Kandungan Pb dan Cd pada sedimen

dekat dasar perairan maupun yang berada di sedimen sekalipun sehingga keberadaannya di perairan tidak akan terkonsentrasi hanya di tempat tertentu saja. Keberadaan logam kadmium di perairan yang tidak terdeteksi juga diduga karena memang keberadaannya yang berasal dari sumber pencemar industri sudah mengalami reduksi atau jumlah penggunaan logam berat kadmium di dalam proses produksi sudah dikurangi atau sudah mulai disubstitusikan dengan menggunakan substansi lain yang lebih ramah lingkungan. Sebagai data pembanding adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui sumber dari beberapa logam berat – diantaranya Cd – dalam perairan Teluk New York Mueller et al. 1979 yang diacu dalam Palar 2004. Data yang didapat dalam penelitian tersebut menunjukkan bahwa sumber Cd dalam badan perairan yang terkontribusi dari limbah industri sangat sedikit yaitu 0,6 dari total kandungan Cd yang ada. Kontribusi paling besar dari logam Cd justru berasal dari limbah padat yaitu sebesar 82 , sedangkan limbah yang berasal dari limbah cair rumah tangga dan aliran dari pemukiman perkotaan adalah 5 . Hal ini diduga erat ada kaitannya dengan peringatan keras yang diserukan oleh beberapa lembaga- lembaga di dunia yang bergerak dibidang lingkungan hidup - seperti greenpeace, akan baha ya pencemaran logam kadmium, sehingga apabila suatu industri kedapatan secara nyata mencemari perairan dengan kadmium maka dapat saja dicabut ijin buka usahanya. Faktor lain yang mungkin menjadi penyebab tidak terdeteksinya logam berat yang diteliti adalah sensitifitas alat yang digunakan. Sensitifitas deteksi kandungan logam mesin yang digunakan hanya sebatas 0.0001 ppm.

