II
.
TINJAUAN PUSTAKA
A. TINJAUAN PUSTAKA
1. Belajar Matematika
Belajar merupakan kegiatan yang dilaksanakan secara terus menerus dengan tujuan memperoleh pengetahuan, ketrampilan, dan perbaikan sikap. Pengertian
belajar menurut Gagne, Berlier, dan Hilgard 1970 : 256 dalam Hanafiah Suhana 2010: 7 yaitu suatu proses perubahan perilaku yang diakibatkan oleh
pengalaman. Pengalaman memegang peranan yang cukup penting dalam belajar karena dari pengalaman itulah pengetahuan didapatkan. Belajar berhubungan
dengan pengalaman dan merupakan perubahan tingkah laku seseorang. Hal ini sejalan dengan pendapat Woolfolk dan Nicolish 1980 dalam Hosnan 2014.
“Belajar adalah perubahan tingkah laku yang ada di dalam diri seseorang sebagai hasil dari pengalaman. Belajar adalah 1 berusaha memperoleh kepandaian ilmu,
2 berubah tingkah laku atau anggapan yang disebabkan oleh pengalaman, 3 perubahan tingkah laku yang relatif permanen sebagai hasil pengalaman.
”
Belajar merupakan suatu proses untuk mendapatkan pengetahuan. Hal ini sejalan dengan pendapat Anthony Robbins dalam Rusman 2011: 6 yang mendefinisikan
belajar sebagai proses menciptakan hubungan antara sesuatu pengetahuan yang baru. Pengetahuan adalah informasi yang disadari oleh seseorang dan
18 pengetahuan itu didapat dari proses belajar yang dibutuhkan untuk melakukan
suatu hal sehingga hal yang di kerjakan bisa berjalan dengan baik.
Siswa dapat dikatakan belajar yaitu pada saat mereka dapat menghasilkan suatu perubahan yang lebih baik pada dirinya.
Hal ini sejalan dengan pendapat Sunaryo dalam Komalasari 2011:2 belajar merupakan suatu kegiatan ketika seseorang
membuat atau menghasilkan suatu perubahan tingkah laku yang ada pada dirinya dan pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
Matematika merupakan aktifitas pemecahan masalah. Hal ini sesuai dengan pendapat De Corte 2004:280 dalam Machaba and Mokhele.
“Mathematics is no longer mainly conceived as a collection of abstract concepts and procedural skills to be mastered, but primarily as a set of human sense
making and problem- solving activities based on numerical modelling of reality”.
Indeed children should learn by understanding and not by rote. In order to understand mathematics, the teaching of concepts through everyday language and
the use of the immediate environment is critical and essential. ”
Hal ini bermakna matematika tidak lagi dipahami sebagai kumpulan konsep- konsep abstrak dan keterampilan prosedural yang harus dikuasai, tetapi diartikan
sebagai kumpulan pembuatan akal manusia dan kegiatan pemecahan masalah berdasarkan angka dan masalah nyata. Anak-anak harus belajar dengan
pemahaman dan bukan oleh hafalan. Untuk memahami matematika, siswa diajarkan dengan mengenalkan konsep yang menggunakan bahasa sehari-hari dan
masalah sekitar. Matematika memerlukan berbagai kemampuan untuk dapat dipecahkan yang terdiri dari masalah-masalah yang menantang. Hal ini sesuai
dengan pendapat Olya 1962 dalam Mann 2006.
19 “Defined mathematical knowledge as information and know-how. Of the two,he
regarded know-how as the more important, defining it as the ability to solve problems requiring independence ,judgment, originality, and creativity. A gifted
student of mathematics possesses all of these characteristics and needs the opportunity to use them when solving challenging problems.
”
Hal ini bermakna pengetahuan matematika adalah sebagai informasi dan menge- tahui cara menyelesaikan atau mengerjakan permasalahan yang berhubungan
dengan matematika. Pengetahuan matematika merupakan kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah yang memerlukan kebebasan, pertimbangan,
keaslian, dan kreativitas. Siswa yang berbakat dalam matematika memiliki semua karakteristik tersebut yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah-masalah yang
menantang.
Matematika merupakan salah satu bidang ilmu yang dapat diaplikasikan dalam dunia nyata. Hal ini sesuai dengan pendapat Turmudi 2010 mengatakan bahwa
matematika adalah bidang ilmu yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan. Guru harus mampu membuat pembelajaran matematika memiliki kegiatan pemecahan
masalah, inquiry dan kegiatan-kegiatan eksperimen untuk bereksplorasi dan berinvestigasi secara kontekstual.
Berdasarkan uraian di atas jadi dapat disimpulkan belajar matematika adalah suatu proses perubahan tingkah laku untuk mendapat pengetahuan yang baru dalam
bidang matematika, ketrampilan matematika, sikap yang mendukung kegiatan matematika, dan merupakan kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah
yang menantang.
20
2. Problem Based Learning
Problem Based Learning menggunakan permasalahan nyata dalam pembelajaran. PBL menggunakan masalah dunia nyata dengan memanfaatkan sumber
pengetahuan yang beragam. Hal ini sesuai dengan pendapat Tan 2003, h. 30 dalam Amir 2015 karakteristik yang tercakup dalam proses PBL adalah masalah
digunakan pada saat awal pembelajaran, masalah yang digunakan merupakan masalah dunia nyata yang disajikan secara mengambang ill
–structured, masalah menuntut perspektif majemuk multiple perspective, masalah membuat pemelajar
tertantang untuk mendapatkan pembelajaran yang baru, PBL mengutamakan belajar mandiri self-direction learning, PBL memanfaatkan sumber pengetahuan
yang beragam yang tidak hanya dari satu sumber saja, dan pembelajaran dalam PBL ini pembelajarannya kolaboratif, komunikatif, dan kooperatif yang membuat
pemelajar bekerja dalam kelompok, berinterakasi, saling mengajarkan peer teaching, dan melakukan presentasi.
PBL memiliki karakteristik bekerja secara kelompok dan saling berinteraksi dalam kelompok kecil sehingga dapat menyelesaikan masalah nyata bersama-
sama. Hal ini sesuai dengan pendapat Li 2012. “PBL stands within the philosophy of social constructivism Savery and Duffy
1995, which emphasises that learning is a social process, not a product. In general, it involves three main characteristics. The first is that the content is
organised as a problem or a series of problems, rather than in textbook form. The second is that students work as groups to solve problems and learn from small
group collaborative interactions rather than being taught by the teacher. The third is the student-centred situation: students are not in classrooms waiting for
their teachers to give them instruction, but are there to construct knowledge and to establish a new level of knowledge.
”