Anak Luar Kawin Anak Sah Dan Anak Luar Kawin

golongan-golongan ahli waris yang lain, hak sosial di mana ia akan mendapatkan status yang terhormat di tengah-tengah lingkungan masyarakat, hak alimentasi untuk mendapatkan penamaan ayah dalam akta kelahirandan hak-hak lainnya. 39

b. Anak Luar Kawin

Anak luar kawin adalah anak yang dilahirkan oleh seorang perempuan, sedangkan perempuan itu tidak berada dalam ikatan perkawinan yang sah dengan pria yang menyetubuhinya. Sedangkan pengertian di luar kawin adalah hubungan seorang pria dengan seorang wanita yang dapat melahirkan keturunan, sedangkan hubungan mereka tidak terikat dengan ikatan perkawinan yang sah menurut hukum dan agama yang dianutnya. 40 Dari defenisi yang telah dikemukakan di atas, dapat dipahami bahwa anak luar kawin adalah anak yang dilahirkan di luar perkawinan yang sah menurut agamanya masing-masing. Menurut H. Herusko banyak faktor penyebab terjadinya anak luar kawin, antara lain: 1 Anak yang dilahirkan oleh seorang wanita, tetapi wanita tersebut tidak mempunyai ikatan perkawinan dengan pria yang menyetubuhinya. 2 Anak yang dilahirkan dari seorang wanita, dan kelahiran anak tersebut diketahui dan dikehendaki oleh salah satu pihak, hanya saja salah satu atau kedua orangtuanya itu masih terikat dengan perkawinan yang lain. 3 Anak yang lahir dari seorang wanita, tetapi pria yang menghamilinya itu tidak diketahui asal usulnya, misalnya karena pemerkosaan. 39 D.Y.Witanto, op.cit., hlm. 37. 40 Indri Hafni Paramita Harahap, Pelimpahan Hak Asuh Anak Di Bawah Umur Kepada Bapak Akibat Perceraian, FH USU, Medan, 2010, hlm.45 4 Anak yang lahir dari seorang wanita dalam masa iddah perceraian, tetapi anak yang dilahirkan itu merupakan hasil hubungan dengan pria yang bukan suaminya. Ada kemungkinan anak di luar kawin ini dapat diterima oleh keluarga kedua belah pihak secara wajar jika wanita yang melahirkan itu kawin dengan pria yang menyetubuhinya. 5 Anak yang lahir dari seorang wanita yang ditinggal suami lebih dari 300 hari, anak tersebut tidak diakui suaminya sebagai anak yang sah. 6 Anak yang lahir dari seorang wanita, sedangkan pada mreka berlaku ketentuan Negara melarang mengadakan perkawinan, misalnya Warga Negara Indonesia WNI dan Warga Negara Asing WNA tidak mendapat izin dari Kedutaan Besar untuk mengadakan perkawinan karena salah satu dari mereka telah mempunyai suami atau istri, tetapi mereka tetap melakukan perkawinan campuran dan melahirkan seorang anak. Maka anak ini dinamakan juga anak luar kawin. 7 Anak yang dilahirkan oleh seorang wanita, tetapi anak tersebut sama sekali tidak mengetahui siapa kedua orang tuanya. 8 Anak yang lahir dari perkawinan yang tidak dicatatkan di Kantor Catatan Sipil danatau Kantor Urusan Agama. 9 Anak yang lahir dari perkawinan secara adat, tidak dilaksanakan menurut agama dan kepercayaannya serta tidak didaftar di Kantor Catatan Sipil atau Kantor Urusan Agama. 41 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 memang tidak secara tegas memberikan penjelasan tentang isilah anak luar kawin, tetapi hanya menjelaskan 41 Herusko, Anak Luar Kawin, Makalah pada Seminar Kowani, Jakarta, tanggal 14 Mei 1996, hlm.6. pengertian anak sah dan kedudukan anak luar kawin. Hal ini sebagaimana dalam bunyi Pasal 43 UUP yang pokoknya menyatakan “Anak yang dilahirkan diluar perkawinan hanya mempunyai hubungan perdata dengan ibunya dan keluarga ibunya .” Hal tersebut juga terdapat di dalam Pasal 186 Kompilasi Hukum Islam yang menyatakan “Anak yang lahir di luar perkawinan hanya mempunyai hubungan saling mewaris dengan ibunya dan keluarga dari pihak ibunya. ” Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, anak luar nikah merupakan anak yang dilahirkan dari hubungan antara seorang laki-laki dan seorang perempuan di luar pernikahan yang sah. Selain itu juga menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata pengertian anak luar kawin dibagi menjadi dua macam, yaitu : 1 Anak luar kawin dalam arti luas adalah anak luar pernikahan karena perzinahan dan sumbang. Anak Zina adalah anak-anak yang dilahirkan dari hubungan luar nikah, antara laki-laki dan perempuan dimana salah satunya atau kedua-duanya terikat pernikahan dengan orang lain. Sementara Anak Sumbang adalah anak yang dilahirkan dari hubungan antara