Kasus Posisi Argumentasi Hukum atau Non Hukum Para Pihak

a. Kasus Posisi

Perkara perdata ini merupakan gugatan Perceraian antara Bapak Jepta Hutagalung sebagai Penggugat dengan Ibu Friska Lenny Br. Sianturi Amd.Par sebagai Tergugat, dimana perkawinan mereka telah dilangsungkan secara agama Kristen pada tanggal 05 November 2011 di Gereja Kristen Protestan Indonesia GKPI Jemaat Babura Resort Medan Baru, sebagaimana tercatat di dalam Akte Pernikahan Surat Parbagason No. 108GKPI-JBXI2011, tertanggal 05 November 2011, yang dikeluarkan oleh Gereja Kristen Protestan Indonesia GKPI Jemaat Babura Resort Medan Baru dan tercatat pada Kantor Catatan Sipil Kota Medan tanggal 25 Mei 2012 berdasarkan Kutipan Akte Perkawinan Nomor 877TMDN2012. Dari perkawinan tersebut telah lahir 1 satu orang anak yang bernama Jessi Anindya Raisa, perempuan, lahir di Medan, 14 Juli 2012, sesuai dengan Kutipan Akte Kelahiran Nomor: 1271-LU-04092012-0128, tertanggal 4 September 2012, yang dikeluarkan oleh Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan. Awal kehidupan rumah tangga Penggugat dan Tergugat adalah rukun dan damai seperti layaknya sebuah rumah tangga yang baik. Akan tetapi sejak bulan September 2012, ketika anak Pengugat dan Tergugat masih berusia 3 tiga bulan, mulai timbul ketidakharmonisan dalam rumah tangga Penggugat dan Tergugat. Hal tersebut ditandai dengan terjadinya perselisihan dan pertengkaran yang berlangsung secara terus menerus, dan Tergugat pergi kerumah orangtuanya meninggalkan rumah Penggugat. Maka dapat disimpulkan bahwa Tergugat tidak melaksanakan kewajibannya sebagai seorang ibu dan seorang istri. Sehingga pemeliharaan dan pembiayaan anak dilakukan oleh Penggugat sendiri. Penggugat sudah berusaha untuk memperbaiki rumah tangga Penggugat dan Tergugat, tetapi Tergugat tidak berubah juga dan permasalahan yang sama tetap timbul secara terus-menerus.

b. Argumentasi Hukum atau Non Hukum Para Pihak

Oleh karena perkawinan antara Penggugat dan Tergugat telah dilaksanakan sesuai dengan agama dan kepercayaan dari Penggugat dengan Tergugat, dan telah didaftarkan pada Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, maka Penggugat berpendapat bahwa perkawinan antara Penggugat dan Tergugat adalah sah menurut hukum dan telah sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku sebagaimana diatur dalam Pasal 2 ayat 1 dan 2 Undang-Undang Nomor 1 Tahun Tahun 1974 tentang Perkawinan. Bahwa perselisihan yang terjadi secara terus-menerus dalam rumah tangga Penggugat dan Tergugat telah mengakibatkan rumah tangga mereka tidak rukun lagi dan tidak dapat dipertahankan lagi sebagaimana sebuah rumah tangga yang bahagia dan kekal menurut Pasal 1 Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Karena sikap yang kurang baik dan tidak adanya rasa tanggung jawab dari Tergugat sebagai ibu rumah tangga, maka Penggugat berpendapat bahwa Tergugat tidak patut memegang hak asuh atas anak Penggugat dan Tergugat yang masih dibawah umur. Untuk membuktikan dalil-dalil gugatannya, Penggugat menyerahkan 4 empat alat bukti sebagai berikut : 1 Fotocopy Akte PernikahanSurat Parbagason No. 108GKPI-JBXI2011, antara Saur Jepta Manahan Hutagalung dan Friska Lenny Br. Sianturi, Amd.Par; 2 Fotocopy Kutipan Akta Perkawinan No. 877TMDN2012 tanggal 25 Mei 2012 antara Yepta Hutagalung dan Friska Lenny Sianturi, Amd. Par; 3 Fotocopy Kutipan Akta Kelahiran atas nama Jessi Anindya Raisa yang diterbitkan Kepala Kantor Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan; 4 Fotocopy Akta Kelahiran atas nama Yepta Hutagalung yang diterbitkan Kepala Kantor Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Tebing Tinggi pada tanggal 22 Februari 2007. Penggugat juga menghadirkan 2 dua orang saksi yang masing-masing bernama Posma Hutagalung dan Lediana Hutagalung, yang inti dari keterangannya adalah antara Penggugat dan Tergugat telah pisah rumah karena Tergugat telah pergi meninggalkan Penggugat dan anak mereka yang bernama Jessi Anindya Raisa, pertengkaran antara Penggugat dan Tergugat telah diupayakan perdamaiannya pada bulan Juli 2013 tetapi upaya tersebut tidak berhasil.

c. Pertimbangan dan Putusan Hakim