22
I.5.2 Kepemimpinan
Kepemimpinan berasal dari kata pimpin yang memuat dua hal pokok yaitu: pemimpin sebagai subjek dan yang dipimpin sebagai objek. Kata pimpin
mengandung pengertian mengarahkan, membina atau mengatur, menuntun dan juga menunjukkan ataupun mempengaruhi.
Pemimpin mempunyai tanggung jawab baik secara fisik maupun spiritual terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari yang dipimpin, sehingga menjadi
pemimpin itu tidak mudah dan tidak akan setiap orang mempunyai kesamaan di dalam menjalankan ke-pemimpinannya.
Kepemimpinan hanya dapat dilaksanakan oleh seorang pemimpin. Untuk lebih memahami tentang kepemimpinan, berikut adalah beberapa pengertian dari
kepemimpinan : Kepemimpinan adalah kemampuan seni atau tehnik untuk membuat sebuah kelompok atau orang mengikuti dan menaati segala
keinginannya. Sementara menurut Prof. Dr Marat, kepemimpinan juga merupakan suatu seni
untuk memunculkan kerelaan dan ketundukan, kepemimpinan sebagai penggunaan terarah berpengaruh, dan sebagai satu
instrumen untuk membentuk kelompok, sesuai dengan kemauan pemimpin. Kartini Kartono, 2010:88
Dapat disimpulkan yang menjadi pengertian dari kepemimpinan adalah perilaku yang dimiliki seorang pemimpin yang dapat digunakan menjadi seni
dalam mempengaruhi sekelompok orang untuk mencapai suatu tujuan organisasi.
I.5.3 Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan adalah cara seorang pemimpin bersikap, berkomunikasi, dan berinteraksi dengan orang lain dalam mempengaruhi orang
Universitas Sumatera Utara
23
untuk melakukan sesuatu. Gaya tersebut bisa berbeda – beda atas dasar motivasi , kuasa ataupun orientasi terhadap tugas atau orang tertentu.
Diantara beberapa gaya kepemimpinan, terdapat pemimpin yang positif dan negatif, dimana perbedaan itu didasarkan pada cara dan upaya mereka
memotivasi karyawan. Apabila pendekatan dalam pemberian motivasi ditekankan pada imbalan atau reward baik ekonomis maupun nonekonomis berarti telah
digunakan gaya kepemimpinan yang positif. Sebaliknya jika pendekatannya menekankan pada hukuman atau punishment, berarti dia menerapkan gaya
kepemimpinan negatif. Pendekatan kedua ini dapat menghasilakan prestasi yang diterima dalam banyak situasi, tetapi menimbulkan kerugian manusiawi.
Dari berbagai studi tentang kepemimpinan, diketahui ada beberapa gaya kepemimpinan yang paling umum dikenal, yaitu :
1. Gaya dan Tipe Kepemimpinan Otoriter
Kepemimpinan otoriter, mendasarkan diri pada kekuasaan dan paksaan yang mutlak harus dipatuhi. Setiap perintah dan kebijakan
ditetapkan tanpa berkonsultasi dengan bawahan terlebih dahulu. Pemimpin bergaya dan bertipe otoriter selalu berdiri jauh dari
anggota kelompoknya, dan ia senantiasa memiliki kekuatan absolut dan tunggal, pada kondisi dan situasi yang sikap dan prinsipnya kaku.
Penonjolan diri yang berlebihan sebagai simbol keberadaan organisasi, hingga cenderung bersikap bahwa dirinya dan organisasi
adalah identik. Dalam menentukan dan menerapkan disiplin organisasi begitu keras dan menjalankannya dengan sikap kaku,
pemimpin bergaya dan bertipe ini juga tidak dapat dikritik,
Universitas Sumatera Utara
24
bawahannya juga tidak mendapat kesempatan untuk memberikan saran maupun pendapat. Apabila pimpinan ini sudah mengambil
keputusan, biasanya keputusan itu berbentuk perintah dan bawahannya hanya melaksanakannya saja.
