e. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia
Dalam Pasal 1 ayat 5 didefenisikan bahwa Anak adalah setiap manusia yang berumur di bawah 18 delapan belas tahun dan belum menikah, termasuk
anak yang masih dalam kandungan apabila hal tersebut adalah demi kepentingannya.
g. Pengertian anak menurut Konvensi tentang Hak-Hak Anak Convention on The Right of The Child
Pengertian anak menurut konvensi ini, tidak jauh berbeda dengan pengertian anak menurut beberapa perUndang-Undangan lainnya. Anak menurut
konvensi hak anak adalah sebagai berikut: “Anak adalah setiap manusia di bawah umur 18 delapan belas tahun
kecuali menurut Undang-Undang yang berlaku pada anak, kedewasaan dicapai lebih awal”.
Berdasarkan beberapa pengertian yang terdapat diatas, definisi seorang anak dalam tiap-tiap hukum yang berlaku adalah berbeda-beda. Namun dalam
pengertian secara umum yang dimaksud dengan anak adalah sesuatu yang baru tumbuh yang belum mencapai usia tertentu, dimana masih memerlukan
perlindungan serta pembinaan dari mereka yang telah dewasa dan berakal.
32
2. Anak Sah Dan Anak Luar Kawin
a. Anak Sah
Anak sah adalah anak yang dilahirkan dari kedua orang tuanya yang terikat dalam suatu perkawinan yang sah. Anak sah sama dengan anak kandung
32
D.Y.Witanto,op.cit., hlm. 20
yang mendapatkan posisi yang istimewa terhadap kedua orang tuanya bila dibandingkan dengan anak luar kawin atau anak tidak sah.
33
Pasal 250 KUHPerdata menentukan bahwa “Tiap-tiap anak yang dilahirkan atau
ditumbuhkan sepanjang perkawinan memperoleh si suami sebagai bapaknya” Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 mengenal istilah anak yang
dilahirkan dalam perkawinan, anak yang dilahirkan sebagai akibat perkawinan, dan anak yang dilahirkan di luar perkawinan.
34
Pasal 42 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 memberikan pengertian tentang anak sah yang bunyinya sebagai berikut :
“Anak yang sah adalah anak yang dilahirkan dalam atau sebagai akibat perkawinan yang sah”.
Maka dari ketentuan ini, dapat disimpulkan bahwa anak yang sah adalah: 1
Anak yang dilahirkan dalam dan selama perkawinan 2
Kelahirannya harus dari perkawinan yang sah 3
Bapak dan ibunya telah resmi terikat dalam suatu perkawinan yang sah Sementara menurut Pasal 99 Kompilasi Hukum Islam :
“Anak yang sah adalah : 1
Anak yang dilahirkan dalam atau akibat perkawinan yang sah 2
Hasil pembuahan suami isteri yang sah di luar rahim dan dilahirkan oleh isteri tersebut”
Menurut Djaren Saragih, anak yang dilahirkan dalam suatu ikatan hubungan perkawinan yang sah mempunyai kedudukan sebagai anak sah.
Dilahirkan dalam ikatan perkawinan yang sah maksudnya adalah bahwa ketika
33
Munir Fuady,op.cit.,hlm.8.
34
Tan Kamello dan Syarifah Liza Andriati, Hukum Orang Tua dan Keluarga, USU Press, Medan, 2011, hlm.67-68.
anak itu dilahirkan, wanita yang melahirkannya berada dalam ikatan perkawinan yang sah dengan seorang pria.
35
Menurut Hilman Hadikusuma, yang dimaksud dengan anak sah adalah anak yang dilahirkan dari pernikahan yang sah menurut hukum masing-masing
agama dan kepercayaannya.
36
Menurut Soetojo Prawirohamidjojo seorang anak adalah sah jika lahir dalam suatu perkawinan yang sah atau karena adanya perkawinan yang sah.
Seorang anak yang dilahirkan selama perkawinan makaa wanita yang melahirkan adalah ibunya dan pria yang mengawini yang membenihkan anak tersebut adalah
ayahnya.
37
Yusuf al Qadhawi menyebutkan bahwa dengan adanya perkawinan setiap anak yang lahir dari tempat tidur suami mutlak menjadi anak dari suami itu tanpa
memerlukan pengakuan darinya.
38
Seorang anak mendapatkan kedudukan hukum sebagai anak yang sah apabila kelahiran si anak didasarkan pada perkawinan orang tuanya yang sah atau
telah didahului oleh adanya perkawinan yang sah. Pengertian tersebut harus diartikan bahwa anak tersebut dibenihkan pada saat orang tuanya telah
melangsungkan perkawinan yang sah atau karena kelahirannya itu berada dalam ikatan perkawinan yang sah. Menurut dari beberapa pengertian di atas maka
pengertian anak sah mengandung beberapa unsur, antara lain :
35
Djaren Saragih, Pengantar Hukum Adat Indonesia, Tarsito, Bandung, 1984, hlm.134.
36
Hilman Hadikusuma, op.cit., hlm.95.
37
Soetojo Prawirohamidjojo, Pluralisme dalam Perundang-Undangan Perkawinan di Indonesia, Airlangga University Press, Jakarta, 1986, hlm.28-29.
38
Yusuf al Qadhawi, Halal dan Haram dalam Islam, PT Bina Ilmu, Surabaya, 1976, hlm.256.
1 Seorang anak yang dibenihkan dalam perkawinan dan dilahirkan dalam
perkawinan yang sah. 2
Seorang anak dibenihkan di luar perkawinan tetapi dilahirkan dalam perkawinan yang sah.
3 Seorang anak dibenihkan di dalam perkawinan yang sah namun dilahirkan di
luar perkawinan. 4
Khusus Kompilasi Hukum Islam seorang anak yang dibenihkan oleh pasangan suami isteri di luar rahim dan dilahirkan oleh si isteri.
Ketentuan tentang asal-usul anak diatur dalam Pasal 55 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Disebutkan dalam ketentuan itu,
bahwa asal-usul seorang anak hanya dapat dibuktikan dengan akte kelahiran yang otentik yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang. Bilaman akte kelahiran
tersebut tidak ada, maka pengadilan dapat mengeluarkan penetapan asal-usul anak berdasarkan bukti-bukti yang memenuhi syarat. Dan berdasarkan ketentuan
pengadilan tersebut di atas, maka pegawai pencatat kelahiran yang ada di daerah pengadilan tersebut mengeluarkan akte kelahiran si anak.
Anak yang sah mempunyai kedudukan tertentu terhadap keluarganya. Orang tua berkewajiban untuk memberikan nafkah, pendidikan yang cukup,
memelihara kehidupan anak tersebut sampai ia dewasa atau sampai ia dapat berdiri sendiri mencari nafkah. Anak yang sah merupakan harapan kedua orang
tuanya sekaligus menjadi penerus keturunannya. Anak yang sah menempati kedudukan yang paling tinggi dibandingkan
dengan anak luar kawin, karena menyandang seluruh hak yang diberikan oleh hukum, antara lain hak waris dalam tingkatan yang paling tingi di antara
golongan-golongan ahli waris yang lain, hak sosial di mana ia akan mendapatkan status yang terhormat di tengah-tengah lingkungan masyarakat, hak alimentasi
untuk mendapatkan penamaan ayah dalam akta kelahirandan hak-hak lainnya.
39
b. Anak Luar Kawin