Uji Autokorelasi Analisis Data Penelitian

4.2.6 Uji Autokorelasi

Pengujian ini bertujuan untuk melihat apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 sebelumnya. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelation. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Hal ini sering ditemukan pada time series. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi masalah autokorelasi adalah dengan uji Durbin Watson. Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi adalah Tabel 4.6 Kriteria Pengambilan Keputusan Uji Durbin Watson Hipotesis Nol Keputusan Jika Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 d dl Tidak ada autokorelasi positif No decision dl d du Tidak ada autokorelasi negative Tolak 4 – dl d 4 Tidak ada autokorelasi negative No decision 4 – du d 4 – dl Tidak ada autokorelasi positif atau negative Tidak ditolak du d 4 – du Hasil dari uji autokorelasi dapat dilihat pada table berikut : Tabel 4.7 Uji Autokorelasi Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .619 a .384 .331 .44589 1.969 a. Predictors: Constant, cash form financing, cash form investing, cash form operation b. Dependent Variable: liquidity Sumber : Diolah dari SPSS 2013 8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa nilai Durbin-Watson sebesar 1,969 dengan jumlah sampel 39 dan jumlah variable independen 3, maka pada tabel Durbin-Watson didapat nilai batas bawah dl 1,137 dan nilai batas atas du 1,452. Oleh karena itu, nilai Durbin-Watson berada pada rentang du d 4 - du sehingga 1,452 1,969 4 - 1,452. Dengan demikian, maka dalam model regresi linear berganda ini tidak ada autokorelasi positif atau negatif antara kesalahan pengganggu pada periode penelitian dengan kesalahan pengganggu pada periode sebelum penelitian. 4.3 Model dan Teknik Analisis Data 4.3.1 Model Regresi Berganda

Dokumen yang terkait

Pengaruh Arus Kas Total, Arus Kas Operasi, Arus Kas Investasi Dan Arus Kas Pendanaan Terhadap Harga Saham (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi Sub Sektor Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)

7 61 91

Pengaruh Tingkat Pertumbuhan Dan Tingkat Perputaran Piutang Terhadap Likuiditas Pada Perusahaan Manufaktur Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

10 55 95

PENGARUH ARUS KAS TERHADAP TINGKAT LIKUIDITAS PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

4 31 18

Pengaruh perputaran piutang dan arus kas operasi terhadap tingkat likuiditas pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

18 88 153

Pengaruh Arus Kas Operasi dan Modal Kerja Terhadap Likuiditas (Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2010-2014)

3 26 59

Pengaruh Profitabilitas, Leverage, dan Ukuran Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 2 74

PENGARUH LIKUIDITAS DAN PROFITABILITAS TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR SUB SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2009-2013.

0 2 17

Pengaruh Informasi Arus Kas Terhadap Tingkat Likuiditas Pada Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Kas - Pengaruh Informasi Arus Kas Terhadap Tingkat Likuiditas Pada Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 21

ABSTRAK PENGARUH INFORMASI ARUS KAS TERHADAP TINGKAT LIKUIDITAS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR SUB SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

0 0 11