Respon Histopatologis Organ Dalam Ikan Alu-alu Terhadap Logam

beberapa jenis ikan pelagis kecil seperti ikan petek Leiognathus sp. dan ikan sokang Triacanthus nieuhofii, kandungan logam Pb dan Cd yang terdapat pada tubuhnya justru lebih besar dari kandungan logam serupa yang terdapat dalam ikan alu-alu. Begitu pula yang terjadi pada jenis kerang hijau Perna viridis. Pada ikan-ikan pelagis kecil lainnya seperti ikan beloso Saurida tumbil, ikan lidah Cynoglossus sp., ikan jenaha Lutjanus sp., serta jenis krustasea seperti kepiting Scylla serrata masing-masing memiliki kandungan logam kadmium yang lebih besar dari yang terakumulasi pada tubuh ikan alu-alu, namun ikan-ikan termasuk kepiting tersebut memiliki konsentrasi logam timah hitam yang lebih kecil dari ikan alu-alu. Akumulasi yang lebih besar lagi akan terjadi jika ikan- ikan pelagis kecil tersebut dimangsa oleh ikan dengan trofik level yang lebih tinggi. Dalam hal ini jika dilihat dari aspek biologis dan kebiasaan hidup ikan alu-alu yang akan memangsa ikan-ikan kecil maupun organisme jenis krustasea, dan cephalopoda, maka diduga ikan-ikan pelagis kecil tersebut maupun kepiting yang ada di perairan Teluk Jakarta merupakan mangsa prey ikan alu -alu yang menyebabkan akumulasi logam berat yang tinggi dalam tubuhnya. Namun hal yang menjadi perhatian disini adalah kerang hijau Perna viridis - yang notabene merupakan organisme yang hidupnya menetap sesille dan mempunyai sifat akumulasi terhadap substansi-substansi beracun termasuk di dalamnya logam berat, memiliki kandungan logam Pb maupun Cd yang tinggi pada organ-organ seperti hepatopankreas, insang, dan daging. Hal tersebut juga membuktikan kalau pencemaran yang terjadi di Teluk Jakarta memang sudah berada dalam kondisi memprihatinkan dan memerlukan penanganan yang lebih lanjut terhadap upaya pengendalian pencemaran yang terjadi.

4.4 Respon Histopatologis Organ Dalam Ikan Alu-alu Terhadap Logam

Berat Pb dan Cd Beberapa organ dalam ikan alu-alu yang dilakukan analisa histopatologinya menunjukkan kerusakan jaringan organ yang beragam, hal ini dapat dijadikan indikasi positif adanya pencemaran perairan oleh logam berat maupun oleh substansi lainnya yang menyebabkan struktur sel mengalami kerusakan. Mengacu pada Anonymous 2005 yang menyatakan efek kerusakan dari suatu substansi yang toksik karena adanya pencemaran dapat dilihat pertama kali dari analisa tingkat sel atau jaringan sebelum terlihat pada perubahan tingkah laku maupun penampakan dari luarnya. Gambar 9 berikut menunjukkan kerusakan dari jaringan daging ikan alu-alu yang ada di perairan Teluk Jakarta : Gambar 9. Histopatologi daging ikan alu -alu x 10; a Degenerasi myofibril; b Gumpalan retikulum sarkoplasmik; c Myofibril yang sudah tidak berbentuk normal Riani 2005. Terlihat bahwa susunan myofibril pada organ daging tela h mengalami degenerasi yaitu mengalami perubahan bentuk seperti berliku-liku A, terdapat beberapa retikulum sarkoplasmik yang tergabung menjadi satu sehingga terlihat berupa gumpalan putih B, maupun susunan miofibril yang sudah tidak berbentuk C. Sebagai perbandingan, berikut ditampilkan beberapa hasil penelitian dari Ferreira et al. 2003 yang ingin mengetahui pengaruh pencemaran logam berat merkuri Hg terhadap organ dalam hati dan daging ikan Hoplias malabaricus yang berasal dari 4 danau di daerah utara Rio de Janeiro, Brazil yaitu Cima Lake, Campelo Lake, Feia Lake, dan Taquarucu Lake. Penelitian tersebut dilakukan Ferreira dikarenakan menurutnya pengaruh logam merkuri akan sangat berbahaya bagi ikan, yang pada akhirnya jika dikaitkan dengan proses rantai makanan, maka manusia akan menjadi sasaran terakhir bioakumulasi logam berat merkuri tersebut. Pada gambar histologi daging ikan Hoplias