IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Kandungan Pb dan Cd pada Perairan
Logam berat timah hitam Pb dan kadmium Cd yang terkonsentrasi pada badan perairan di keempat stasiun yang diamati rata -rata memiliki nilai
konsentrasi yang masih berada di bawah batas yang dapat ditoleransi. Keberadaan kedua logam tersebut di sampel air yang diambil setelah dilakukan uji
analisa dengan menggunakan alat Atomic Absorption Spectrophotometric AAS ternyata tak terdeteksi, dengan kata lain memiliki konsentrasi dibawah 0.0001
mgl batas deteksi alat yang digunakan. Menurut EPA 1987 yang diacu dalam Laws 1993 menyatakan bahwa batas konsentrasi maksimum logam berat timah
hitam di perairan laut adalah sebesar 140 ppb dan untuk logam kadmium 43 ppb. Sedangkan nilai baku mutu kandungan logam berat timah hitam di perairan untuk
kehidupan biota laut yang masih ditolerir menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 51Men KLHI2004 adalah sebesar 0.008 ppm dan untuk
kadmium adalah 0.001 ppm. Sepintas hal ini mungkin menunjukkan bahwa di perairan Teluk Jakarta
tidak tercemar oleh logam berat timah hitam maupun kadmium, jika hanya dilakukan analisa contoh air laut yang berada di badan perairan. Konsentrasi
logam timah hitam yang tidak terdeteksi di badan perairan diduga karena terlalu banyaknya logam timah hitam yang masuk ke perairan secara terus menerus
kontinuitas tinggi namun keberadaannya akan terakumulasi di dalam sedimen atau dengan kata lain logam timah hitam akan mengalami pengendapan. Menurut
Leckie dan James 1974 yang diacu dalam Connel dan Miller 1995, logam yang terdapat di perairan dalam bentuk terlarut biasanya merupakan ion-ion sederhana
maupun ion kompleks, kelat, atau komple ks organo-logam yang tidak terionisasi. Namun begitu beberapa faktor seperti pH; jenis dan kepekatan ligan dan zat-zat
pengkelat; keadaan oksidasi komponen mineral dan lingkungan redoks, akan turut mempengaruhi kelarutan logam berat di suatu perairan. Namun diasumsikan pula
bahwa keberadaan arus dan gelombang air laut yang kuat di sekitar lokasi pengamatan juga berperan dalam menentukan keberadaan logam timah hitam di
badan perairan. Hal ini dikarenakan arus dapat mengaduk massa air yang ada di
dekat dasar perairan maupun yang berada di sedimen sekalipun sehingga keberadaannya di perairan tidak akan terkonsentrasi hanya di tempat tertentu saja.
Keberadaan logam kadmium di perairan yang tidak terdeteksi juga diduga karena memang keberadaannya yang berasal dari sumber pencemar industri
sudah mengalami reduksi atau jumlah penggunaan logam berat kadmium di dalam proses produksi sudah dikurangi atau sudah mulai disubstitusikan dengan
menggunakan substansi lain yang lebih ramah lingkungan. Sebagai data pembanding adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui sumber dari
beberapa logam berat – diantaranya Cd – dalam perairan Teluk New York Mueller et al. 1979 yang diacu dalam Palar 2004. Data yang didapat dalam
penelitian tersebut menunjukkan bahwa sumber Cd dalam badan perairan yang terkontribusi dari limbah industri sangat sedikit yaitu 0,6 dari total kandungan
Cd yang ada. Kontribusi paling besar dari logam Cd justru berasal dari limbah padat yaitu sebesar 82 , sedangkan limbah yang berasal dari limbah cair rumah
tangga dan aliran dari pemukiman perkotaan adalah 5 . Hal ini diduga erat ada kaitannya dengan peringatan keras yang diserukan oleh beberapa lembaga-
lembaga di dunia yang bergerak dibidang lingkungan hidup - seperti greenpeace, akan baha ya pencemaran logam kadmium, sehingga apabila suatu industri
kedapatan secara nyata mencemari perairan dengan kadmium maka dapat saja dicabut ijin buka usahanya.
Faktor lain yang mungkin menjadi penyebab tidak terdeteksinya logam berat yang diteliti adalah sensitifitas alat yang digunakan. Sensitifitas deteksi
kandungan logam mesin yang digunakan hanya sebatas 0.0001 ppm.
4.2 Kandungan Pb dan Cd pada sedimen