2. Gaya dan Tipe Paternalistik
Gaya dan tipe kepemimpinan paternalistik merupakan kepemimpinan yang bersifat kebapakan, namun bukan tipe ideal dan bukan tipe yang
didambakan. Seorang pemimipin paternalistik, senang menonjolkan keberadaan dirinya sebagai simbol organisasi dan memperlakukan
bawahannya sebagai orang-orang yang belum dewasa. Ia tidak akan mendorong kemandirian bawahannya karena tidak ingin berbuat
kesalahan. Terkait dengan itu, maka pemimpin paternalistik akan bersifat terlalu melindungi, itikadnya memang baik, tetapi
prakteknya akan negatif. Karena ia tidak akan mendorong para bawahannya untuk mengambil resiko disebabkan takut akan timbul
dampak negatif pada organisasi. Dalam mengambil keputusan, pemimpin paternalistik menjadi pusat pengambil keputusan,
dimana pelimpahan wewenang untuk mengambil keputusan pada tingkat yang lebih rendah dalam organisasi tidak akan terjadi.
3. Gaya dan Tipe Kepemimpinan Leissez Faire
Gaya dan tipe kepemimpinan ini adalah gaya dan tipe kepemimpinan yang “aneh”. Dimana seseorang dikatakan pemimpin,
namun pada praktisnya tidak memimpin. Ini dapat dilihat dari gaya kepemimpinan yang santai, karena berangkat dari pandangan bahwa
Universitas Sumatera Utara
25
organisasi tidak memiliki masalah yang serius, dan kalau pun ada selalu dapat diketemukan penyelesaiannya. Ia juga tidak senang
mengambil resiko dan lebih cenderung pada mempertahankan status quo. Seorang pemimpin yang bergaya dan bertipe ini senang
melimpahkan wewenang kepada bawahannya dan lebih menyenangi situasi bahwa para bawahanlah yang mengambil
keputusan, dan keberadaannya dalam organisasi lebih bersifat suportif.
4. Gaya dan Tipe Kepemimpinan Kharismatik
Gaya dan tipe kepemimpinan kharismatik memiliki kekuatan energi, daya tarik dan pembawaan yang luar biasa untuk
mempengaruhi orang lain, sehingga ia mempunyai pengikut yang sangat besar jumlahnya. Terlepas dari apakah dia berfungsi sebagai
pemimpin formal atau informal, ia memiliki daya tarik yang kuat bagi orang lain, sehingga orang lain itu bersedia mengikutnya tanpa
selalu bisa menjelaskan apa penyebab kesediaan itu. Para pakar belum sepakat tentang faktor-faktor yang menjadi “magnit” tersebut.
Latar belakang biografikal, pendidikan, kekayaan dan penampilan mungkin ikut berperan, akan tetapi mungkin juga tidak. Karena
ketidakmampuan para ahli mengidentifikasi faktor-faktor penyebab yang dominan, akhirnya hanya ditekankan bahwa
seorang pemimpin yang kharismatik memiliki “kekuatan supranatural” yang tidak dimiliki orang lain.
Universitas Sumatera Utara
5. Gaya dan Tipe Kepemimpinan Demokratis
Gaya dan tipe kepemimpinan demokratis adalah kepemimpinan yang berorientasi pada manusia dan memberikan bimbingan yang
efektif kepada para bawahannya. Terdapat koordinasi pekerjaan pada semua bawahannya, dengan penekanan rasa tanggung jawab dan
kerja sama yang baik. Ia rela dan mau melimpahkan wewenang pengambilan keputusan kepada bawahannya sedemikian rupa
tanpa kehilangan kendali organisasionalnya, dan tetap bertanggung jawab atas tindakan para bawahannya. Pemimpin demokratis bersifat
mendidik dan membina, dalam hal bawahannya berbuat kesalahan dan tidak serta merta bersifat menghukum atau mengambil tindakan
punitive.
http:emperordeva.comaboutmakalah-tentang-kepemimpinan, diakses pada 25 Agustus 2012, 22.45 WIB
Dilihat dari orientasi si pemimpin, terdapat dua gaya kepemimpinan yang diterapkan, yaitu gaya konsideral dan struktur, atau dikenal juga sebagai orientasi
pegawai dan orientasi tugas. Beberapa hasil penelitian para ahli menunjukkan bahwa prestasi dan kepuasan kerja pegawai dapat ditingkatkan apabila konsiderasi
merupakan gaya kepemimpinan yang dominan. Sebaliknya, para pemimpin yang berorientasi tugas yang terstruktur,
percaya bahwa mereka memperoleh hasil dengan tetap membuat orang – orang sibuk dan mendesak mereka untuk berproduksi.
