sangat dipengaruhi oleh musim Deu et al. 1994. Jika dibandingkan dengan logam Timbal, konsentrasi logam berat Cu dan Zn akan lebih tinggi pada saat
musim hujan dibandingkan pada saat musim kemarau. Hal ini dikarenakan limbah industri maupun limbah domestik yang mengandung logam berat tersebut
terkumpul di darat selama musim kemarau, lalu pada saat musim hujan terbawa oleh air hujan ke perairan. Saat musim kemarau kelarutan Timbal juga akan lebih
tinggi dibandingkan logam Cu dan Zn. Nilai Pb lebih tinggi daripada musim hujan, karena pada saat musim kemarau debit air rendah, sehingga nilai Pb di
perairan lebih tinggi dibandingkan logam Cu dan Zn. Berikut ini merupakan tabel standar internasional baku mutu logam yang terdapat di sedimen Dutch Quality
Standards for Metals in Sediments .
Tabel 10. Baku mutu logam berat yang terdapat di sedimen ppm.
Metal Level
Target Level
Limit Level
Tes Level
Intervensi Level
Bahaya
Arsen 29
55 55
55 150
Kadmium
0.8 2
7.5 12
30
Kromium 100
380 380
380 1000
Tembaga 35
35 90
190 400
Merkuri 0.3
0.5 1.6
10 15
Timbal
85 530
530 530
1000
Nikel 35
35 45
210 200
Seng 140
480 720
720 2500
Sumber: IADCCEDA 1997.
Definisi masing-masing tingkatan baku mutu pada Tabel 10, adalah sebagai berikut:
a. Level target. Jika konsentrasi kontaminan yang ada pada sedimen memiliki nilai yang lebih kecil dari nilai level target, maka substansi yang
ada pada sedimen tidak terlalu berbahaya bagi lingkungan.
b. Level limit. Jika konsentrasi kontaminan yang ada di sedimen memiliki nilai maksimum yang dapat ditolerir bagi kesehatan manusia maupun
ekosistem. c. Level tes. Jika konsentrasi kontaminan yang ada di sedimen berada pada
kisaran nilai antara level limit dan test level, maka dikategorikan sebagai tercemar ringan.
d. Level intervensi. Jika konsentrasi kontaminan yang ada di sedimen berada pada kisaran nilai antara level tes dan level intervensi, maka dikategorikan
sebagai tercemar sedang. e. Level bahaya. Jika konsentrasi kontaminan hanya untuk logam berat
berada pada nilai yang lebih besar dari baku mutu level bahaya maka harus dengan segera dilakukan pembersihan sedimen.
2.4 Bioakumulator dan Bioindikator
Secara alami unsur-unsur logam berat yang berada di perairan laut sudah ada dengan kadar yang rendah yaitu sekitar 10
-2
– 10
-5
ppm Hutagalung 1984, sehingga apabila kandungan logam berat di perairan melebihi nilai tersebut berarti
ada masukan dari sumber lain, dalam hal ini berarti bahan pencemar yang berasal dari berbagai aktivitas termasuk buangan limbah produksi dari pabrik. Limbah
buangan dari industri ini jika tidak dikelola dengan baik dapat memberikan pengaruh yang buruk bagi lingkungan terutama perairan sekitar yang akan
tercemar oleh logam berat. Industri yang berpotensi untuk menghasilkan limbah buangan berupa logam berat adalah industri pengolahan logam, electroplating
proses pelapisan suatu permukaan logam dengan logam lain dengan menggunakan arus listrik katoda-anoda Wikipedia 2005, pestisida, konduktor
listrik, pertambangan dan masih banyak lagi yang menggunakan bahan baku pengolah produksi yang mengandung unsur logam berat. Pestisida dari limbah
pertanian yang dihasilkan mengandung bahan campuran dari logam berat juga dapat menjadi sumber pencemar di perairan.
