c. Sarana pelayanan kesehatan tersedia mulai dari Puskesmas pembantu, puskesmas, Rumah Sakit Umum, Rumah Sakit Khusus TB Paru. Demikian
juga sarana pelayanan kesehatan swasta. d. Tenaga medis tersedia di berbagai sarana pelayanan kesehatan mulai dari
dokter umum sampai dokter spesialis paru.
2.3.10.1 Pengobatan DOTS di Indonesia
Pada tahun 1994, pemerintah Indonesia bekerja sama dengan World Health Organization WHO, melaksanakan suatu evaluasi bersama WHO-
Indonesia Joint Evaluation yang menghasilkan rekomendasi, “perlunya segera dilakukan perubahan mendasar pada strategi penanggulangan TB di
Indonesia, yang kemudian disebut sebagai Strategi DOTS. Sejak saat itulah dimulailah era baru pembrantasan TB di Indonesia Depkes,1999.
Lima kunci strategi DOTS yaitu : 1 Komitmen, 2 Diagnosis yang benar dan baik, 3 Ketersediaan dan lancarnya distribusi obat , 4
Pengawasan penderita minum obat, 5 Pencatatan dan pelaporan penderita dengan system kohort WHO,2006.
Sejak DOTS diterapkan secara intensif terjadi penurunan angka kesakitan TB menular yaitu pada tahun 2001 sebesar 122 per 100.000
penduduk dan pada tahun 2005 menjadi 107 per 100.000 penduduk. Hasil yang dicapai Indonesia dalam menanggulangi TB hingga saat ini telah
meningkat. Angka penemuan kasus TB menular yang ditemukan pada tahun 2004 sebesar 128.981 orang 54 meningkat menjadi 156.508 orang 67
Universitas Sumatera Utara
pada tahun 2005. Keberhasilan pengobatan TB dari 86,7 pada kelompok penderita yang ditemukan pada tahun 2003 meningkat menjadi 88,8 pada
tahun 2004 Depkes 2004. Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan
pengawasan langsung DOT=Directly Observed Treament oleh seorang pengawas minum obat PMO.
2.3.10.2 Kategori Pengobatan TB Paru
a. Kategori 1 Obat diberikan setiap hari selama 2 bulan yang terdiri dari H,R,Z,E
2HRZE pada tahap intensif yang kemudian diberikan tiga kali dalam seminggu selama 4 bulan yang terdiri dari H dan R 4H3R3 pada tahap
lanjutan. 2HRZE4H3R3, Untuk :
- Penderita baru TBC paru BTA positif - Penderita TBC paru BTA negatif rontgen positif yang sakit berat dan,
- Penderita TBC Ekstra paru berat b. Kategori 2
2HRZESHRZE5H3R3E3 Tahap intensif selama 3 bulan, yang terdiri dari 2 bulan dengan HRZES
2HRZES dan 1 bulan HRZE HRZE, kemudian dilanjutkan dengan tahap lanjutan 5 bulan dengan HRE yang diberikan 3 kali dalam seminggu
5H3R3E3.
Universitas Sumatera Utara
Obat ini diberikan untuk : - Penderita kambuh relaps
- Penderita gagal failure - Penderita dengan pengobatan setelah lalai after default.
c. Kategori 3 2HRZ4H3R3
Tahap intensif terdiri dari HRZ diberikan setiap hari selama 2 bulan 2HRZ, diteruskan dengan tahap lanjutan terdiri dari HR selama 4 bulan
diberikan 3 kali seminggu 4H3R3. Obat ini diberikan untuk :
- Penderita baru BTA negatif dan rontgen positif sakit ringan. - Penderita ekstra paru ringan, yaitu TBC kelenjar limfe limfadenitis,
pleuritis eksudativa unilateral, TBC kulit, TBC tulang kecuali tulang belakang, sendi dan kelenjar adrenal
d. OAT Sisipan HRZE Bila pada akhir tahap intensif pengobatan penderita baru BTA positif
dengan kategori 1 atau penderita BTA positif pengobatan ulang dengan kategori 2, hasil pemeriksaan dahak masih BTA positif, diberikan obat
sisipan HR2E setiap hari selama 1 bulan. Depkes RI, 2007
2.3.11 Pemeriksaan TB Paru Menurut Murniasih, 2010 adalah :