9 kota, dengan membawahi 584 Kecamatan, 5.201 Desa dan 609 Kelurahan BPS, 2002.
2.2. Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian Darojat 2004 yang berjudul ”Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Regional Terhadap Pertumbuhan Kesempatan Kerja di Propinsi Jawa
Barat Periode 1980-2002” yang dilakukan dengan menggunakan analisis regresi ini untuk mengetahui korelasi antara laju pertumbuhan ekonomi terhadap
pertumbuhan kesempatan kerja yang mampu diciptakan dalam proses pembangunan yang berkelanjutan. Kesimpulan yang dapat diambil menunjukkan
bahwa ternyata pengaruh laju pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat kesempatan kerja memberikan kontribusi yang cukup kuat atau signifikan. Hubungan Linier
yang ditunjukkan dari hasil analisis tentang pengaruh laju pertumbuhan ekonomi terhadap perkembangan yang cukup besar bagi penyerapan tenaga kerja untuk
kondisi di Propinsi Jawa Barat mengalami fluktuasi perkembangan yang cukup besar bagi penyerapan tenaga kerja oleh sektor-sektor ekonomi khususnya sektor
industri dan pertanian dimana besarnya kontribusi pengaruhnya pada sektor pertanian adalah 82,78 persen, sektor industri 43,64 persen. Dilihat dari
kontribusinya maka tingkat produktivitas dominan dipegang oleh sektor pertanian. Irawan 1994 menganalisis Pertumbuhan Ekonomi dan Kesenjangan
Antar Wilayah di Propinsi Jawa Barat Tahun 1986-1990 dengan menggunakan analisis Shift Share menyimpulkan bahwa sektor pertanian ternyata memegang
peranan penting dalam pertumbuhan di beberapa wilayah Dati II Jawa Barat.
Beberapa daerah yang pertumbuhan ekonominya sangat dipengaruhi oleh sektor pertanian ini yaitu Pandeglang, Lebak, Sukabumi, Cianjur, Garut, Tasikmalaya,
Ciamis, Kuningan, Majalengka, Cirebon, Sumedang, Subang, Purwakarta, dan Karawang. Sementara itu di beberapa daerah lainnya seperti Bogor, Bandung,
Bekasi, Tangerang, Serang, Kota Bandung, dan Kota Cirebon pertumbuhan ekonominya dipengaruhi oleh sektor indusri dan jasa. Kota Sukabumi dan Kota
Bogor bertumpu pada sektor perdagangan dan jasa, sedangkan Kabupaten Indramayu perekonomiannya didukung oleh sektor pertambangan dan penggalian.
Setiawan 2004 menganalisis tentang Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten dan Kota di Propinsi Sumatera Utara Periode 1993-2002 dengan menggunakan
analisis Shift Share terhadap PDRB Propinsi Sumatera Utara memperlihatkan adanya peningkatan perekonomian Propinsi Sumatera Utara pada kurun waktu
1993-1997. Hal ini dapat dilihat dari PDRB Propinsi Sumatera Utara yang tumbuh sebesar 38 persen. Analisis komponen pertumbuhan memperlihatkan bahwa pada
kurun waktu 1993-1997 untuk komponen pertumbuhan nasional Kota Medan merupakan darah yang mempunyai pertumbuhan nasional yang paling besar,
sedangkan yang paling kecil adalah Kota Sibolga. Hal ini berarti pada periode 1993-1997 Kota Medan merupakan daerah yang memberikan kontribusi paling
besar dalam pembentukan PDRB Propinsi Sumatera Utara. Berdasarkan laju pertumbuhan sektor ekonomi yang paling cepat adalah Kota Pematang Siantar dan
yang paling lambat adalah Kabupaten Langkat. Daerah yang mempunyai daya saing yang paling baik adalah Kota Sibolga dan yang paling buruk adalah
Kabupaten Langkat. Dilihat dari pertumbuhan wilayah, maka wilayah yang
tumbuh maju pada periode ini adalah Kabupaten Asahan, Kabupaten Tapanuli Selatan, Kabupaten Tapanuli Tengah, Kabupaten Labuhan Ratu, Kabupaten Dairi,
Kabupaten Deli Serdang, Kota Sibolga, Kota Tanjung Balai dan Kota Tebing Tinggi. Hasil analisis pada kurun waktu 1998-2002 menunjukkan untuk
komponen pertumbuhan nasional Kota Medan merupakan daerah yang mempunyai pertumbuhan nasional yang paling besar, sedangkan yang paling kecil
adalah Kota Sibolga. Laju pertumbuhan sektor ekonomi yang paling cepat adalah Kota Medan dan paling lambat adalah Kabupaten Asahan. Daerah yang
mempunyai daya saing yang paling baik adalah Kabupaten Asahan dan yang paling buruk adalah Kabupaten Langkat. Dilihat dari pertumbuhan wilayah, maka
wilayah yang tumbuh maju adalah Kabupaten Nias, Kabupaten Labuhan Ratu, Kabupaten Asahan, Kabupaten Simalungun, Kabupaten Karo, Kabupaten Dairi,
Kota Sibolga, Kota Tanjung Balai, Kota pematang Siantar, Kota Medan, dan Kota Binjai. Ada beberapa daerah yang secara konsisten tumbuh maju pada dua periode
penelitian yaitu Kabupaten Nias, Kabupaten Labuhan Ratu, Kabupaten Asahan, Kabupaten Simalungun, Kabupaten Dairi, Kabupaten Karo, Kota Sibolga dan
Kota Tanjung Balai. Berdasarkan penelitian terdahulu dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa
alat analisis Shift Share dapat dipergunakan untuk menganalisis pertumbuhan sektor-sektor perekonomian maupun wilayah kabupaten dan kota yang berada
dalam suatu propinsi. Penelitian ini hampir sama seperti penelitian yang dilakukan oleh Irawan 1994, Dodi Darojat 2004 dan Doni Setiawan 2004 yaitu melihat
pertumbuhan wilayah dibandingkan dengan wilayah lainnya. Perbedaannya
dengan penelitian Irawan 1994 yaitu hanya menganalisis pertumbuhan sektor- sektor ekonomi atau pertumbuhan wilayah dalam satu kurun waktu tertentu.
Penelitian Dodi Darojat 2004 terletak pada alat analisis yang digunakan, sedangkan untuk penelitian Doni Setiawan 2004 yaitu perbedaan pada objek
penelitian dan kurun waktunya. Penelitian ini menggunakan Propinsi Jawa Barat sebagai objeknya, pertumbuhan sektor-sektor ekonomi dan pertumbuhan wilayah
dianalisis pada dua kurun waktu, yaitu sebelum adanya pemekaran wilayah periode 1995-1997 dan periode setelah adanya pemekaran wilayah yaitu periode
2000-2004.
2.3. Kerangka Pemikiran