1974 ialah Undang-Undang ini menganut prinsip untuk mempersukar terjadinya perceraian.
16
Mengingat perkawinan adalah perjanjian dan kaedah hukum perceraian berisikan kebolehan, maka terjadi atau tidak terjadinya perceraian itu sangat
tergantung dari kehendak suami atau istri. Dengan demikian menurut Pasal 16 dan Pasal 17 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 peranan pengadilan hanyalah
menyaksikan perceraian dan setelah itu membuat surat keterangan tentang terjadinya perceraian.
B. Jenis-Jenis Perceraian
Perceraian menurut Undang-Undang Perkawinan hanya mungkin dilakukan apabila dipenuhi salah satu alasan yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor
1 Tahun 1974 dan Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 dan harus dilakukan di muka sidang Pengadilan. Alasan-alasan tersebut tercantum dalam
Pasal 39 ayat 2 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 jo Pasal 19 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975.
Perceraian menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 beserta Peraturan Pelaksanaannya dapat dibedakan dalam 2 dua macam perceraian,
yaitu Cerai Talak dan Cerai Gugat yang mana kedua-duanya harus memenuhi salah satu alasan yang telah tersebut di atas.
1. Cerai Talak
Cerai Talak adalah perceraian yang terjadi sebagai akibat dijatuhkannya talak oleh seorang suami terhadap isterinya, dimuka sidang Pengadilan.
17
16
Rusdi Malik, Memahami Undang-Undang Perkawinan, Universitas Trisakti, Jakarta, 2010, hlm. 89
Merupakan suatu tindakan suami secara sepihak untuk memutuskan atau menghentikan perkawinan yang sedang berjalan. Cerai talak ini hanya khusus
untuk yang beragama Islam, sebagaimana dirumuskan oleh Pasal 14 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975
“seorang suami yang telah melangsungkan perkawinan menurut agama Islam yang hendak menceraikan atau menalak
isterinya, hendaknya memberitahukan maksudnya atau mengajukan surat kepada Pengadilan Agama ditempat dimana ia bertempat tinggal, yang berisi
pemberitahuan bahwa ia bermaksud untuk menceraikan isterinya disertai dengan alasan-alasannya serta meminta kepada Pengadilan agar diadakan sidang untuk
keperluan tersebut. ”
2. Cerai Gugat
Cerai gugat adalah perceraian yang terjadi akibat adanya gugatan salah satu pihak kepada Pengadilan, sebagaimana ditentukan dalam Pasal 40 Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1974 jo Pasal 20 sampai dengan Pasal 36 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975. Jika cerai talak hanya dapat dilakukan oleh
seorang suami yang melangsungkan pernikahan menurut agama Islam, maka gugatan perceraian Cerai Gugat dapat dilakukan oleh seorang isteri yang
melangsungkan perkawinan menurut agama Islam, dan oleh seorang suami atau istri yang melangsungkan perkawinan menurut agamakepercayaannya selain
agama Islam, sebagaimana dapat kita lihat dalam ketentuan Pasal 20 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975.
17
Mulati, Hukum Perkawinan Islam, PT Pustaka Mandiri, Tangerang, 2012, hlm. 58
C. Alasan-Alasan Terjadinya Perceraian