44
bahwa setelah individu menerima tanggung jawab atas kehidupannya dari mulai berbuat tanggung jawab, maka perubahan mungkin akan terjadi.
3 Reality Dalam hal ini orang harus memahami bahwa ada dunia nyata dari mereka harus
memenuhi kebutuhan-kebutuhanya dalam kerangka kerja tertentu. Pemenuhan kebutuhan atas penghargaan dan cinta pada hubungan orang
tua dan anak memegang peranan penting dalam pembentukan identitas individu. Pada individu yang mengalami broken home pemenuhan kebutuhan atas
penghargaan dan cinta dari orang tua kurang terpenuhi maka individu akan merasa terasing dan gagal dalam hidupnya, dan identitas yang terbentuk adalah identitas
kegagalan.
2.4.4 Perilaku Menyimpang
Menurut Glasser dalam Latipun, 2006: 153 perilaku yang menyimpang yaitu individu yang berperilaku tidak tepat disebabkan oleh ketidakmampuan
dalam memuaskan kebutuhannya, akibatnya kehilangan “sentuhan” dengan realitas objektif, tidak dapat melihat sesuatu sesuai dengan realitanya, tidak dapat
melakukan atas dasar kebenaran, tanggung jawab dan realita. Identitas itu ditandai dengan keterasingan, penolakan diri dan irrasionalitas, perilakunya kaku, tidak
objektif, lemah, tidak bertanggung jawab, kurang percaya diri dan menolak kenyataan.
Sedangkan perkembangan pribadi yang menyimpang menurut Fauzan 1994: 33-35 sebagai berikut:
45
1 Identitas gagal, individu gagal memenuhi salah satu atau semua kebutuhan
dasar dan gagal terlibat dengan orang lain sebagai prasyarat biologis memuaskan kebutuhan dasar.
2 Perbuatan tidak pas, seseorang yang tidak terpenuhi kebutuhan dasarnya
akan lari dari dunia kenyataan obyektif, mereka tidak dapat mengamati segala sesuatu sebagaimana adanya.
3 Keterlibatan dengan diri, kurangnya keterlibatan dengan orang lain akan
mengarah pada kekurangmampuan memenuhi kebutuhan dan lebih jauh akan mengarah pada pengaburan.
4 Kegagalan orang tua atau orang yang bermakna, kembali pada kenyataan
terpenuhinya kebutuhan bergantung pada orang tua atau orang lain yang bermakna.
Hal inilah yang umumnya terjadi pada individu yang mengalami broken home. Mereka merasa kehilangan realitas objektifnya, merasa asing, timbul
pikiran irrasional, kurang percaya diri dan menolak kenyataan yang merupakan suatu identitas kegagalan.
2 .4.5 Tujuan Konseling Realita
Tujuan konseling realita adalah membantu individu untuk mencapai otonomi, yaitu kematangan yang diperlukan bagi kemampuan seseorang untuk
mengganti dukungan lingkungan dengan dukungan interal. Sehingga individu mampu bertanggung jawab atas siapa mereka dan ingin menjadi apa mereka, serta
mengembangkan rencana-rencana yang bertanggung jawab dan realistis guna mencapai tujuan-tujuan mereka Corey, 2003: 273-274.
46
Latipun 2006: 155 secara umum konseling realita memiliki tujuan yang sama dengan tujuan hidup, yaitu individu mencapai kehidupan dengan success
identity. Oleh karena itu harus bertanggung jawab, yaitu memiliki kemampuan mencapai kepuasan terhadap kebutuhan personalnya.
Dalam hal ini konselor membantu siswa dalam menemukan alternatif- alternatif dalam mencapai tujuan konseling yang ingin dicapai yaitu mengubah
identitas kegagalan menjadi identitas keberhasilan yang berhubungan dengan konsep diri siswa broken home, yaitu mengubah konsep diri negatif menjadi
konsep diri positif.
2.4.6 Teknik Konseling