Bahan pencemar yang masuk ke dalam perairan akan mengalami tiga macam proses yaitu proses fisika, kimia da n biologi. Proses biologi ini akan
berkaitan dengan proses metabolisme yang terjadi di dalam tubuh makhluk hidup
sehingga memungkinkan terjadinya akumulasi secara biologis yang disebut bioakumulasi. Di dalam perairan ada tiga media yang dapat dipakai sebagai
indikator pencemaran logam berat yaitu air, sedimen dan organisme hidup. Setiap perairan alami akan dihuni berbagai makhluk hidup dengan trofik levelnya
masing-masing. Masuknya bahan pencemar akan membunuh organisme yang paling sensitif sehingga bila bahan pencemar terus masuk maka organisme yang
paling sensitif berikutnya akan mati. Sebagai contoh fitoplankton akan dimangsa oleh zooplankton, zooplankton tersebut akan dimangsa ikan-ikan kecil diikuti
dengan pemangsaan ikan kecil oleh ikan yang lebih besar seperti ikan cucut, tuna, termasuk juga ikan alu-alu. Sehingga konsentrasi akan sangat tinggi pada
organisme konsumen tingkat tinggi, termasuk manusia dimana ikan merupakan salah satu sumber pakan yang berprotein tinggi Ratkowsky 1975 yang diacu
dalam Hutagalung 1984. Konsentrasi logam berat tertinggi yang akan diserap oleh biota ditemukan
pada invertebrata dari jenis ”filter feeder” Plasket dan Potter 1979 yang diacu dalam Hutagalung 1984. Hal ini dikarenakan logam berat yang masuk ke dalam
tubuh organisme khususnya biota laut akan masuk melalui rantai makanan, hanya sedikit sekali logam berat yang berada bebas dalam air akan diserap langsung ke
dalam tubuh Pentreath 1973 yang diacu dalam Waldichuk 1974. Bioakumulasi akan terjadi karena logam berat yang diserap organisme akan cenderung
membentuk senyawa kompleks dengan zat-zat organik yang terdapat di dalam tubuh organisme sehingga logam berat akan terfiksasi dan tidak akan terekskresi
oleh organisme tersebut Waldichuk 1974. Menurut Palar 2004, toksisitas atau daya racun yang dimiliki oleh toksikan
logam berat memiliki efek yang berbeda pada tubuh. Hal ini juga terkait dengan sifat, konsentrasi, lama paparan logam berat itu sendiri. Bentuk serangan
toksisitas tersebut adalah : v Toksisitas fisika
Bentuk serangan yang ini cenderung menimbulkan efek penghancuran sel-sel dermatitis. Penyebab utama hal tersebut adalah karena faktor radiasi, dimana
dalam intensitas tinggi dapat menyebabkan penghancuran lapisan mukosa
kulit. Contoh dari efek toksisitas fisika adalah kulit kering, kulit pecah-pecah dan iritasi.
v Toksisitas kimia Bentuk serangan secara kimia memiliki variasi yang lebih luas. Sebagai
contoh, asam-asam kuat yang berhubungan langsung dengan mata, kulit, atau saluran pencernaan dapa t menyebabkan kerusakan jaringan bahkan kematian
sel. Logam merkuri dalam fungsi metabolisme tubuh akan menghalangi kerja enzim, padahal enzim memiliki fungsi sebagai katalisator yaitu substansi yang
mendorong laju proses metabolisme di dalam tubuh. v Toksisitas fisiologis
Bentuk serangan secara fisiologis terkait dengan keberadaan logam berat yang mensubstitusikan keberadaan gugus logam yang berfungsi sebagai ko-faktor
enzim dalam fungsi fisiologis tubuh. Hal ini menyebabkan proses fisiologis tubuh yang mengatur keseimbangan metabolisme tubuh agar suatu makhluk
hidup bertahan hidup dalam lingkungannya menjadi terganggu. Faktor konsentrasi didefinisikan sebagai perbandingan antara kadar logam
berat dalam tubuh dan dalam air. Besar nilai faktor konsentrasi sangat tergantung pada jenis logam berat, jenis organisme, lamanya pemaparan, serta kondisi fisika
kimia perairan seperti pH, temperatur dan salinitas. Misalkan, ikan yang dipelihara dalam air yang mengandung Cd
2+
= 10 ppm dapat mengandung Cd
2+
sampai 113 ppm. Sedangkan jenis moluska dapat mengakumulasi unsur tersebut hingga 352 kali lebih tinggi dari kadarnya dalam perairan Eisler 1971 yang diacu
dalam Waldichuk 1974. Hasil penelitian dari Waldichuk 1974 menunjukkan kenaikan suhu,
penurunan pH dan salinitas perairan dapat menyebabkan tingkat bioakumulasi semakin meningkat. Sehingga konsentrasi logam yang terkandung dalam tubuh
suatu organisme akan semakin beracun atau dengan kata lain tingkat toksisitasnya semakin tinggi. Menurutnya urutan daya rac un logam berat adalah : Hg
2+
Cd
2+
Ag
2+
Ni
2+
Pb
2+
As
2+
Cr
2+
Sn
2+
Zn
2+
. Menurut Romimohtarto 1991 menyatakan bahwa sifat maupun kondisi
bahan pencemar yang masuk ke dalam perairan akan ditentukan oleh beberapa faktor yang dialaminya, yaitu :
a. Pengenceran dan proses pengadukan yang diakibatkan turbulensi dari arus laut.
b. Proses pemekatan melalui : •
Proses biologis yang akan terkait dengan konsep bioakumulasi yaitu dimana bahan pencemar yang terkonsumsi oleh biota konsumen tingkat
rendah akan dikonsumsi kembali oleh predator yang trofik levelnya lebih tinggi.
• Proses fisika maupun kimia yaitu melalui proses adsorbsi, pertukaran ion,
dan sedimentasi yang terjadi di dasar perairan. c. Terbawa langsung oleh arus dan biota terutama nekton. Pola penyebara n
bahan pencemaran pun akan tergantung pada luas daerah sebaran yang akan mengalami proses yang berbeda-beda sehingga berpengaruh juga pada
pengendapan bahan-bahan pencemar tersebut. Menurut Romirill 1971 dan Mandelli 1976 yang diacu dalam Hutagalung
1984, unsur -unsur logam berat dapat masuk kedalam tubuh organisme melalui rantai makanan, insang dan proses difusi yang terjadi dipermukaan kulit,
sedangkan proses pengeluaran logam berat dari dalam tubuh makhluk hidup itu sendiri dapat melalui proses ekskresi urin maupun feses.
2.5 Biologi Ikan Alu-alu