2.3.8 Penatalaksanaan Penyakit TB Paru
Menurut Widoyono 2008, pengobatan Tuberkulosis paru menggunakan Obat Anti Tuberkulosis OAT dengan metode Directly Observed Treatmend Shortcourse
DOTS. a. kategori I 2 HRZESH3R3 untuk pasien TB baru
b. Kategori II 2HRZESHRZE5 H3R3E3 untuk pasien ulangan c. Kategori III 2HRZ4 H3R3 untuk pasien baru dengan BTA-, RO+
d. Sisipan HRZE digunakan sebagai tambahan bila pada pemeriksaan akhir tahap intensif dari pengobatan dengan kategori I atau kategori II
ditemukan BTA +. Obat diminum sekaligus 1 satu jam sebelum makan pagi.
Menurut Soemantri 2008 penatalaksanaan terhadap pasien TB paru adalah penyuluhan kesehatan, pencegahan, pemberian obat-obatan yaitu dengan OAT Obat
Anti Tuberkulosis, bronkodilator, OBH Obat Batuk Hitam, vitamin, fisioterapi dan rehabilitasi, konsultasi secara teratur.
2.3.9 Pencegahan TB Pada Orang Dewasa
Hendaknya kita selalu ingat bahwa TB pada orang dewasa lebih sering ditimbulkan oleh reinfeksi endogen 80 daripada eksogen 20. Bagi mereka
yang tergolong dalam high risk group seperti penderita diabetes melitus, morbus Hansen, orang yang mendapatkan pengobatan rutin dengan kortikosteroid, penderita
AIDS, dsb, pemberian profilaksis dengan INH dapat dipertimbangkan. Pada mereka yang menginap kelainan bekas TB dan belum pernah menerima pengobatan spesifik
Universitas Sumatera Utara
lengkap sebelumnya, pemberian profilaksis perlu demi mencegah kekambuhan di kemudian hari. Untuk tujuan profilaksis ini, dapat dipakai INH dengan dosis 300-400
mg hari selama 12 bulan. Danusantoso, 2012 Usaha pencegahan penularan penyakit TBC dapat dilakukan dengan cara
memutus rantai penularan yaitu mengobati penderita TBC sampai benar-benar sembuh serta melaksanakan pola hidup bersih dan sehat. Pada anak balita pencegahan
diberikan dengan memberikan isoniazin selama 6 bulan. Bila belum mendapat vaksinasi BCG setelah pemberian isoniazid selesai. Yoannes, 2008
2.3.10 Pengobatan TB Paru
Menurut Taufan 2008, pengobatan bagi penderita penyakit TB Paru akan menjalani proses yang cukup lama, yaitu berkisar dari 6 bulan sampai 8 bulan atau
bahkan bisa lebih. Penyakit TB Paru dapat disembuhkan secara total apabila penderita secara rutin mengkonsumsi obat-obatan yang diberikan oleh tenaga
kesehatan dan memperbaiki daya tahan tubuhnya dengan gizi yang cukup baik. Selama proses pengobatan, untuk mengetahui perkembangannya yang lebih
baik maka disarankan pada penderita untuk menjalani pemeriksaan baik darah, sputum, urine dan X-ray atau rontgen setiap 3 bulannya. Pada saat sekarang ini
seharusnya pengobatan penyakit TB Paru sudah tidak menjadi masalah lagi, karena :
a. Penyebab penyakit sudah diketahui dengan pasti, yaitu infeksi oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis
b. Obat-obatannya yang ampuh sudah tersedia diantaranya streptomisin, isoniazid, etambutol, pirazinamid, rifampisin.
Universitas Sumatera Utara
c. Sarana pelayanan kesehatan tersedia mulai dari Puskesmas pembantu, puskesmas, Rumah Sakit Umum, Rumah Sakit Khusus TB Paru. Demikian
juga sarana pelayanan kesehatan swasta. d. Tenaga medis tersedia di berbagai sarana pelayanan kesehatan mulai dari
dokter umum sampai dokter spesialis paru.
2.3.10.1 Pengobatan DOTS di Indonesia
Pada tahun 1994, pemerintah Indonesia bekerja sama dengan World Health Organization WHO, melaksanakan suatu evaluasi bersama WHO-
Indonesia Joint Evaluation yang menghasilkan rekomendasi, “perlunya segera dilakukan perubahan mendasar pada strategi penanggulangan TB di
Indonesia, yang kemudian disebut sebagai Strategi DOTS. Sejak saat itulah dimulailah era baru pembrantasan TB di Indonesia Depkes,1999.
Lima kunci strategi DOTS yaitu : 1 Komitmen, 2 Diagnosis yang benar dan baik, 3 Ketersediaan dan lancarnya distribusi obat , 4
Pengawasan penderita minum obat, 5 Pencatatan dan pelaporan penderita dengan system kohort WHO,2006.
