Analisa Histopatologis pada Organ Ikan Alu-alu

Ikan alu-alu termasuk kedalam ikan predator karnivora yang akan memangsa dengan buas ikan-ikan kecil, cephalopoda dan krustasea seperti udang dan kepiting. Ikan ini cukup banyak ditemukan di perairan Samudera Hindia. Tingkah laku hidupnya saat masih individu muda cenderung untuk menggerombol schooling berenang sepanjang daerah pesisir bahkan dapat mencapai laguna, akan tetapi pada individu dewasa akan cenderung menyendiri soliter Mojeta 1992. Pada beberapa daerah, ikan alu-alu merupakan ikan ekonomis penting, hal ini dikarenakan dagingnya memiliki rasa yang cukup enak dan gurih namun harganya yang cukup mahal - terutama jika sudah masuk restoran-restoran besar yang menyajikan hidangan laut sea food - menyebabkan tidak semua orang dapat memakannya. Namun pada beberapa kasus ditemukan bahwa daging ikan alu-alu bisa saja beracun, hal ini tergantung dari jenis ikan prey yang dimakannya Mojeta 1992. Waktu memijahnya adalah antara bulan November sampai Januari dengan habitat tempat memijahnya di perairan dalam dekat dengan cekungan benua, dimana telur -telur yang telah dikeluarkan akan terbawa arus hingga ke tepi daratan atau pesisir pantai. Juvenil-juvenil muda akan tinggal di ekosistem mangrove, lamun ataupun daerah pesisir lainnya yang terlindung dari gangguan predator www.fishbase.org 2005.

2.6 Analisa Histopatologis pada Organ Ikan Alu-alu

Menurut Banks 1986, histologi merupakan cabang ilmu biologi anatomi yang mempelajari tentang susunan struktur sel-sel yang memiliki fungsi fisiologi yang sama tersusun menjadi satu jaringan yang kompleks. Saat terjadi perubahan dalam struktur sel akibat terkena penyakit, bakteri, adanya substansi berbahaya seperti logam berat, maupun karena terjadinya perubahan faktor fisika suhu dan kimia salinitas, pH, DO lingkungan, hal tersebut menunjukkan bahwa telah terjadi atau bahkan sedang berlangsung perubahan pada kondisi lingkungan dimana ikan tersebut berada. Analisa histologi dapat menjadi parameter yang sangat sensitif dan menjadi sangat penting didalam menentukan perubahan struktur sel yang terjadi di organ dalam seperti ginjal, hati dan gonad Dutta 1996 yang diacu dalam Anonymous 2005. Menurut Banks 1986, nekrosis yang terjadi pada sel dapat dikenali secara morfologi dari kerusakan yang terjadi pada inti sel; terjadi homogenisasi sitoplasma; serta peningkatan jumlah eosinofil. Nekrosis sel sangat tergantung dari seberapa tinggi tingkat kerusakan dan lamanya sel mengalami kerusakan. Kerusakan pada inti sel terdiri dari: pyknosis dimana terjadi penyusutan inti; karyolysis dimana inti akan terdissolusi; karyorrhexis yaitu dimana inti akan mengalami fragmentasi Banks 1989 dan Copenhaver 1978. Kondisi akut menggambarkan sel yang mengalami kerusakan dalam waktu singkat namun bersifat mematikan lethal; membran sel akan pecah sehingga isi sel seluruhnya akan ter -dissolusi; terjadi pada sejumlah grup sel. Sedangkan pada kondisi kronis, sel mengalami kerusakan dalam jangka waktu cukup lama dan bersifat sub-letal; inti sel dan sitoplasma akan sangat mengkisut. Gangguan lainnya dalam tubuh dapat berupa gangguan metabolisme sel, gangguan sirkulasi dan radang Banks 1989 dan Copenhaver 1978. Tingkat pencemaran di dalam lingkungan perairan dapat diketahui dengan melakukan pengamatan konsentrasi bahan toksik yang terdapat pada organisme yang ada dalam hal ini adalah ikan. Tingkat pencemaran logam berat yang terdapat pada organisme perairan juga sangat tergantung dari rantai makanan. Hal ini disebabkan logam berat dapat masuk ke dalam rantai makanan Farkas et al., 2002 yang diacu dalam Olojo et al., 2004 dan akan menggantikan keberadaan substansi yang memang diperlukan oleh tubuh Chanin 1985 yang diacu dalam Olojo et al., 2004, sehingga keberadaannya dapat merusak fungsi metabolisme tubuh dan dapat menyebabkan penyakit kronis jika organisme tersebut terpapar dalam konsentrasi bahan toksik yang tidak terlalu tinggi namun dalam jangka waktu yang lama; maupun penyakit akut yang dapat menyebabkan kematian organisme dalam waktu sesaat akibat dari konsentrasi bahan toksik yang sangat tinggi Farkas et al. , 2002 yang diacu dalam Olojo et al. , 2004.

III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Lokasi

Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober hingga Desember 2004 yang meliputi kegiatan pengambilan sampel di lapangan dan analisa data di laboratorium. Lokasi pengambilan contoh ikan dilakukan di sekitar perairan Pantai Marina Ancol, Teluk Jakarta. Lokasi sampling ikan dilakukan pada 3 titik sampling yaitu stasiun 1, 3, dan 4 yang akan digunakan sebagai data primer dalam penelitian ini; sedangkan lokasi sampling air dan sedimen dilakukan pada 4 titik sampling yaitu stasiun 1, 2, 3, 4 dengan masing-masing ulangan sebanyak 4 kali, data yang didapat pada air dan sedimen akan digunakan sebagai data sekunder dikarenakan penulis mendapatkannya dari UPT Laboratorium Lingkungan - Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah DKI Jakarta. Analisa sampel kandungan logam berat di dalam organ tubuh ikan dilakukan di Laboratorium Terpadu FKH-IPB, Bogor. Lokasi-lokasi pengamatan tersebut terlihat pada Gambar 4 berikut ini : Gambar 4. Peta lokasi pengambilan contoh ikan • serta air dan sedimen di Teluk Jakarta pada bulan Oktober 2004.