Pasar Persaingan Monopolistik Tinjauan Pustaka

2 Terbatasnya pasar 3 Hak paten 4 Pemberian hak paten monopoli perusahaan

6. Teori Daya saing

Daya saing merupakan kemampuan suatu komoditas untuk memasuki pasar luar dan kemampuan untuk dapat bertahan dalam pasar tersebut dalam artian jika suatu produk mempunyai daya saing maka produk tersebutlah yang banyak diminati oleh banyak konsumen. Pada dasarnya daya saing diperlukan untuk meningkatkan standar dan kualitas barang serta untuk meningkatkan eksistensi ekonomi menjadi lebih berorientasi pasar. Selanjutnya, daya saing adalah untuk meningkatkan produktivitas faktor produksi dan efisiensi secara teknis dalam proses produksi. Pengertian daya saing yang lebih luas dikemukakan oleh World Economic Forum WEF yang mendefinisikan daya saing sebagai kemampuan perekonomian nasional untuk mencapai pertumbuhan ekonomi tinggi dan berkelanjutan. Menurut Michael E. Porter 1990, daya saing diidentikkan dengan produktivitas di mana tingkat output yang dihasilkan untuk setiap unit input yang digunakan. Peningkatan produktivitas meliputi peningkatan jumlah input fisik modal dan tenaga kerja, peningkatan kualitas input yang digunakan dan peningkatan teknologi total faktor produktivitas. Pendekatan yang sering digunakan untuk mengukur daya saing suatu komoditas dilihat dari dua indikator yaitu keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif.

6.1 Konsep Keunggulan Komparatif

Konsep keunggulan komparatif merupakan indikator yang paling banyak digunakan dalam mengukur kinerja perdagangan internasional suatu negara. Teori keunggulan komparatif dicetuskan pertama kali oleh David Ricardo. Menurut David Ricardo, setiap negara atau bangsa seperti halnya orang, akan memperoleh hasil dari perdagangannya dengan mengekspor barang atau jasa yang merupakan daya saing terbesarnya dan mengimpor barang atau jasa yang bukan daya saingnya Porter, 1994. Teori keunggulan komparatif dalam perdagangan bebas atau free trade akan menimbulkan spesialisasi yang dapat menaikkan efisiensi produksi. Semua barang produksi yang dihasilkan satu negara disusun menurut tinggi rendahnya biaya produksi atau nilai ekspor barang tersebut. Produk yang memiliki comparative advantage paling besar di mana produk tersebut memiliki biaya produksi rendah dan nilai ekspor yang tinggi, akan diekspor oleh negara tersebut Nopirin, 2011. Suatu negara yang memiliki keunggulan komparatif di sektor tertentu secara potensial, harus mampu mempertahankan dan bersaing dengan negara lain. Keunggulan komparatif tersebut dapat berubah oleh beberapa faktor yang mempengaruhi seperti perubahan ekonomi dunia, lingkungan domestik dan perkembangan teknologi. Menurut hukum keunggulan komparatif tersebut meskipun suatu negara mengalami kerugian atau ketidakunggulan absolut untuk memproduksi dua komoditas jika dibandingkan dengan negara lain, namun perdagangan yang saling menguntungkan masih dapat berlangsung. Hal ini dapat terjadi jika salah satu