Sejak DOTS diterapkan secara intensif terjadi penurunan angka kesakitan TB menular yaitu pada tahun 2001 sebesar 122 per 100.000
penduduk dan pada tahun 2005 menjadi 107 per 100.000 penduduk. Hasil yang dicapai Indonesia dalam menanggulangi TB hingga saat ini telah
meningkat. Angka penemuan kasus TB menular yang ditemukan pada tahun 2004 sebesar 128.981 orang 54 meningkat menjadi 156.508 orang 67
Universitas Sumatera Utara
pada tahun 2005. Keberhasilan pengobatan TB dari 86,7 pada kelompok penderita yang ditemukan pada tahun 2003 meningkat menjadi 88,8 pada
tahun 2004 Depkes 2004. Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan
pengawasan langsung DOT=Directly Observed Treament oleh seorang pengawas minum obat PMO.
2.3.10.2 Kategori Pengobatan TB Paru
a. Kategori 1 Obat diberikan setiap hari selama 2 bulan yang terdiri dari H,R,Z,E
2HRZE pada tahap intensif yang kemudian diberikan tiga kali dalam seminggu selama 4 bulan yang terdiri dari H dan R 4H3R3 pada tahap
lanjutan. 2HRZE4H3R3, Untuk :
- Penderita baru TBC paru BTA positif - Penderita TBC paru BTA negatif rontgen positif yang sakit berat dan,
- Penderita TBC Ekstra paru berat b. Kategori 2
2HRZESHRZE5H3R3E3 Tahap intensif selama 3 bulan, yang terdiri dari 2 bulan dengan HRZES
2HRZES dan 1 bulan HRZE HRZE, kemudian dilanjutkan dengan tahap lanjutan 5 bulan dengan HRE yang diberikan 3 kali dalam seminggu
5H3R3E3.
Universitas Sumatera Utara
Obat ini diberikan untuk : - Penderita kambuh relaps
- Penderita gagal failure - Penderita dengan pengobatan setelah lalai after default.
c. Kategori 3 2HRZ4H3R3
Tahap intensif terdiri dari HRZ diberikan setiap hari selama 2 bulan 2HRZ, diteruskan dengan tahap lanjutan terdiri dari HR selama 4 bulan
diberikan 3 kali seminggu 4H3R3. Obat ini diberikan untuk :
- Penderita baru BTA negatif dan rontgen positif sakit ringan. - Penderita ekstra paru ringan, yaitu TBC kelenjar limfe limfadenitis,
pleuritis eksudativa unilateral, TBC kulit, TBC tulang kecuali tulang belakang, sendi dan kelenjar adrenal
d. OAT Sisipan HRZE Bila pada akhir tahap intensif pengobatan penderita baru BTA positif
dengan kategori 1 atau penderita BTA positif pengobatan ulang dengan kategori 2, hasil pemeriksaan dahak masih BTA positif, diberikan obat
sisipan HR2E setiap hari selama 1 bulan. Depkes RI, 2007
2.3.11 Pemeriksaan TB Paru Menurut Murniasih, 2010 adalah :
1. Uji tuberkulin
Universitas Sumatera Utara
Uji tuberkulin dilakukan dengan menyuntikkan sejumlah kecil protein TB di bawah permukaan kulit bagian dalam lengan bawah. Hasil dikatakan
positif jika timbul benjolan merah dengan ukuran cukup besar lebih dari 5 -15 mm dalam dua hari. Uji tuberkulin tidak dapat menentukan apakah
infeksi TB masih berlangsung atau sudah tidak aktif. 2. Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan radiologis dengan foto rontgen dilakukan untuk memperkuat diagnosis. Pada orang dewasa, bakteri TBC membangun sarangnya pada
paru-paru bagian atas sehingga pada hasil foto rontgennya akan terlihat adanya bakteri yang menyusup infiltrat pada bagian tersebut.
3. Pemeriksaan Darah Pemeriksaan darah kurang mendapat perhatian karena hasilnya kadang-
kadang meragukan, tidak sensitif, dan tidak spesifik. Pada saat TB paru baru mulai aktif akan didapatkan jumlah leukosit yang sedikit meningkat.
Jumlah limfosit masih di bawah normal. Laju pengendapan darah mulai meningkat.
4. Pemeriksaan sputum dahak Pemeriksaan sputum dahak sangat penting karena dengan ditemukannya
bakteri Mycobacterium tuberculosis yang termasuk kelompok bakteri tahan asam, diagnosis tuberkulosis sudah dapat dipastikan. Kriteria BTA Bakteri
Tahan Asam positif adalah jika sekurang-kurangnya ditemukan tiga batang kuman BTA pada satu sendian.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 KERANGKA PENELITIAN
3.1 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan pasien TB Paru dalam menjalani pengobatan sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan
dan pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan pasien TB Paru dalam menjalani pengobatan.
Skema 3.1. Kerangka konsep dalam penelitian pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan pasien TB Paru dalam
menjalani pengobatan strategi DOTS. Pasien TB
Paru yang menjalani
pengobatan Pendidikan
Kesehatan Pengetahuan:
- Baik - Cukup
- Kurang
Universitas Sumatera Utara