Kriteria Tes yang Baik

32 beberapa kali pada suatu subjek yang sama maka akan diperoleh hasil yang sama. Metode yang biasa digunakan untuk menentukan reliabilitas tes antara lain tes retes, bentuk ekuivalen, tes-retes dengan bentuk ekuivalen, Belah dua Split Half, Koefisien alpa atau Kuder Richardson, Inter-rater. Rumus Alpha Cronbach yang digunakan untuk menghitung reliabilitas tes adalah sebagai berikut. = [ − ][ − � ] = Σ� 2 − Σ� 2 � � Keterangan : n = banyaknya butir soal Si2 = jumlah varian skor tiap item St2 = varian skor total Interpretasi r 11 mengacu pada pendapat Guilford Ruseffendi, 1994: 191 berikut ini: 0,90 r11 ≤ 1,00 : sangat tinggi 0,7 0 r11 ≤ 0,90 : tinggi 0,4 0 r11 ≤ 0,70 : cukup 0,20 r11 ≤ 0,40 : rendah r11 ≤0,20 : sangat rendah 3 Daya Beda Pengertian daya beda menurut Purwanto 1994: 120 dan Suharsimi 1991: 215 adalah bagaimana kemampuan soal itu untuk membedakan siswa- siswa kelompok pandai upper group dan kurang lower group. Langkah- langkah perhitungan daya beda DP, adalah: 1 Para siswa didaftarkan dalam peringkat pada sebuah tabel, 2 Dibuat pengelompokan siswa dalam dua kelompok, yaitu kelompok atas terdiri atas 50 dari seluruh siswa yang mendapat skor tinggi dan kelompok bawa terdiri atas 50 dari seluruh siswa 33 yang mendapat skor rendah. Daya pembeda ditentukan dengan rumus sebagai berikut. �� = − � Keterangan : SA = jumlah skor kelompok atas SB = jumlah skor kelompok atas IA = jumlah skor ideal Interpretasi DP mengacu pada pendapat Guilford Ruseffendi, 1994: 203- 204 berikut ini: 0,40 DP : sangat baik 0,30 DP ≤ 0,40 : cukup baik, mungkin perlu diperbaiki 0,20 DP ≤ 0,30 : minimum, harus diperbaiki DP ≤ 0,20 : jelek, diganti 4 Tingkat Kesukaran Butir soal memiliki tingkat kesukaran tinggi apabila pengecoh distractor dapat berfungsi dengan baik, yaitu alternatif jawaban yang benar dapat dijawab tepat oleh beberapa orang pada kelompok pandai upper group sedangkan kelompok kurang blower group sebagian besar terkecoh, memilih dan menyebar pada beberapa pengecoh yang ada. Tingkat kesukaran TK pada masing-masing butir soal dihitung dengan menggunakan rumus: � = + . �� Keterangan : SA = jumlah skor kelompok atas SB = jumlah skor kelompok atas n = jumlah siswa max = skor maksimal soal yang bersangkutan 34 Interpretasi TK mengacu pada pendapat Sudjana1999: 137 berikut ini: 0,70 TK ≤ 1,00 : mudah 0,30 DP ≤ 0,70 : sedang DP ≤ 0,30 : sukar

4. Citra

Citra adalah objek berbentuk gambar pada bidang dua dimensi, menurut Septian Dwi C 2009 Citra merupakan fungsi terus-menerus continue dari intensitas cahaya pada bidang dwiwatra. Sumber cahaya menerangi sebuah objek, dan objek tersebut memantulkan kembali sebagian dari berkas cahayanya yang ditangkap oleh alat optik, sehingga bayangan objek yang disebut citra tersebut terekam. Berdasarkan wujudnya citra dibagi menjadi dua, yaitu : 1 citra diam still images adalah citra tunggal yang tidak bergerak, 2 citra bergerak moving images adalah rangkaian citra diam yang ditampilkan secara berurutan skuensial sehingga memberi kesan bergerak. Menurut Septian 2009 citra mengandung sejumlah elemen dasar yang dimanipulasi dalam pengeolahan citra antara lain : warna, kecerahan brightness, kontras, kontur, bentuk shape, tekstur, waktu dan pergerakan, deteksi dan pengenalan. Karakteristik citra digital antara lain ukuran citra, resolusi dan format nilainya. Citra digital umumnya berbentuk persegi panjang yang dinyatakan dengan banyaknya titik atau pixel picture elemen sehingga ukuran citra selalu bernilai bulat. Resolusi citra merupakan ukuran banyaknya titik untuk setiap satuan panjang dengan satuan dpi dot per inch. Semakin besar resolusi makin banyak titik yang terkandung dalam citra dengan ukuran fisik yang sama sehingga efek penampakan citra menjadi semakin halus. Setiap titik memiliki 35 nilai berupa angka digital yang merepresentasikan informasi yang diwakili titik tersebut Achmad Kartika, 2013: 7-8. Pengertian kuantisasi citra menurut Kadir dan Susanto 2012: 12 adalah prosedur yang dipakai untuk membuat suatu isyarat yang bersifat kontinu ke dalam bentuk diskret. Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Tahap 4 Gambar 6. Proses Kuantisasi Citra Komputer hanya dapat mengolah isyarat-isyarat elektronik digital yang terdiri dari kumpulan sinyal biner. Citra digital harus mempunyai format tertentu yang sesuai sehingga dapat merepresentasikan objek dalam bentuk kombinasi data biner. Format citra digital yang banyak digunakan adalah citra biner, skala keabuan, warna dan warna berindeks.

a. Citra Biner Monokrom

Nilai data digital pada setiap titik citra biner hanya membutuhkan 1 bit, sehingga setiap byte dapat menampung informasi delapan titik. Representasi citra biner dapat dilihat pada gambar berikut. 36 Gambar 7. Representasi Citra Biner