seorang laki-laki dan seorang perempuan yang antara keduanya berdasarkan ketentuan Undang-Undang ada larangan untuk saling menikahi. Sebagaimana kita ketahui, Pasal 8 Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan melarang perkawinan antara dua orang yang: a. berhubungan darah dalam garis keturunan lurus ke bawah ataupun ke atas; b. berhubungan darah dalam garis keturunan menyamping yaitu antara saudara, antara seorang dengan saudara orang tua dan antara seorang dengan saudara neneknya; c. berhubungan semenda, yaitu mertua, anak tiri menantu dan ibubapak tiri; d. berhubungan susuan, yaitu orang tua susuan, anak susuan, saudara susuan dan bibipaman susuan; e. berhubungan saudara dengan isteri atau sebagai bibi atau kemenakan dari isteri, dalam hal seorang suami beristeri lebih dari seorang; f. mempunyai hubungan yang oleh agamanya atau peraturan lain yang berlaku, dilarang nikah. 2 Anak luar kawin dalam arti sempit adalah anak yang dilahirkan diluar pernikahan yang sah. Anak zina dan anak sumbang tidak bisa memiliki hubungan dengan ayah dan ibunya. Status sebagai anak yang dilahirkan diluar pernikahan merupakan suatu masalah bagi anak luar nikah tersebut, karena mereka tidak bisa mendapatkan hak-hak dan kedudukan sebagai anak pada umumnya seperti anak sah karena secara hukumnya mereka hanya memiliki hubungan perdata dengan ibunya dan keluarga ibunya. Anak luar nikah tidak akan memperoleh hak yang menjadi kewajiban ayahnya, karena ketidakabsahan pada anak luar nikah tersebut. Konsekuensinya adalah laki- laki yang sebenarnya menjadi ayah dari anak luar nikah tidak memiliki kewajiban untuk memberikan nafkah bagi anak tersebut. Sebaliknya anak itupun tidak bisa menuntut ayahnya untuk memenuhi kewajibannya yang dipandang menjadi hak anak bila statusnya sebagai anak tidak sah. Hak anak dari kewajiban ayahnya yang merupakan hubungan keperdataan itu, biasanya bersifat material. Anak luar kawin dapat memperoleh hubungan perdata dengan bapaknya, yaitu dengan cara memberi pengakuan terhadap anak diluar nikah. Pasal 280 KUHPerdata menegaskan bahwasanya dengan pengakuan terhadap anak di luar nikah, terlahirlah hubungan perdata antara anak itu dengan bapak atau ibunya. Pengakuan terhadap anak di luar nikah dapat dilakukan dengan suatu akta otentik, bila belum diadakan dalam akta kelahiran atau pada waktu pelaksanaan pernikahan, pengakuan demikian dapat juga dilakukan dengan akta yang dibuat oleh Pegawai Catatan Sipil, dan didaftarkan dalam daftar kelahiran menurut hari penandatanganan 42 Secara umum anak luar kawin dapat diartikan dalam 3 tiga golongan, yaitu : 1 Anak zinah yaitu anak yang dilahirkan di luar perkawinan antara seorang pria dengan seorang wanita yang salah satu atau keduanya terikat dengan perkawinan lain. 2 Anak sumbang yaitu anak yang dilahirkan dari hubungan antara seorang pria dengan seorang wanita yang menurut Undang-Undang tidak diperkenankan untuk kawin satu sama lain. 3 Anak alami yaitu anak yang dilahirkan di luar perkawinan tetapi kedua orang tuanya tidak terikat perkawinan lain. Menurut Kompilasi Hukum Islam, anak luar kawin meliputi : 1 Anak yang dilahirkan sebagai hasil dari perzinahan. Zinah merupakan persetubuhan antara pria dan wanita yang tidak memiliki ikatan 42 http:gudangilmuhukum.blogspot.com201008perkawinan.html, diakses pada tanggal 8 Januari 2015, pukul 22.00 WIB perkawinan yang sah menurut agama. Islam memandang perzinaan sebagai dosa besar yang dapat menghancurkan tatanan kehidupan keluarga dan masyarakat. Berzinah dapat diibaratkan seperti memakai barang yang bukan menjadi hak miliknya. 2 Anak yang dilahirkan dari seorang wanita yang di li’an suaminya. Kedudukan hukum anak ini sama saja dengan anak zina. Ia tidak mengikuti nasab suami ibunya yang me li’an, tetapi mengikuti nasab ibu yang melahirkannya. Ketentuan ini berlaku juga terhadap hukum kewarisan, perkawinan, dan lain-lain. Seseorang yang telah berzina dilarang untuk melakukan perkawinan dengan lawan berzinahnya, hal ini terbukti dengan adanya larangan kawin yang terdapat dalam Pasal 32 KUHPerdata yang menyatakan “Seseorang yang dengan keputusan pengadilan telah dinyatakan melakukan zinah, tidak diperkenankan kawin dengan pasangan zinahnya itu. ”

B. Hak Asuh Anak Dibawah Umur

1. Pengertian Hak Asuh Anak