43 “If the playing of games is a natural instinct of all humans, the analysis of
games is just as natural an instinct of mathematicians. Who should win? What is the best move? What are the odds of a certain chance event? How long is a game
likely to take? When we are presented with a puzzle, are there standard techniques that will help us to find a solution? Does a particular puzzle have a
solution at all? These are natural questions of mathematical interest, and we shall direct our attention to all of them . To bring some order into our
discussions, it is convenient to divide games into four classes:
a games of pure chance; b games of mixed chance and skill;
c games of pure skill; d automatic games.
”
Hal ini bermakna jika bermain game adalah naluri alami semua manusia, analisis dalam permainan sama dengan naluri alami dari matematikawan. Analisis
permainan yaitu siapa yang harus menang, apa langkah terbaik, apa kesempatan yang dapat dimanfaatkan, berapa lama permainan mungkin untuk diambil. Ketika
kita disajikan dengan teka-teki, apa teknik standar yang akan membantu kita untuk menemukan solusi, apakah teka-teki tertentu memiliki solusi sama sekali.
Ini adalah pertanyaan alami menarik matematika, dan kami akan mengarahkan perhatian kita kepada mereka semua. Untuk menertibkan beberapa dalam diskusi
kami, akan lebih mudah untuk membagi game menjadi empat bagian yaitu: a.
permainan kesempatan murni; b.
permainan campuran kesempatan dan keterampilan; c.
permainan keterampilan murni; d.
permainan otomatis.
Dengan demikian dengan diadakannya game dalam pembelajaran dikelas selain memberikan ilmu tapi juga memberikan kegiatan yang menyenangkan. Game
merupakan kegiatan yang dilaksanakan dalam pembelajaran di kelas yang melatih
44 siswa mengambil keputusan secara tepat yang dapat meningkatkan kemampuan
dan pengetahuan teori matematika dan melatih sikap sosial siswa.
7. Pengembangan Perangkat Pembelajaran
Langkah dari model model sistem pendidikan penelitian dan pengembangan da- lam penelitian menurut Allyn dan Bacon dalam Borg dan Gall 2003 yaitu:
Step 1 :asses needs to identify goals Step 2 : conduct instructional analysis
Step 3: analyze learners and contexts Step 4 : write performance objectives
Step 5 : develop assessments instruments Step 6 : develop instructional strategy
Step 7 : develop and select instructional materials Step 8 : design and conduct formative evalution of instruction
Step 9 : revise instruction Step 10: design and conduct summative evaluation
Hal ini bermakna: 1.
Menilai kebutuhan untuk mengidentifikasi tujuan 2.
Melakukan analisis pelajaran 3.
Menganalisis pelajar dan konteks 4.
Menulis tujuan kinerja 5.
Mengembangkan instrumen penilaian 6.
Mengembangkan strategi pengajaran 7.
Mengembangkan dan pilih bahan pengajaran 8.
Desain dan melakukan evaluasi formatif instruksi 9.
Merevisi instruksi 10.
Merancang dan menjalankan evaluasi sumatif
Menurut Borg dan Gall dalam Sukmadinata 2008 ada 10 langkah pelaksanaan strategi penelitian dan pengembangan, yaitu:
1. Penelitian dan pengumpulan data Research and information collecting.
2. Perencanaan Planning.
45 3.
Pengembangan draf produk Develop preliminary form of product. 4.
Uji coba lapangan awal Preliminary field testing. 5.
Merevisi hasil uji coba Main product revision. 6.
Uji coba lapangan Main field testing. 7.
Penyempurnaan produk hasil uji lapangan Operasional product revision. 8.
Uji pelaksanaan lapangan Operasional field testing. 9.
Penyempurnaan produk akhir Final product revision. 10.
Diseminasi dan implementasi Dissemination and implementation. Namun, pada penelitian dan pengembangan ini peneliti tidak memakai 8, 9, dan
10, karena keterbatasan waktu, tenaga, dan biaya dari peneliti.
B. Kerangka Pikir
Siswa sering mengalami kesulitan dalam memahami pembelajaran matematika. Sebagian besar siswa menganggap mata pelajaran matematika tidak berguna
dalam kehidupan nyata. Hal ini disebabkan sebagian besar guru tidak mengajarkan mata pelajaran matematika secara kontekstual. Contoh
permasalahan yang diberikan hanya berupa soal, langkah-langkah kegiatan, media, dan LKPD yang disediakan tidak berdasarkan permasalahan dunia nyata.
