Uji Multikolinearitas Uji Heteroskedastisitas Uji AutoKorelasi

Ho : data residual berdistribusi normal. Ha : data residual tidak berdistribusi normal. Bila sig 0,05 dengan α = 5, berarti distribusi data normal Ho diterima, sebaliknya bila sig 0,05 dengan α = 5, berarti distribusi data tidak normal Ha diterima. Distribusi yang melanggar asumsi normalitas dapat dijadikan menjadi bentuk normal melalui transformasi data, trimming dan winzorising. 1 Transformasi data Transformasi data dapat dilakukan dengan logaritma natural ln, log 10, maupun akar kuadrat. Jika ada data bernilai negatif, transformasi data dengan log akan menghilangkannya sehingga sampel n akan berkurang. 2 Trimming Trimming adalah membuang memangkas observasi yang bersifat outlier, yaitu yang nilainya lebih kecil dari μ-2σ atau lebih besar dari μ+2σ. Metode ini juga akan mengecilakan sampelnya. 3 Winzorising Winzorising mengubah nilai-nilai outliers menjadi nilai-nilai minimum atau maksimum uang diizinkan supaya distribusi menjadi normal. Nilai –nilai observasi yang lebih kecil dari μ-2σ akan diubah nilainya menjadi μ-2σ dan nilai-nilai yang lebih besar dari μ+2σ akan diubah menjadi μ+2σ.

3.6.2 Uji Multikolinearitas

Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi diantara variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya 8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD tidak terjadi korelasi antara variabel indevenden Ghozali, 2005 : 91. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas didalam model regresi adalah : 1 Menganalisis matriks korelasi variabel-variabel independen, jika diantara variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi umumnya diatas 0,09, maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolinearitas. 2 Multikolinearitas dapat juga dilihat dari 1 nilai tolerance dan lawannya, 2 variance inflation factor VIF. Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance 0,01 atau sama dengan nilai VIF 10.

3.6.3 Uji Heteroskedastisitas

Pengujian ini bertujuan untuk melihat apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variabel dari residual satu pengamatan kepengamatan lain. Jika variabel residual tersebut tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah homoskedastisitas Ghozali, 2005: 105. Ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilihat dengan melihat grafik scaterplot antara nilai prediksi variabel independen dengan nilai residualnya. Dasar yang digunakan untuk menentukan heteroskedastisita antara lain : 1 Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur bergelombang, melebar kemudian menyempit, maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. 2 Jika tidak ada pola tertentu, serta titik-titik yang menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka mengindikasikan tidak terjadi heteroskedastisitas. 8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD

3.6.4 Uji AutoKorelasi

Pengujian ini bertujuan untuk melihat apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 sebelumnya. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Hal ini sering ditemukan pada time series. Salah satu cara yang digunakan untuk mendeteksi masalah autokorelasi adalah dengan uji durbin watson.

3.7 Model dan Teknik Analisis Data

Dokumen yang terkait

Pengaruh Arus Kas Total, Arus Kas Operasi, Arus Kas Investasi Dan Arus Kas Pendanaan Terhadap Harga Saham (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi Sub Sektor Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)

7 61 91

Pengaruh Tingkat Pertumbuhan Dan Tingkat Perputaran Piutang Terhadap Likuiditas Pada Perusahaan Manufaktur Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

10 55 95

PENGARUH ARUS KAS TERHADAP TINGKAT LIKUIDITAS PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

4 31 18

Pengaruh perputaran piutang dan arus kas operasi terhadap tingkat likuiditas pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

18 88 153

Pengaruh Arus Kas Operasi dan Modal Kerja Terhadap Likuiditas (Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2010-2014)

3 26 59

Pengaruh Profitabilitas, Leverage, dan Ukuran Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 2 74

PENGARUH LIKUIDITAS DAN PROFITABILITAS TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR SUB SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2009-2013.

0 2 17

Pengaruh Informasi Arus Kas Terhadap Tingkat Likuiditas Pada Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Kas - Pengaruh Informasi Arus Kas Terhadap Tingkat Likuiditas Pada Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 21

ABSTRAK PENGARUH INFORMASI ARUS KAS TERHADAP TINGKAT LIKUIDITAS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR SUB SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

0 0 11