malabaricus yang terkontaminasi logam raksa Hg dibawah ini Ferreira et al. 2003 menunjukkan struktur miofibril yang masih normal maupun yang sudah mengalami kelainan. B B A C Gambar 10. Histologi miofibril ikan Hoplias malabaricus; a Histologi struktur miofibril normal x 12000; b Histopatologi miofibril akibat kontaminasi logam Hg x 4400 Ferreira et al. 2003. Gambar 11. Histopatologi miofibril ikan Hoplias malabaricus; a Histopatologi retikulum sarkoplasmik yang menggerombol x 12000; b Histopatologi retikulum sarkoplasmik yang menggabungkan diri x 20000 Ferreira et al. 2003. Organ ginjal pada ikan alu-alu yang terpapar pada perairan yang sudah tercemar logam timah hitam dan kadmium jika dilihat secara histologis pun sudah mengalami kelainan struktur sel histopatologis seperti yang terlihat pada Gambar 12 di bawah ini: A B A B Gambar 12. Histopatologi ginjal ikan alu-alu x 40; a Terjadi pembentukan rongga udara vacuolation; b Terjadi degenerasi inti sel Riani 2005. Gambar 13. Histopatologi ginjal ikan alu-alu x 40. Panah menunjukkan sel-sel nefron yang mengalami peradangan nephritis Riani 2005. Pada Gambar 12 histologi ginjal alu-alu di atas, terlihat pengaruh kontaminasi logam berat pada ikan alu -alu berupa degenerasi inti sel B, serta terjadi pembentukan rongga -rongga vakuola vacuolation A. Sedangkan Gambar 13 menunjukkan sel-sel nefron yang mengalami peradangan - yang lebih dikenal dengan sebutan nephritis Hibiya 1982, sebagai akibat dari adanya kontaminasi organ oleh senyawa atau substansi toksik yang meskipun keberadaannya sangat sedikit pada tubuh namun begitu mempengaruhi terhadap kerusakan organ. Namun menurut Tarmuzi komunikasi pribadi 2005, vacuolation yang ada merupakan lemak yang terbentuk – berwarna putih dikarenakan pewarnaan Hematoksisilin dan Eosin H.E, denagn pembesaran yang lebih kuat lagi barulah dapat diketahui lemak tersebut ber-rongga atau tidak. A B Sebagai data pembanding maka berikut juga akan ditampilkan hasil penelitian Bhuiyan et al. 2001 yang ingin mengetahui tingkat kerusakan di beberapa jaringan seperti hati, ginjal, dan ovarium ikan Channa punctatus sebagai akibat dari paparan sumithion O, O-dimethyl-O-3-methyl-4-nitrophenyl phosphothionate yang berasal dari limbah pestisida pertanian. Metode penelitian yang dilakukan Bhuiyan et al. adalah dengan cara melakukan bioassay. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa paparan sumithion sangat mempengaruhi kerusakan pada jaringan organ dalam yang diamati. Berikut merupakan histologi ginjal ikan Channa punctatus yang terekspos sumithion Gambar 14 Bhuiyan et al. 2001. Gambar 14. Histologi ginjal ikan Channa punctatus ; a Histologi ginjal normal x 50; b Histologi struktur ginjal yang mengalami kelainan akibat terekspos sumithion x 50 Bhuiyan et al. 2001. Menurut hasil penelitian yang diperoleh Bhuiyan et al. 2001 bahwa jika dilihat dari struktur sel ginjal yang terkontaminasi sumithion, sel ginjal mengalami banyak perubahan seperti terjadinya pembentukan rongga-rongga vacuolation, degenerasi tubuli ginjal dan sel-sel hematopoietic. Selain itu disebutkan juga terjadi nekrosis kematian sel, pyknosis penyusutan inti dan hemorrhage pendarahan pada sel ginjal. Organ hati ikan alu-alu yang terpapar logam berat pun mengalami kelainan yaitu berupa pendarahan hemorrhage atau yang lebih tepatnya adalah pembendungan sel-sel darah merah congesti Tarmuzi, komunikasi pribadi 2005. Pada gambar hasil histologi yang didapat, yang terlihat adalah gumpalan- gumpalan sel-sel darah merah eritrosit yang terkonsentrasi disuatu tempat A B ditunjukkan oleh panah. Hal ini dapat dilihat dengan jelas pada Gambar 15 berikut: Gambar 15. Histopatologi hati ikan alu -alu x 20 Riani 2005. Panah menunjukkan kelainan congesti. Pada beberapa studi penelitian lainnya seperti hasil penelitian dari Bhuiyan et al . 