2.3.4 Klasifikasi TB Paru
Menurut Danusantoso 2012, klasifikasi TB Paru adalah sebagai berikut: 1. TB primer
Pada seseorang yang belum pernah kemasukan basil TB, tes tuberculin akan negative karena system imunitas seluler belum mengenal basil TB. Bila
orang ini mengalami infeksi oleh basil TB, walaupun segera difagositosis oleh makrofad, basil TB tidak akan mati, bahkan mikrofagnya dapat mati. Dengan
demikian, basil TB ini lalu dapat berkembang biak secara leluasa dalam 2 minggu pertama di alveolus paru, dengan kecepatan 1 basil menjadi 2 basil
setiap 20 jam, sehingga pada infeksi oleh 1 basil saja, setelah 2 minggu akan bertambah menjadi 100.000 basil.
2. TB Sekunder Yang dimaksud dengan TB sekunder ialah penyakit TP yang baru timbul
setelah lewat 5 tahun sejak terjadinya infeksi primer. Dengan demikian, mulai sekarang apa yang disebut TB post-primer, secara internasional diberi nama
baru TB sekunder.
2.3.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Timbulnya TB Paru
Berhubung daya tahan tubuh terhadap penyakit TB terutama ditentukan oleh ampuhnya sistem imunitas seluler, setiap faktor yang menggangu akan meningkatkan
kerentanan terhadap TB, seperti AIDS, pemakaian kortikosteroid sistemik jangka lama, diabetes melitus, kekurangan gizi, dsb Danusantoso, 2012
Universitas Sumatera Utara
Orang yang mempunyai bekas penyakit TB, walaupun termasuk klasifikasi tenang, bila belum pernah menerima pengobatan spesifik lengkap, kemungkinan akan
menderita TB jauh lebih besar dibandingkan dengan normal. Akhir-akhir ini, juga diketahui bahwa mereka yang tinggi dan kurus lebih besar kemungkinannya
mendapat TB bila dibandingkan dengan mereka yang tidak kurus. Danusantoso,
2012
2.3.6
Cara Penularan TB Paru
Crofton dalam Danusantoso 2012 menyatakan bilamana hinggap di saluran yang agak besar, misalnya trakea dan bronkus, droplet nuclei akan segera dikeluarkan
oleh gerakan cilia selaput lendir saluran pernapasan ini. Namun, bilamana hasil masuk sampai ke dalam alveolus maupun menempel ke dalam alveolus ataupun
menempel pada mukosa bronkeolus, droplet nuclei akan menetap dan basil-basil TB akan mendapat kesempatan untuk berkembang biak setempat. Oleh karena itu infeksi
TB berhasil. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi misi-misi ini. Pertama-tama
ialah jumlah basil dan virulensinya. Dapatlah dimengerti bahwa makin banyak basil di dalam dahak seorang penderita, maka makin besarlah bahaya penularan. Dengan
demikian, para penderita dengan dahak yang sudah positif pada pemeriksaan langsung dengan mikroskop akan jauh lebih berbahaya dari mereka yang baru positif
pada pembenihan, yang jumlah basilnya di dalam dahak jauh lebih sedikit. Danusantoso, 2012
Universitas Sumatera Utara
Cara batuk memegang peranan penting. Kalau batuk ditahan, hanya akan dikeluarkan sedikit basil, apalagi kalau pada saat batuk penderita menutup mulut
dengan kertas tissue. Faktor lain ialah cahaya matahari dan ventilasi. Karena basil TB akan tahan cahaya matahari, kemungkinan penularan di bawah terik matahari sangat
kecil. Danusantoso, 2012 Juga mudah dimengerti bahwa ventilasi yang baik, dengan adanya pertukaran
udara dari dalam rumah dengan udara segar dari luar, dapat juga mengurangi bahaya penularan terbesar terdapat di perumahan-perumahan yang berpenghuni padat dengan
ventilasi yang jelek serta cahaya matahari kurangtidak dapat masuk. Danusantoso, 2012
Pada waktu berbicara, meludah, bersin, ataupun batuk, penderita TBC akan mnengeluarkan kuman TBC yang ada di paru-parunya ke udara dalam bentuk
percikan dahak. Kemudian, tanpa sadar dan tanpa sengaja, orang lain akan menghirup udara yang mengandung kuman TBC itu hingga masuk ke paru-paru dan kemudian
menyebar ke bgaian tuuh lainnya. Begitulah penularan penyakit TBC itu terjadi. Yoannes, 2008
2.3.7
Komplikasi Penyakit TB Paru
Menurut Danusantoso 2012 komplikasi TB adalah pleuritis eksudatif, hemoptysis batuk darah, TB laring, empiema, abses paru, cor pulmonale, bronchitis
kronis, hipokalemia, anemia, pneumotoraks.
Universitas Sumatera Utara
2.3.8 Penatalaksanaan Penyakit TB Paru