Banyak studi yang sudah dilakukan untuk melihat gaya kepemimpinan seseorang. Salah satunya yang terkenal adalah yang dikemukakan oleh Blanchard,
yang mengemukakan 4 gaya dari sebuah kepemimpinan.Gaya kepemimpinan ini
Universitas Sumatera Utara
dipengaruhi oleh bagaimana cara seorang pemimpin memberikan perintah, dan sisi lain adalah cara mereka membantu bawahannya. Keempat gaya tersebut
adalah: 1.
Directing Gaya tepat apabila kita dihadapkan dengan tugas yang rumit dan staf kita
belum memiliki pengalaman dan motivasi untuk mengerjakan tugas tersebut. Atau apabila anda berada di bawah tekanan waktu penyelesaian.
Kita menjelaskan apa yang perlu dan apa yang harus dikerjakan. Dalam situasi demikian, biasanya terjadi over-communicating penjelasan
berlebihan yang dapat menimbulkan kebingungan dan pembuangan waktu. Dalam proses pengambilan keputusan, pemimpin memberikan
aturan –aturan dan proses yang detil kepada bawahan. Pelaksanaan di lapangan harus menyesuaikan dengan detil yang sudah dikerjakan.
2. Coaching
Pemimpin tidak hanya memberikan detil proses dan aturan kepada bawahan tapi juga menjelaskan mengapa sebuah keputusan itu diambil,
mendukung proses perkembangannya, dan juga menerima barbagai masukan dari bawahan. Gaya yang tepat apabila staf kita telah lebih
termotivasi dan berpengalaman dalam menghadapi suatu tugas. Disini kita perlu memberikan kesempatan kepada mereka untuk mengerti tentang
tugasnya, dengan meluangkan waktu membangun hubungan dan komunikasi yang baik dengan mereka.
Universitas Sumatera Utara
3. Supporting
Sebuah gaya dimana pemimpin memfasiliasi dan membantu upaya bawahannya dalam melakukan tugas. Dalam hal ini, pemimpin tidak
memberikan arahan secara detail, tetapi tanggung jawab dan proses pengambilan keputusan dibagi bersama dengan bawahan. Gaya ini akan
berhasil apabila karyawan telah mengenal teknik – teknik yang dituntut dan telah mengembangkan hubungan yang lebih dekat dengan pemimpin.
4. Delegating
Sebuah gaya dimana seorang pemimpin mendelegasikan seluruh wewenang dan tanggung jawabnya kepada bawahan. Gaya Delegating
akan berjalan baik apabila staf kita sepenuhnya telah paham dan efisien dalm pekerjaan, sehingga kita dapat melepas mereka menjalankan tugas
atau pekerjaan itu atas kemampuan dan inisiatifnya sendiri.
http:emperordeva.comaboutmakalah-tentang-kepemimpinan ,
diakses pada 25 Agustus 2012, 22.45 WIB Keempat gaya ini tentu saja mempunyai kelemahan dan kelebihan, serta
sangat tergantung dari lingkungan di mana seorang pemimpin berada, dan juga kesiapan dari bawahannya. Maka kemudian timbul apa yang disebut sebagai
”situational leadership”. Situational leadership mengindikasikan bagaimana seorang pemimpin harus menyesuaikan keadaan dari orang – orang yang
dipimpinnya. Setelah mengetahui berbagai gaya dan tipe kepemimpinan, maka
pertanyaan yang timbul adalah : Gaya kepemimpinan manakah yang lebih baik? Untuk menjawab pertanyaan itu memang sulit, karena tidak ada gaya
Universitas Sumatera Utara
kepemimpinan yang terbaik dan dominan untuk semua situasi. Ada kalanya seorang pemimpin akan bergaya otoriter dalam situasi tertentu walaupun ia
sebenarnya adalah pemimpin bergaya demokratis. Hal ini disebabkan karena kepemimpinan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti tujuan, pengikut
bawahan, organisasi dan situasi yang ada sehingga tidak ada gaya kepemimpinan yang mutlak baik atau buruk. Oleh karena itu, dalam rangka
mempersoalkan gaya-gaya kepemimpinan, hendaknya jangan beranggapan bahwa seorang pemimpin harus tetap konsisten untuk mempertahankan gaya
kepemimpinan dalam segala situasi. Hal ini justru akan memperburuk keadaan organisasi yang dipimpinnya. Tetapi sebaliknya, harus bersifat fleksibel, yakni
menyesuaikan gayanya dengan situasi yang ada, kondisi dan individu dalam organisasi.
I.5.4 Kinerja Birokrasi I.5.4.1 Kinerja