71
Tabel 4.1 Kriteria Siswa Broken Home
NO. NAMA KELAS
KETERANGAN
1. CJ
VII C Ayah meninggal
2. FP VII
C Ayah
meninggal 3. NA
VII D
Ayah meninggal 4.
J S VII E
Ayah meninggal 5. CY
VII F
Ayah meninggal
6. MA
VIII A Tanpa pernikahan
7. AS VIII
D Cerai
8. I F
IX E Cerai
Berdasarkan data siswa broken home di atas, dapat diketahui bahwa siswa yang orang tuanya bercerai sebanyak 2 orang, yaitu AS VIII D dan IF IX E,
Siswa yang ayahnya meninggal sebanyak 5 orang, yaitu CJ VII C, FP VII C, NA VII D, JS VII E, dan CY VII F. Siswa yang ayahnya tidak sebanyak 1
orang, yaitu MA VIII A. Setelah peneliti mengetahui latar belakang siswa broken home tersebut, kemudian peneliti melakukan wawancara untuk
mengetahui siswa yang memiliki konsep diri negatif. Dari hasil wawancara tersebut diperoleh dua siswa yang memiliki konsep diri negatif yaitu, MA dan IF.
4.1.2 Gambaran Awal Konsep Diri Siswa Broken Home
4.1.2.1 Konseli 1 MA
Berdasarkan hasil wawancara dengan konseli, diperoleh gambaran bahwa konseli memiliki konsep diri negatif. Gambaran konsep diri negatif konseli adalah
sebagai berikut: 1.
Konseli peka sekali terhadap kritik, apalagi jika teman-temannya mengejek konseli tidak memiliki ayah. Hal tersebut karena sejak kecil sampai sekarang
72
konseli tidak tahu dimana dan bagaimana ayahnya. Konseli mengetahui cerita mengenai ayahnya dari ibunya, itupun hanya nama ayahnya. Setiap konseli
bertanya mengenai ayahnya, ibunya selalu menghindar. Konseli akan sangat marah bila diejek tidak punya ayah, sampai akhirnya konseli berkelahi
dengan temannya. Konseli menganggap bahwa kritikan sebagai suatu hal yang dapat merendahkan dirinya, sehingga konseli akan mempertahankan
pendapatnya meskipun salah. 2.
Sangat antusias terhadap pujian. Konseli akan merasa senang apabila mendapat pujian, sehingga konseli lebih suka mencari pujian dari orang lain,
baik dari guru, teman, keluarga atau tetangganya. 3.
Cenderung bersikap hiperkritis, terutama terhadap teman yang berprestasi atau memilki kemampuan diatasnya sikapnya biasa saja. Konseli tidak bisa
mengungkapkan pengakuan terhadap kelebihan orang lain. Selama ini konseli tidak pernah mengeluhkan masalahnya kepada siapapun, hanya dipendam
sendiri. 4.
Merasa tidak disenangi orang lain. Keadaan konseli yang tidak memiliki status ayah yang jelas, membuat konseli merasa berbeda dengan teman-
temannya. Konseli menganggap teman-teman yang selalu mengejeknya adalah musuhnya. Tidak hanya mendapat ejekan dari teman-temannya,
konseli juga sering dimarahi kakeknya sehingga konseli merasa tidak disenangi orang lain. Konseli sering berkelahi untuk membela dirinya sendiri
maupun membantu membela temannya.
73
5. Konseli tidak pernah mengikuti kompetisi yang berkaitan dengan akademik,
karena konseli merasa kemampuannya di bidang akademik kurang, sehingga konseli merasa pesimis untuk berkompetisi. Tetapi keyakinan konseli untuk
menang sangat besar saat berkompetisi diluar bidang akademik, misalnya dalam pertandingan sepak bola konseli akan melakukan berbagai cara agar
bisa menang. Selain melakukan wawancara dengan konseli, peneliti juga melakukan
wawancara kepada guru pembimbing, wali kelas dan teman satu kelas konseli untuk mengetahui perilaku konseli selama di sekolah. Dari hasil wawancara
tersebut diketahui bahwa konseli memang memiliki latar belakang broken home, dengan tidak diketahui secara resmi ayah dari konseli. Selama ini konseli tinggal
bersama kakek, nenek dan tantenya adik kandung ibu. Ibunya bekerja di Jakarta untuk membiayai sekolah konseli dan kedua orang tua ibunya. Di sekolah konseli
termasuk siswa yang nakal, sering berkelahi, membolos, dan melanggar tata tertib sekolah terutama kerapian dan kelengkapan atribut sekolah. Di kelas konseli juga
kurang aktif dalam mengikuti pelajaran, ramai sendiri dan sering terlambat mengumpulkan tugas. Prestasi belajar konseli cukup baik, nilainya semuanya
mencapai KKM.
4.1.2.2 Konseli 2 IF