serta asuransi tenaga kerja ASTEK bagi seluruh karyawan perusahaan. Asuransi Tenaga Kerja yang dimiliki oleh perusahaan adalah asuransi kecelakaan dan
meninggal dunia. Perusahaan
juga telah
membuat perincian teknik – teknik keselamatan bagi
setiap kontraktor, memiliki Standard Operating Procedure dalam melakukan setiap pekerjaan. Namun, penerapannya masih sangat sulit dilakukan. Hal ini
dikaitkan dengan peran serta kontraktor yang cukup penting. Pada awal kontrak kerja dengan perusahaan, para kontraktor harus menyediakan peralatan
keselamatan bagi pekerja dan asuransi tenaga kerja ASTEK. Setelah dilakukan pengamatan di lapangan ditemukan banyak pekerja yang tidak menggunakan alat
– alat keselamatan kerja dengan alasan bahwa kontraktor tidak lagi menyediakan peralatan keselamatan bahkan pekerja tidak mengetahui tentang asuransi tenaga
kerja. Hal ini sangat memprihatinkan karena dari data kecelakaan diketahui bahwa kecelakaan paling banyak terjadi pada pekerja kontraktor. Dari 82 orang pekerja
yang mengalami kecelakaan, 51 orang pekerja atau 61 persen merupakan pekerja kontraktor sedangkan 31 orang lainnya atau 39 persen merupakan tenaga kerja
perusahaan. Kendala yang dihadapi oleh perusahaan dalam menerapkan aturan – aturan
K3 adalah sistem manajemen K3 yang belum optimal serta sikap pekerja terhadap keselamatan dan kesehatan kerja yang masih jauh dari yang diharapkan.
B. Departemen Loss Preventive and Control LPC
Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan hal yang sangat perlu diperhatikan oleh perusahaan dalam menjalankan proses produksinya. Untuk itu
PT TPL Tbk membentuk Departemen Loss Preventive and Control LPC yang bertugas untuk memperhatikan dan menjaga keselamatan kerja para pekerja serta
lingkungan kerja. Departemen ini membawahi Departemen Fire and Safety FS. Departemen FS ini merupakan unit kerja yang mencegah dan menangani
masalah kebakaran yang mungkin terjadi selama proses produksi berlangsung. Latihan penanganan juga menjadi tindakan nyata yang dilakukan bagian ini untuk
melatih kesigapan dan kesiapan para pekerja apabila terjadi kebakaran. FS juga membentuk sebuah tim yang disebut Emergency Response Team ERT pada
setiap bagian proses produksi yang berperan penting tindakan awal menangani
kebakaran yang selanjutnya akan ditangani oleh FS. Tim ERT ini terdiri dari para pekerja operator di tiap bagian dimana mereka ditempatkan.
C. Standard Operating Procedure SOP
LPC Departement
mengeluarkan sebuah prosedur kerja yang disebut Standart Operating Procedure
SOP yang terdiri dari: 1. Working Permit Ijin Kerja
Working Permit adalah suatu tata cara yang disusun secara sistematis dengan
tujuan untuk menetapkan peraturan – peraturan keselamatan kerja dengan mudah dan jelas, sehingga dapat digunakan sebagai pedoman para pekerja dan
para pegawai termasuk penanggungjawab pekerjaan untuk menyelenggarakan kerja yang aman bagi manusia dan peralatan kerja yang termasuk ruang
lingkupnya. Dengan kondisi tersebut diharapkan dapat tercipta zero accident dan safety product dalam setiap pelaksanaan pekerjaan instalasi atau peralatan
tegangan tinggi maupun ekstra tinggi. SOP ini dirancang untuk menjadi pedoman cara kerja yang aman dalam
mengerjakan pekerjaan perawatan dan perbaikan atau proses pelaksanaan konstruksi di dalam kawasan pabrik. Ijin kerja ini harus dipakai dan diikuti
untuk setiap melakukan pekerjaan yang abnormal atau tidak biasa yaitu pekerjaan yang bukan bentuk proses, atau kerja yang tidak rutin dilakukan di
dalam kawasan pabrik. Pekerjaan harus dilaksanakan dalam prosedur kerja isolasi, ijin kerja panas, ijin kerja masuk ruangan tertutup dan ijin
menggunakan peralatan pemadaman. 2. Incident Investigation and Report Laporan Penyelidikan Insiden
Tujuan SOP ini adalah untuk memastikan semua insiden harus dilaporkan dan diteliti berdasarkan syarat – syarat legistatif dan memastikan manajer pabrik
dan supervisor sadar akan semua bentuk kejadian yang terjadi di setiap area mereka masing – masing. Pelaporan semua kejadian dengan memberikan data
yang lengkap ini dapat digunakan untuk menentukan strategi apa yang tepat untuk dipakai. Penyelidikan insiden yang baik adalah suatu tindakan yang
tepat di dalam pencegahan yang berhubungan dengan luka – luka atau kesakitan. SOP ini tidak bermaksud untuk membagi kesalahan pada
perorangan atau kelompok. SOP ini berlaku untuk semua jenis pekerjaan yang
berhubungan dengan insiden yang timbul di kawasan pabrik. Sebuah penyelidikan insiden dan laporan harus dilangkapi ketika insiden terjadi yang
menimbulkan luka – luka, properti yang rusak atau situasi yang hampir saja menyebabkan suatu insiden.
3. Smoking Control Measure Ukuran Pengendalian Rokok Prosedur ini dibuat untuk menerangkan dan menegaskan hukuman,
pertanggungjawaban, dan proses yang berhubungan dengan ukuran pengendalian asap oleh perusahaan pada lokasi pabrik. PT TPL Tbk
mengetahui bahwa asap yang berasal dari pabrik dan rokok beresiko untuk kesehatan. Bagi yang tidak merokok harus dilindungi dari asap yang tidak
sengaja terhirup. Asap yang tanpa sengaja terhirup menjadi penyebab timbulnya penyakit dan gangguan pernafasan.
4. Employee Penalty for Safety and Traffic Violation Sanksi bagi Karyawan yang Melanggar Peraturan Keselamatan Kerja dan Lalu Lintas
SOP ini dibuat untuk menetapkan sanksi, tanggungjawab dan prosedur yang berhubungan dengan pelanggaran peraturan keselamatan kerja dan rambu –
rambu lalu lintas di dalam kawasan pabrik. Pelaksanaan tugas dan pekerjaan di dalam pabrik, para pekerja harus selalu
menggunakan alat pelindung diri untuk mencegah kecelakaan kerja. Alat pelindung diri yang digunakan terdiri dari helmet, sepatu kerja dan pakaian kerja.
Untuk operator di bagian tertentu harus menggunakan alat penutup telinga untuk meredam kebisingan, masker dan sarung tangan.
D. Lingkungan Kerja