayuran dengan tanaman legum dalam setiap musim tanam. Mengembalikan sisa panenserasah tanaman ke dalam tanah bentuk segar atau kompos. • Memberikan pupuk organik pupuk hijau, pupuk kandang, dan lainnya, hingga semua unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman menjadi tersedia. • Menanam kenikir, kemangi, tephrosia, lavender, dan mimba di antara bedengan tanaman sayuran untuk pengendalian hama dan penyakit. • Menjaga kebersihan areal pertanaman.

c. Aspek penting lainnya