2001, disimpulkan bahwa pada organ hati ikan Channa punctatus yang terekspos sumithion menunjukkan kelainan-kelainan seperti pecahnya pembuluh darah, pyknosis, nekrosis ringan, dan pembentukan rongga-rongga vacuolation. Disamping itu juga terjadi pendarahan hemorrhage sebagai akibat keluarnya sel- sel darah merah dari pembuluhnya yang sudah pecah. Gambaran jelasnya terlihat pada Gambar 17 berikut ini: Gambar 16. Histologi hati normal ikan Channa punctatus x 50 Bhuiyan et al. 2001. Gambar 17. Histopatologi hati ikan Channa punctatus x 50 Bhuiyan et al. 2001. Penelitian yang dilakukan Ferreira et al. 2003 yang ingin melihat pengaruh kontaminasi logam raksa Hg terhadap perubahan histologi daging dan hati ikan spesies Hoplias malabaricus, terbukti bahwa logam raksa berpengaruh terhadap struktur sel mitochondria maupun retikulum endoplasmik. Secara umum mereka mengatakan telah terjadi perubahan seperti menyebarnya retikulum endoplasmik dan terdapatnya se jumlah kecil mitokondria yang terkonsentrasi di dekat nukleus. Berikut ini adalah gambar histologi organ hati ikan Hoplias malabaricus Gambar 18: Gambar 18. Histologi hati ikan Hoplias malabaricus; a Histologi hati dengan pertumbuhan retikulum endoplasmik x 7000; b Retikulum endoplasmik x 20000. N = nukleus; m = mitokondria; er = retikulum endoplasmik Ferreira et al. 2003. Insang ikan merupakan salah satu media masuknya berbagai macam partikel tersuspensi yang ada di perairan, selain melalui kulit dan sistem pencernaan. Semakin lama paparan logam berat yang ada di perairan, maka pengaruh kerusakan pada organ insang akan sangat terlihat melalui histologi. Namun begitu kerusakan jaringan insang dapat saja disebabkan oleh faktor lain, tidak hanya oleh logam berat Kamal, komunikasi pribadi 2005. Histologi insang ikan alu-alu menunjukkan bahwa telah terjadi kelainan seperti degenerasi sel-sel lamella A yaitu lamella-lamella insang mengalami lisis atau hancur; deformasi lamella B yaitu keteraturan susunan lamella seperti insang normal sudah tidak terbentuk, dalam gambar yang ditunjukkan panah B lebih tepatnya disebut edema yaitu terputusnya pasangan insang Tarmuzi, komunikasi pribadi 2005. Hal tersebut dikarenakan normalnya insang ikan terdiri dari sepasang lamella sekunder yaitu sisi kiri dan kanan. Disamping itu juga terjadi tumpang tindih antara lamella primer dan lamella sekunder maupun antara lamella sekunder itu sendiri C. Gambar 19 berikut menunjukkan kerusakan-kerusakan yang terjadi pada insang: Gambar 19. Histopatologi insang ikan alu-alu x 4; a Degenerasi lamella; b Deformasi lamella; c Tumpang tindih antar lamella Riani 2005. Pada insang yang masih normal Olojo et al. 2004, susunan struktur dari lamella-lamella masih sangat teratur, terlihat antara lamella primer P dan lamella sekundernya S. Jaringan kartilago C yang berisi pembuluh darah juga masih terlihat solid. Berikut adalah contoh histologi insang normal dari ikan Clarias gariepinus : A B C Gambar 20. Histologi insang normal ikan Clarias gariepinus x 400; P = lamella primer, S = lamella sekunder, C = Jaringan kartilago Olojo et al. 2004. Organ limfa ikan alu-alu mengalami kelainan hemosiderin yaitu dimana terjadi penggumpalan sel-sel darah merah, sehingga akan terkonsentrasi membentuk gumpalan-gumpalan Wikipedia 2005. Umumnya kelainan organ seperti hemosiderin banyak terjadi pada organ limfa, hal ini dikarenakan organ limfa itu sendiri fungsinya memproduksi sel-sel darah merah Hibiya 1982. Hemosiderin terlihat sangat jelas dalam Gambar 21 berikut: Gambar 21. Histopatologi struktur limfa ikan alu -alu x 20 Riani 2005.

4.5 Kualitas Perairan Teluk Jakarta Saat Penelitian Berlangsung