39
malas belajar, karena merasa orang tuanya tidak memperdulikannya, sehingga mengakibatkan prestasi belajarnya menurun.
Selain itu anak broken home merasa belum bisa menerima keadaan dirinya dalam keluarga yang tidak utuh lagi. Pikiran-pikiran irasional yang muncul dalam
diri anak, memandang setiap orang butuh untuk dicintai oleh semua orang atas apa yang dilakukan, dan anak merasa tidak dicintai siapapun. Anak juga berpikir
lebih baik menghindari masalah daripada menghadapinya, sehingga ia tidak mau menerima kenyataan yang harus dihadapinya. Munculnya pikiran-pikiran
irasional tersebut harus dihilangkan, agar anak dapat berpikir secara rasional dan mampu menerima dan menghadapi kenyataan untuk masa depannya, menentukan
identitas suksesnya. Oleh karena itu peneliti menggunakan pendekatan konseling realita dalam mengubah pikiran irasional siswa broken home menjadi pikiran
rasional, lebih bertanggung jawab dan mampu menghadapi kenyataan.
2.3 Konseling Realita
2.4.1 Konsep Dasar Konseling Realita
Konseling realita merupakan suatu sistem yang difokuskan pada tingkah laku sekarang. Konselor dalam konseling realita mengajarkan tingkah laku yang
bertanggung jawab agar individu mampu menghadapi segala kenyataan yang harus dijalani dan memenuhi kebutuhan dasar tanpa merugikan dirinya sendiri
ataupun orang lain. Inti terapi realita adalah penerimaan tanggung jawab pribadi, yang dipersamakan dengan kesehatan mental.
Menurut Latipun 2006: 155 konseling realita adalah pendekatan yang berdasarkan pada anggapan tentang adanya suatu kebutuhan psikologis pada
40
seluruh kehidupannya; kebutuhan akan identitas diri, yaitu kebutuhan untuk merasa unik, terpisah, dan berbeda dengan orang lain. Pandangan terapi realita
menyatakan bahwa, Karena individu-individu bisa mengubah cara hidup, perasaan dan tingkah lakunya, maka mereka pun bisa mengubah identitasnya yang
bergantung pada perubahan tingkah laku. Jadi jelas bahwa konseling realita dibangun diatas asumsi bahwa manusia adalah yang menentukan dirinya sendiri,
memiliki tanggung jawab untuk menerima konsekuensi-konsekuensi dan tingkah lakunya sendiri dan menjadi apa yang ditetapkannya.
Terapi realita sangat berguna apabila menganggap identitas dalam pengertian “identitas keberhasilan” dan “identitas kegagalan”. Dalam
pembentukan identitas, masing-masing dari kita mengembangkan keterlibatan dari orang lain dan dengan bayangan diri, sehingga kita merasa relatif berhasil atau
tidak berhasil. Orang lain memiliki peran penting dalam membantu kita menjelaskan dan memahami identitas diri kita. Identitas diri ini berkaitan dengan
konsep diri yang dimiliki individu. Oleh karena itu konseling realita digunakan sebagai pendekatan dalam membantu mengubah konsep diri negatif menjadi
konsep diri yang positif pada siswa broken home.
2.4.2 Pandangan Tentang Manusia
Manusia pada hakekatnya adalah makhluk yang memiliki kebutuhan dasar dan dalam kehidupannya mereka berusaha memenuhi kebutuhan tersebut.
Kebutuhan dasar manusia meliputi kebutuhan bertahan hidup survival, mencintai dan dicintai love and belonging, kekuasaan atau prestasi power or
achievement, kebebasan atau kemerdekaan freedom or independence, dan
41
kesenangan fun Corey, 2005. Keberhasilan individu dalam memenuhi kebutuhan dasarnya akan memberikan identitas berhasil pada dirinya, sedangkan
kegagalan akan pemenuhan kebutuhan dasar menyebabkan individu mengembangkan identitas gagal Rasjidan, 1988: 209.
Konseling realita bertumpu pada pandangan bahwa tingkah laku manusia adalah bertujuan dan berasal dari diri individu dan bukan kekuatan dari luar.
Meskipun kekuatan dari luar mempengaruhi keputusan yang kita ambil tetapi factor lingkungan tidak mempengaruhi perilaku kita. Kita cenderung lebih
termotivasi sepenuhnya oleh kekuatan dari dalam dan perilaku kita adalah usaha kita dalam memenuhi kebutuhan kita. Ada beberapa kebutuhan yaitu memiliki
belonging, berkuasa Power, bebas freedom, kesenangan fun dan bertahan survive.
Pandangan manusia menurut Latipun 2006: 154-155 yaitu : 1
Perilaku manusia didorong oleh usaha untuk menemukan kebutuhan dasarnya baik fisiologis maupun psikologis.
2 Jika individu frustasi karena gagal memperoleh kepuasan
atas tidak terpenuhi kebutuhan-kebutuhannya dia akan mengembangkan identitas kegagalan. Sebaliknya jika
berhasil memperoleh kepuasan dalam memenuhi kebutuhannya maka akan mengembangkan identitas
keberhasilan.
3 Individu pada dasarnya memiliki kemampuan untuk
mengubah identitasnya dari identitas kegagalan ke identitas keberhasilan. Individu yang bersangkutan adalah pihak
yang mampu mengubah dirinya sendiri.
4 Factor tanggung jawab adalah sangat penting pada manusia.
Orang yang berusaha memperoleh kepuasan mencapai success identity menunjukkan perilaku yang bertanggung
jawab.
5 Faktor penilaian individu tentang dirinya sangat penting
untuk menentukan apakah dirinya termasuk memiliki identitas keberhasilan atau kegagalan.
42
Menurut Glasser dalam Corey 2003: 268-269 dasar dari terapi realitas adalah membantu para konseli dalam memenuhi kebutuhan untuk mencintai dan
dicintai serta kebutuhan untuk merasakan bahwa kita berguna baik bagi diri kita sendiri maupun bagi orang lain. ”kekuatan pertumbuhan” mendorong kita untuk
berusaha mencapai suatu identitas keberhasilan. Penderitaan pribadi bisa diubah hanya dengan perubahan identitas. Pandangan terapi realitas menyatakan bahwa,
karena individu-individu bisa mengubah identitasnya. Perubahan identitas bergantung pada perubahan tingkah laku.
Jadi dapat disimpulkan bahwa perilaku manusia didorong oleh kebutuhannya. Jika kebutuhannya terpenuhi maka seseorang akan
mengembangkan identitas berhasil dan sebaliknya jika gagal memenuhi kebutuhannya maka seseorang akan mengembangkan identitas gagal.
2.4.3 Pemenuhan Kebutuhan Dasar