kabupatenkota yang membentuk Propinsi Banten yang memberikan kontribusi yang besar terhadap pembentukan PDRB sektor jasa. Sama halnya dengan sektor
utilitas, dampak pemekaran wilayah terhadap sektor jasa hanya terjadi pada awal tahun 2000. Selama periode setelah pemekaran sektor jasa terus mengalami
peningkatan bahkan melebihi pertumbuhan PDRB sektor jasa pada periode sebelum pemekaran dengan laju pertumbuhan PDRB sebesar 0,35 Tabel 5.15.
5.3.3. Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah PPW Kabupaten Kota di
Propinsi Jawa Barat
Kemampuan daya saing sektoral kabupatenkota di Propinsi Jawa Barat ditentukan oleh kemampuan setiap kabupatenkota mengelola SDA yang tersedia
secara optimal. Selama dua periode penelitian terlihat bahwa kemampuan daya saing sektoral setiap kabupatenkota di Propinsi Jawa Barat berbeda satu sama
lainnya. Dilihat dari hasil penelitian mengenai kemampuan daya saing di
kabupatenkota di Propinsi Jawa Barat dapat dilihat bahwa terdapat ketimpangan kemampuan daya saing untuk setiap sektor ekonomi. Kemampuan daya saing
untuk tingkat kota dan tingkat kabupaten berbeda selama dua periode penelitian. Untuk sektor utilitas, sektor jasa dan sektor industri khususnya kemampuan daya
saing lebih banyak dimiliki oleh beberapa kota di Propinsi Jawa Barat. Untuk sektor primer, kemampuan daya saing cenderung dimiliki oleh tingkat kabupaten.
Hal ini menunjukkan ketersediaan lahan pertanian maupun penggalian di tingkat kabupaten lebih banyak dibandingkan di kota yang lebih menekankan peningkatan
pada sektor-sektor diluar sektor primer.
Penurunan kemampuan daya saing yang paling terlihat selama dua periode penelitian terjadi pada sektor jasa dan sektor utilitas. Pada periode sebelum
pemekaran terdapat 17 kabupaten dan kota yang dapat bersaing baik di sektor utilitas dan 13 kabupaten dan kota yang dapat bersaing baik di sektor jasa. Pada
periode setelah pemekaran hanya terdapat lima kabupaten dan kota yang mampu bersaing di sektor utilitas sedangkan di sektor jasa hanya terdapat tiga kota yang
dapat bersaing dengan baik. Hal ini menunjukkan kemampuan daya saing sektor utilitas dan sektor jasa kabupatenkota di Propinsi Jawa Barat mengalami
penurunan pada periode setelah pemekaran. Dilihat dari kecenderungan pembangunan di tingkat kabupaten dan kota,
terlihat bahwa sektor jasa dan sektor utilitas lebih berkembang di tingkat kota dibandingkan kabupaten. Hal ini secara langsung berdampak terhadap pemerataan
kemampuan pertumbuhan sektoral kabupatenkota di Propinsi Jawa Barat. Terjadinya ketimpangan kemampuan daya saing sektoral antara kabupaten dan
kota yang terdapat di Jawa Barat menunjukkan terjadinya perbedaan kinerja perekonomian di tingkat kabupaten dan tingkat kota di Propinsi Jawa Barat
selama periode sebelum pemekaran.
5.3.4. Profil Pertumbuhan Wilayah