79
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan BOSP
b. Sekolah kategori B : 5 – 8 kegiatan c. Sekolah kategori A
: 8 kegiatan Seharusnya, klasiikasi sekolah dilakukan dengan tujuan mendorong sekolah menggunakan dana operasional
yang dikelola untuk hal-hal yang memang bertujuan meningkatkan layanan kepada peserta didik. Klasiikasi sekolah juga dapat dilakukan dengan menyusun standar pelayanan. Pada umumnya yang menjadi bahan
diskusi adalah wacana untuk mengelompokkan sekolah-sekolah ke dalam tiga kelompok, yaitu Sekolah Minimal, Sekolah Standar, dan Sekolah Ideal. Apabila itu dilakukan, tentu saja yang harus dilakukan adalah
menyusun kriteria yang berimplikasi pada kegiatan dan komponen baiya operasional untuk “minimal”, “standar”, dan “ideal” tersebut.
2. BOSP Berdasarkan Klasiikasi Sekolah
Apabila pengklasiikasian sekolah telah dilakukan sehingga kegiatan dan komponen biaya beserta volume penggunaannya untuk setiap jenis sekolah dapat dibedakan dengan jelas. Penghitungan BOSP dapat
dilakukan dengan mudah sesuai tahapan implementasi dan dengan menggunakan contoh template BOSP yang ada tanpa klasiikasi sekolah yang disesuaikan. Dengan kata lain, titik kritis penghitungan BOSP
berdasarkan klasiikasi sekolah terletak pada penentuan kegiatan dan komponen biaya untuk setiap kategori sekolah. Meskipun demikian, dasar klasiikasi dan perbedaan kegiatan dan komponen biaya untuk setiap
kategori sekolah terkadang memerlukan perdebatan yang panjang. Oleh karena itu, meskipun terlihat mudah,
praktek penghitungan BOSP berdasarkan klasiikasi sekolah tidak mudah dilakukan. Pada dasarnya penghitungan BOSP berdasarkan klasiikasi sekolah ini “gampang-gampang susah”, maka
disarankan:
a. Mengingat bahwa biasanya terdapat keterbatasan waktu dan sumberdaya, sebaiknya diprioritaskan untuk menghitung BOSP tanpa klasiikasi sekolah. Dalam kondisi demikian, BOSP yang dihitung adalah
BOSP minimal yang memasukkan biaya dari kegiatan-kegiatan yang harus dilaksanakan oleh atau tak terhindarkan bagi sekolah.
b. Jika penghitungan BOSP berdasarkan klasiikasi sekolah sangat diperlukan maka sebaiknya dilakukan dengan klasiikasi seklah yang sederhana tidak rumit. Dari berbagai alternatif, klasiikasi sekolah
berdasarkan jumlah rombel merupakan klasiikasi yang lebih mudah dan lebih bermanfaat. Hal ini disebabkan karena klasiikasi sekolah berdasarkan jumlah rombel tidak “harus” menimbulkan adanya
perbedaan kegiatan dan komponensubkomponen biaya tetapi dapat dilakukan hanya dengan perbedaan
volume yang disebabkan terutama karena perbedaan jumlah penggunayang membutuhkan. Selain itu,
80
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan BOSP
LAMPIRAN B - Uraian Substansi
nilai BOSP yang dihasilkan dari perbedaan jumlah rombel tersebut juga akan cukup berbeda. Klasiikasi sekolah berdasarkan jumlah kegiatan di sekolah juga merupakan pilihan yang dapat dipertimbangkan
karena kegiatan di sekolah dapat mencerminkan bentuk layanan pendidikan yang diberikan. Semakin banyak jumlah kegiatan yang dilakukan seharusnya mencerminkan semakin baiknya layanan pendidikan
yang diberikan. Direkomendasikan agar penghitungan BOSP berdasarkan klasiikasi sekolah ini dilakukan jika benar-benar
diperlukan karena akan terkait dengan rencana kebijakan tertentu yang didasarkan pada klasiikasi seklah tersebut. Jika tidak, maka disarankan agar penghitungan BOSP dilakukan tanpa klasiikasi sekolah.
Persiapan untuk penghitungan BOSP
1. Identiikasi Pemangku Kepentingan
Setelah mengambil keputusan untuk menghitungkan BOSP dengan pendekatan KINERJA-USAID, Sekda dalam konsultasi dengan kepala instansi terkait menetapkan
1. Kecamatan yang dipilih sebagai pilot 2. Satuan pendidikan di kecamatan tersebut untuk disertakan sebagai sasaran
3. Instansi yang terkait yang akandiikutsertakan: Dinas Pendidikan, BPKADDPKAD BagianKeuanganSekretariat Daerah, Bappeda, Sekolah SDMI, SMPMTs
4. Multi Stockholder Forum MSF yang akan diikutsertakan. 5. Membentuk Tim Penyusun BOSP dengan memperhatikan keterwakilan perempuan, dan mengajukan
susunan anggota Tim Penyusun BOSP untuk di-SK-kan oleh Kepala Daerah.
2. Pembentukan Tim Penyusun BOSP
Tim Penyusun BOSP terdiri atas: 1. Ketua
2. Sekretaris 3. Anggota
Tim Penyusun BOSP dibentuk selain mempertimbangkan keterwakilan dari lembagainstansi terkait dan mempertimbangkan keterwakilan perempuan. Wakil unsur sekolah disesuaikan dengan jenjangjenis