4.2 Kandungan Pb dan Cd pada sedimen

Besar konsentrasi logam berat timah hitam Pb pada sedimen masih berada di bawah tingkat aman standar internasional baku mutu menurut Dutch Quality Standards for Metals in Sediments IADCCEDA 1997 . Mengacu pada baku mutu yang ada, dijelaskan bahwa pada level target, konsentrasi maksimum logam timah hitam adalah 85 ppm. Penjelasan yang terdapat pada Dutch Quality Standards for Metals in Sediments menyatakan bahwa jika konsentrasi kontaminan yang ada pada sedimen memiliki nilai yang lebih kecil dari nilai level target, maka substansi yang ada pada sedimen tidak terlalu berbahaya bagi lingkungan IADCCEDA 1997. Nilai konsentrasi kandungan logam berat timah hitam yang terdapat di dalam sedimen dapat dilihat pada Tabel 11 dan Gambar 5 berikut ini : Tabel 11. Konsentrasi timah hitam ppm pada sedimen. 5 10 15 20 25 30 35 40 45 Stasiun Pengamatan Konsentrasi Timah Hitam ppm Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Gambar 5. Kandungan logam Pb dalam sedimen perairan. Pada Tabel 11 maupun grafik diatas terlihat nilai rata -rata terendah diperoleh pada stasiun 4, sedangkan nilai rata-rata tertinggi ditemukan di stasiun 3. Konsentrasi logam berat pada tiga stasiun pertama 1, 2, dan 3 relatif tidak berbeda konsentrasinya. Tidak diketahui alasan mengapa pada ulangan ketiga dari stasiun ke-4 tidak terdeteksi nilai konsentrasi logam dibawah 0.0001 ppm. Salah satu faktor yang mungkin dapat menjadi penjelasan adalah diduga karena stasiun 4 berada pada daerah yang banyak arus, sehingga keberadaan logam timah itu sendiri di perairan maupun di sedimen menjadi tidak stabil. Keberadaan lokasi Stasiun Pengamatan Ulangan 1 2 3 4 1 32,64 23,91 27,13 13,34 2 26,13 32,82 31,71 14,09 3 30,56 35,48 43,28 4 39,58 31,4 28,21 13,57 Rata-rata 32,2275 ± 5.6033 30,9025 ± 4.9589 32,5825 ± 7.3947 13,6667 ± 0.3842 stasiun 4 berikut ulangannya yang dekat dengan daratan sebelah timur juga akan menyebabkan kondisi dasar perairan yang tergolong tidak tenang, hal ini dikarenakan gelombang yang menuju pantai akan memecah didekat tepi karena adanya bangunan pemecah gelombang. Keadaan seperti ini akan menyebabkan terjadinya pergolakan massa air yang akan menyebabkan teraduknya sedimen. Meskipun logam timah hitam yang terdapat pada sedimen masih berada di bawah baku mutu perairan, perlu diwaspadai pula keberadaannya pada biota laut seperti ikan-ikan demersal. Hal ini terkait dengan sistem rantai makanan yang ada, maka bukan hal yang mustahil bahwa konsentrasi timah hitam yang kecil akan menjadi besar terakumulasi pada biota dengan trofik level yang lebih tinggi. Logam berat timah hitam yang terakumulasi dalam biota yang dikonsumsi oleh manusia seperti ikan dan kerang-kerangan akan sangat membahayakan. Hal ini sejalan dengan pernyataa n Fostner dan Wittman 1983, keracunan logam berat timah hitam pada masa anak-anak akan menyebabkan kerusakan pada jaringan otak sehingga menyebabkan keterbelakangan mental serta menyebabkan masalah tingkah laku yang serius. Menurut Palar 2004, keracunan akibat kontaminasi logam timah hitam dapat menimbulkan hal-hal seperti : meningkatkan kadar ALA d-Amino Levulinic Acid atau asam amino levulinat dalam darah dan urin; meningkatkan kadar protoporphirin dalam sel darah merah; memperpendek umur sel darah merah; menurunkan jumlah sel darah merah; menurunkan kadar retikulosit sel-sel darah merah yang masih muda; serta meningkatkan kandungan logam Fe dalam plasma darah. Organ-organ tubuh yang banyak menjadi sasaran keracunan logam timah hitam adalah siste m syaraf, sistem ginjal, sistem reproduksi, sistem endokrin, dan jantung. Besar konsentrasi logam berat kadmium pada sedimen di perairan Ancol Teluk Jakarta masih tergolong aman bagi kehidupan biota yang ada menurut Dutch Quality Standards for Metals in Sediments yaitu di bawah 0.8 mgkg IADCCEDA 1997. Hal ini dikarenakan konsentrasi kadmium di sedimen yang dianalisa tidak terdeteksi oleh mesin AAS dibawah 0.0001 mgkg. Namun menurut EPA 1987 yang diacu dalam Laws 1993, besar konsentrasi logam berat kadmium dalam perairan maksimum yang masih diperbolehkan adalah sebesar 43 ppb. Sangat kecilnya konsentrasi logam berat kadmium dalam sedimen diduga karena tidak terjadi pembuangan limbah lumpur dari beragam sumber pencemaran seperti dari industri cat dan plastik, kegiatan penambangan, kegiatan ekstraksi dan pengolahan logam Zn, maupun kegiatan-kegiatan industri lainnya yang berada disekitar perairan yang berpotensi menimbulkan pencemaran di perairan Teluk Jakarta. Padahal apabila dilihat dari sifat logam kadmium itu sendiri yang cenderung untuk mengendap ke dasar perairan seharusnya logam tersebut banyak terakumulasi di dasar perairan. Secara alami logam-logam berat biasanya tidak akan hilang dari ekosistem perairan dan akan cenderung untuk mengakumulasi di sedimen Fostner dan Wittman 1983. Kemungkinan rendahnya konsentrasi logam kadmium dalam sedimen mengacu kepada Fostner dan Wittman 1983 kontaminasi logam kadmium memang tidak seluas logam-logam lainnya seperti merkuri, namun begitu sama berbahayanya bagi manusia. Hal ini dikarenakan menurut Fasset dan Don 1962 yang diacu dalam Yoga dan Sudarso 1997 bahwa keracunan logam berat kadmium dapat menyebabkan pengaruh pada sekresi kelenjar ludah, muntah yang berkelanjutan, sakit perut, vertigo, diare bahkan dapat hilang kesadarannya apabila seseorang mengkonsumsi ikan yang telah terakumulasi oleh logam berat kadmium cukup banyak.

4.3 Bioakumulasi Pb dan Cd pada Ikan Alu-alu