Lembar Kerja Peserta Didik merupakan panduan kegiatan pembelajaran yang berisi masalah dan rangkuman materi yang bertujuan untuk mengembangkan
kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. LKPD yang tersedia saat ini masih bersifat standar dan terkadang tidak sesuai
dengan tujuan. Kemampuan yang dikembangkan dalam LKPD tidak mewakili
46 kemampuan yang diharapkan. Lembar kerja yang tersedia di sekolah umumnya
berupa hasil terbitan dari suatu penerbit. Lembar kerja yang dibuat masih bersifat umum. Penggunaan lembar kerja dari penerbit karena sebagian guru tidak sempat
untuk membuat LKPD. LKPD yang bertujuan atas kemampuan tertentu masih bersifat jarang. Penggunaan LKPD di dalam kelas jarang yang mengkombinasikan
dengan game matematika yang membangun semangat belajar sehingga mereka tidak terbebani oleh tuntutan belajar yang mereka anggap bermain namun mampu
menumbuhkan kemampuan atas tujuan pembelajaran yang diinginkan.
Kemampuan komunikasi merupakan salah satu kemampuan yang penting dalam belajar matematika. Kemampuan ini menunjukkan kepahaman matematika yang
mereka miliki yang dituangkan dalam verbal dan non verbal. Non verbal yang dimaksud yaitu pengunggkapan dalam bentuk gambar, simbol, dan diagram.
Namun sayangnya kemampuan ini tidak dilatih oleh guru secara maksimal dalam pembelajaran matematika. Kemampuan komunikasi perlu dibiasakan karena
kemampuan ini melatih siswa untuk siap mengadapi kehidupan nyata yang dibutuhkan dalam berbagai bidang pekerjaan yang membutuhkan cara
penyampaian dengan verbal dan non verbal dengan baik. Kegiatan pembelajaran matematika mengharapkan siswa memiliki kemampuan bekerja sama dalam tim
kecil maupun besar dengan siswa yang beranekaragam kemampuannya atau heterogen. Kegiatan bekerja sama dalam tim dapat mengembangkan hubungan
interpersonal sehingga siswa dapat menempatkan diri dalam interaksi yang baik sehingga dapat melatih komunikasi. Terampil dalam komunikasi dituntut untuk
dimiliki siswa salah satu penunjang berjalannya diskusi dalam kelompok.
47 Disposisi komunikasi merupakan salah satu kecenderungan atau pola sikap pada
siswa yang berguna dalam pembelajaran matematika siswa khususnya dalam komunikasi siswa yang dapat membuat siswa aktif dalam belajar. Kecenderungan
ini berpengaruh dalam pengerjaan dan kegiatan dalam pembelajaran. Pembelajaran matematika harus berkaitan dengan dunia nyata sehingga menjadi
lebih bermakna dan membuat siswa merasa bahwa matematika berguna bagi kehidupan. dengan adanya. Oleh karena masalah di atas maka perlu
dilaksanakannya model
pembelajaran yang
membuat siswa
dapat mengembangkan kemampuan komunikasi dan kemampuan disposisi komunikasi.
Salah satu model pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan-
kemampuan tersebut adalah model PBL. Dengan model pembelajaran ini siswa dapat berkembang kemampuan komunikasi matematika yaitu pada saat siswa
mendiskusikan masalah kehidupan nyata ke dalam bentuk kalimat matematika atau menafsirkan dari situasi ke dalam diagram atau sebaliknya. Materi SPLDV
dapat membantu menyalurkan kemampuan komunikasi matematikanya yakni terlihat dari materi yang yang berupa masalah dalam kehidupan sehari-hari dan
memfasilitasi disposisi komunikasi.
LKPD yang dikembangkan berupa LKPD yang dirancang secara khusus. LKPD yang dibuat memiliki komponen-komponen yang dapat membantu dan menuntun
mereka memahami isi serta mencapai tujuan pembelajaran dengan menggunakan model PBL dapat memfasilitasi kemampuan komunikasi dan disposisi
komunikasi.